Sharing By Rey - Cerita melahirkan secara sesar pertama kalinya penuh dengan kenangan ya.
Sudah berlalu dua tahun sejak hari itu, hari di mana begitu dagdigdug menantimu.
Tak terencana si kakak ternyata sudah tidak sabar mau bertemu mami papinya langsung, meski belum waktunya, masih berusia 36 minggu di dalam rahim mami.
Hari itu hari Sabtu, 27 November 2010.
Seperti biasanya pagi hari mami berangkat kerja, kali itu diantar papi naik motor karena siangnya ada jadwal untuk kontrol ke dokter kandungan di RS SMS.
Seperti biasanya di kantor mami begitu sibuk mengurusi masalah ini itu, di tambah tugas yang harus mami selesaikan tanpa bimbingan dari atasan.
Yah intinya masih seperti hari - hari kemarin, mami tetap sibuk dan sedikit tertekan akan tugas - tugas.
Syukurnya pada jam 11 siang mami berhasil mendapatkan izin untuk pulang lebih dulu karena ada jadwal kontrol kandungan.
Setelah papi menjemput kami langsung menuju RS untuk berkunjung pada dokter Suraiya, SPoG. Setelah menunggu kurang lebih sejam akhirnya sampai juga nomer antrian kami dan kami langsung masuk menemui dokternya.
Selanjutnya seperti biasanya mami mengikuti perintah dokter.
Berbaring di ranjang periksa, sambil memperhatikan monitor USG dua dimensi yang gambarnya nggak begitu jelas.
Semua lancar - lancar saja, dokter lalu menuliskan resep sambil basa basi mengingatkan kalau usia kandungan mami sudah masuk delapan bulan dan sudah harus kontrol setiap dua minggu sekali, dokter juga iseng - iseng bertanya apakah mami punya keluhan?
Dengan santai juga mami jawab,
"Nggak ada keluhan, hanya saja agak aneh akhir-akhir ini kok si kecil dalam perut mami gak rajin bergerak nendang - nendang seperti biasanya."
Ternyata jawaban santai mami malah ditanggapin dengan serius oleh sang dokter, beliau lalu menuliskan surat untuk kami bawa ke ruang tes rekam jantung janin.
Dengan sedikit enggan akhirnya kami mengikuti juga saran tersebut.
Kami lalu memasuki sebuah ruangan kecil yang mana di ruangan tersebut ada seorang ibu hamil dengan perut gede sedang berbaring sambil menghirup O2 dari hidungnya.
Mami lalu di suruh berbaring oleh petugasnya pada sebuah ranjang yang lain lalu perut mami ditempelkan sebuah alat yang menurut mami sangat ribet, alat tersebut menempel pada perut mami dan mami diharuskan tidak boleh bergerak sampai alat tersebut selesai bekerja.
Setelah mengulang beberapa kali karena perut mami bergerak terus dan mengakibatkan alat tersebut bergerak - gerak.
Menjadi shock dan heboh
Akhirnya dengan tidak yakin selesai juga alat tersebut bekerja.
Hasilnya lalu di serahkan pada papi dan kami disuruh menemui dokter tadi.
Sesampainya kami di ruang dokter, kertas tersebut langsung diperiksa oleh dokternya dan meluncurlah kalimat dari mulutnya yang membuat seketika jantung mami bergetar nyaris copot.
"Wah ini bahaya pak, bu, gerakan jantung janin melemah, ini harus dilahirkan hari ini juga!" katanya.HAH? mami seketika menganga, melahirkan? saat ini? berarti dibedah dong? seketika bayangan pisau bedah menari - nari di depan mata mami dan seketika itu juga air mata mami jatuh dengan deras saking takutnya.
Untungnya papi masih bisa mengendalikan kagetnya dan meminta waktu untuk berpikir, namun si dokter tidak mau meleaskan kami begitu saja.
Kami tidak diperbolehkan meninggalkan RS sebelum menanda tangani surat pernyataan yang menyatakan jika terjadi sesuatu maka pihak dokter tersebut tidak akan bertanggung jawab.
Ya ampuuunnn, kata - kata tersebut justru menambah ketakutan pada mami.
Ya takut di bedah juga takut terjadi apa - apa dengan si kecil mami yang lucu.
Bagaimana mami gak shock, seumur - umur disuntik saja sudah membuat mami nangis kejer - kejer, eh ini malah perut mau disobek ama pisau, hiiii.... gak kebayang deh ngerinya.
Meskipun mami sudah diberi tahu jika melahirkan normal malah jauh lebih sakit, tapi tetap saja mami belum siap menghadapi pisau bedah saat itu.
Akhirnya kami meminta waktu untuk menenangkan diri di luar ruangannya, setelah menelpon sana sini, mengabari eyang dan nenek di Buton, juga meminta pendapat tante yang pengalaman di kesehatan, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti saran dokter untuk menghadapi operasi sesar sore itu.
Maka di mulailah kehebohan mami di RS, ketika di bawa ke ruangan istrahat untuk beristrahat sebelum menghadapi persalinan, mulailah para susternya menyuntik ini itu, memasang infus, selang oksigen dan memasang kateter yang setiap kali kegiatan suster itu berlangsung mami ikut mengiringinya dengan jeritan dan tangisan, hehehe...
Sampai - sampai para suster geleng - geleng kepala, ini baru saja disuntik, gimana kalau melahirkan normal?
Tapi terserahlah mereka berkata apa, yang jelas sebenarnya saat itu bukan hanya sakit yang mami rasakan, namun juga takut banget.
Suntikannya sih hanya sekali yang sakit banget yaitu suntikan perangsang janin yang kata suster biar bayinya lahir langsung nangis, seketika mendengar kata bayi tersebut hati mami sedikit tenang, namun pas ngerasain sakitnya suntikan itu hilanglah lagi ketenangan tersebut.
Yang lainnya, memasang infus gak terlalu sakit, juga suntikan uji antibiotik, namun ketika datang suster mengatakan akan memasang kateter, mulai lagi deh lebaynya mami, antara malu dan takut sakit, tapi ternyata sakitnya gak terlalu berasa :)
Waktu Bedah Sesar
Setelah menunggu beberapa jam, ternyata dokternya mengundur jam bedahnya hingga pukul 9 malam, selama menunggu tersebut banyak tante dan budhe yang datang menjenguk memberikan semangat, bahkan tante MarMar juga datang sendirian, trims ya tanteee :).
Pada pukul 7 malam seorang bidan datang memeriksa mami, dan dia sedikit terkejut menanyakan kenapa mami di rawat disitu, mami bilang saja disuruh operasi tuh ama dokter, ditanya lagi apa masalahnya? udah waktunya kah? mami jawab, belum kok, masih delapan bulan, cuman kata dokter jantung janinnya melemah.
Mendengar hal itu si bidan langsung memeriksa perut mami dengan sebuah alat yang berbentuk seperti steteskop, dan anehnya saat itu si kecil malah bergerak sedikit kencang dan si bidan juga terheran - heran, lah ini detaknya bagus tuh, gerakannya juga bagus.
Lah gak tau deh bidan, dokternya bilang gitu pake ancaman pula, ya diturutin saja, yang penting ibu dan bayi bisa selamat, amin.
Si bidan akhirnya pergi dan mami kembali menanti si dokter.
Tepat pukul 22.30
Akhirnya mami dibawah ke ruang operasi dengan menggunakan kursi roda dan sempat antri di pintu ruangannya karena masih ada pasien yang sedang di operasi di dalam, akhirnya sekitar pukul 23.00 mami akhirnya masuk juga ruang operasi, dengan perasaan tak menentu.Rasa takut, ngeri, dingin dan lain - lain langsung memenuhi tubuh mami, apalagi mami masuk sendiri beserta tim bedahnya ke dalam ruangannya.
Papi yang ingin menemani gak dibelohkan masuk, saking takutnya mami sampai - sampai seluruh tubuh mami gemetar dan membuat meja operasi ikut bergetar juga.
Untunglah dokter Suraiya begitu baik, melihat mami yang sangat ketakutan beliau langsung memegang tangan mami, memberikan semangat, beliau terus memegang tangan mami sampai dokter anestesi selesai melakukan tugasnya, dan membuat separuh badan mami dari pinggang ke bawah gak terasa.
Meskipun tubuh mami sudah gak terasa karena efek anestesi tersebut, tetap saja mami masih gemetar, hingga akhirnya yang bergetar hanya separuh tubuh mami yang gak kena anestesi :).
Pendek kata akhirnya operasi dilakukan dengan diiringi oleh tangis ketakutan mami, saking takutnya mami, sampai - sampai di tengah proses bedah tersebut mami kesusahan untuk bernapas. Entah karena pengaruh operasinya atau mungkin karena rasa takut yang teramat sangat.
Mami juga terus menyuruh orang - orang agar menutupi wajah mami agar mami sama sekali gak melihat kegiatan operasi mereka, karena di tengah - tengah rasa takut dan ngeri mami masih sempat juga kepikiran kata seorang teman mami, mbak Unik, dia bercerita, ketika operasi dia masih sadar dan sempat mendengar bunyi gunting dan pisau bedah sedang merobek perutnya, hadeeehhhhhh.......
Akhirnya setelah berjuang menahan rasa takut, saking takutnya mami lupa itu dulu waktu suntik anestesi sakit gak ya? perasaan kok gak ya? yang mami rasakan hanya takut dan ngeri sih :)
Perlahan - lahan mami gak sadar lagi apa yang terjadi, yang jelas mami sempat mendengar ketika dokternya menyuruh agar bayinya nangis, dan samar - samar terdengar suara bayi nangis, lalu terdengar suara seseorang berbicara di telinga mami,
"Selamat ya bu, anaknya cowok dan sehat"Mami hanya menganggukkan kepala tanpa membuka mata sedikitpun, padahal mungkin saat itu bayinya sedang ditaruh disamping mami :(.
Lalu samar - samar mami merasakan tubuh mami diangkat dari meja operasi dan dipindahkan ke ranjang lainnya.
Mami tersadar ketika perut mami mulai terasa perih dan merasa gak ada orang di samping mami, jelas saja mami nangis ketakutan, apalagi samar - samar mami dengar ada seorang ibu yang habis operasi dan tenang dijagain ibunya.
Ketika Anestesi Menghilang
Ke mana yang lain? kenapa mami ditinggal sendiri, belum juga terjawab pertanyaan mami, tiba - tiba datang seseorang yang sepertinya dia seorang suster, entahlah saat itu mata mami begitu susah untuk dibuka, rasanya beraaattt banget. Si suster marah - marah karena aku berisik"Ibu... Diam, disini tuh ada pasien lain sedang istrahat" bentaknya lalu disambung dengan omelan lainnya.Sumpah yeee, ingin rasanya mami bangun untuk menjambak rambutnya, benar - benar gak bisa jadi suster tuh orang, bukannya menghibur pasien malah menambah ketakutan pasien.
Untungnya papi langsung datang, yang ternyata dia barusan mengikuti bayinya yang dibawa di ruang bayi dan mengazani si kecil.
Akhirnya mami dibawa ke ruang inap karena percuma berada di ruang pemulihan kalau terus - terusan berisik menangis, untunglah mami sebelumnya memesan kamar kelas satu yang isinya hanya mami seorang diri, serta kamar mandinya di dalam.
Jadinya mami bisa berisik sepuasnya di dalam :)
Setelah sampai kamar inap, mami malah gak bisa tidur, padahal mata rasanya beraattt banget, gimana bisa tidur? seluruh tubuh khusunya bagian pinggang ke bawah sakitnya minta pingsan. Sungguh itu adalah rasa kesakitan yang amat sangat, dibuat diam, dibuat agak miring tetep saja gak bisa ngurangin rasa sakitnya. Saking sakitnya mami sama sekali gak mikirin bayi kecilnya.
Selain sakit banget, mami juga haus banget dan dilarang oleh suster untuk minum dulu, katanya harus nunggu beberapa jam baru boleh minum, hadohhhh.... padahal ya, sakitnya neraka masih seperjuta dari rasa itu ya :(
Hari Minggu, 28 November 2010.
Untungnya besoknya mami bisa tertidur sebentar, apalagi perut mami sudah mulai sedikit berkurang sakitnya dannnn, nenek dari Buton sudah datang untuk menjenguk mami. Kebahagiaan mami semakin bertambah ketika si kecil mami dibawa ke ruang mami.
Subhanallah, mami begitu takjub melihat wajah kecilnya pertama kali, saking takjubnya, mami langsung bisa bangun dari tempat tidur untuk menggendongnya, meski perut masih terasa sangat sakit.
Dia begitu lucu, imut, polos dan begitu kecil, yah karena prematur dia terlahir hanya dengan berat 2.8 kg dan panjang 47 cm, tapi mami sudah begitu bahagia karena dia sehat, meskipun sempat masuk di inkubator selama semalam karena prematur.
Sungguh kehadiranmu, bagaikan mukjizat bagi kami, pengikat cinta kami, pengontrol kami dan mengajarkan kepada kami tentang arti amanah dan kesabaran :)
I Love you sayang, you are my everything.
#PelukCiumMami
#MamiSelaluDiSisimu :) :*
Selamat yach Mbak, sudah melahirkan anak yang pertama... walau belum ada nama yang tertulis di artikel ini , tapi saya bisa menerawang dng mata bhatin, kalau namanya adalah DARRELL. :) kakaknya DAYYAN. :)
BalasHapus*dalam episode ini Adek Darrell yaitu DAYYAN belum lahir dan masih di tahap rencana. :)
wkwkwkwkkw tau aja si kang Nata mah, ini sebenarnya tulisan yang saya muat ulang, dulunya ada di blog yang lain.
HapusTapi saya lupa, di mana gerangan blog itu wkwkwk