Sharing By Rey - Pengalaman saya ditolak kerja gara-gara memakai jilbab sungguh menyedihkan ya, baik ditolak langsung, maupun tidak diberi kesempatan gara-gara jilbab.
Tapi itu dulu sih, kalau sekarang kayaknya udah jarang ya, ada perusahaan yang meminta karyawan lepas jilbab.
Gegara lihat postingan di blog seseorang yang mungkin sengaja di tulis demi rating kunjungan pembaca di blognya atau juga mungkin demi menebar kebencian saja.
Di postingan tersebut ada gambar, kalau sebuah perusahaan melarang karyawannya mengenakan pakaian muslim atau berjilbab.
Mulailah muncul komen-komen beragam, ada yang kesal, ada pula yang seolah ketakutan bakal di depak dari perusahaan tempatnya bekerja.
Kesemuanya tiba-tiba mengingatkan akan perjalanan hidup saya di tahun 2005-2006 lalu.
Saat itu saya baru saja mendapatkan titel sarjana Tehnik Sipil dengan IPK yang sangat lumayan, bahkan kurang 0,07 masuk Cumlaude (uhuk, bangga dong)
Sayangnya, belum juga puas mencoba masukan lamaran kerja ke sana ke mari, oleh mama saya dipaksa pulang ke Buton agar saya bisa mengikuti test PNS dan menjadi seorang PNS seperti harapan mereka.
Karena sudah sebulan saya menyebarkan lamaran kerja, namun belum ada kabar baik, saya akhirnya menyerah dan pulang ke Buton.
Sampai di sana, saya lalu mengikuti nasehat dan arahan tante dan om saya yaitu magang menjadi pengajar di salah satu universitas swasta di BauBau (Unidayan atau Universitas Dayanu Ikhsanudin).
Alhamdulillah, karena memang nilai saya lumayan, plus saya termasuk lulusan dari Jawa meskipun swasta, saya langsung di terima oleh rektornya (lupa namanya) sebagai asisten dosen untuk mata kuliah TPP (Tehnik Pengendalian Proyek).
Sambil menanti waktu masuk mahasiswa (waktu itu sedang liburan panjang), saya pun juga ikutan melamar untuk magang ngajar di STM BauBau, dan prosesnya tidak sulit mengingat saya termasuk alumni di sekolah tersebut.
Sayangnya, mungkin karena saya menag sejak awal kurang sreg pulang ke Buton, jadinya hanya sebulan saja, saya lalu protes dan meminta agar di izinin balik ke Surabaya.
Dengan sangat berat hati, keluarga akhirnya mengizinkan.
Semakin Sulit Mencari Pekerjaan
Kembali ke Surabaya, suasana semakin sulit.
Karena barang-barang saya sudah di berikan kepada teman-teman kos terdahulu.
Beruntung ada sedikit barang yang saya titipkan di rumah pacar saya.
Saya akhirnya mencari kos baru di tengah kota Surabaya, dan saya berkejaran dengan waktu agar saya cepat mendapatkan pekerjaan karena mama saya menghukum saya dengan tidak mengirimkan saya biaya sepeserpun untuk bertahan hidup.
Sedih rasanya.
Hari demi hari saya rajin menyebarkan lamaran kerja ke sana ke mari.
Hari Sabtu adalah hari yang paling saya tunggu karena di hari tersebut banyak lowongan pekerjaan yang ada di koran Jawa Pos.
Sayangnya, hari berganti minggu, bahkan berganti bulan. Belum ada satupun perusahaan yang mau menerima saya.
Yang memanggil untuk interview dan test sih banyak.
Tapi tidak ada satupun yang mau memanggil ulang agar di terima bekerja.
Sampai-sampai saya nekat mengirimkan lamaran pekerjaan ke proyek-proyek yang sama sekali tidak membutuhkan karyawan tambahan.
Hasilnya malah satpamnya yang baca surat lamaran saya lalu menelpon untuk menggoda saya, hiks.
Pernah juga suatu waktu saya mendapatkan telepon yang menyuruh saya datang test di daerah Rungkut, ternyata kami di rekrut untuk menjadi sales door to door menawarkan alas gas elpiji.
Sedih dan muak rasanya, apalagi saat keliling itu kami sempat di kejar anjing. Ampun deh, segitu banget demi beberapa lembar rupiah hiks
Ketika Jilbab Jadi Penghalang
Hingga suatu hari saya mendapatkan panggilan interview di daerah dekat Jembatan Merah Surabaya.
Saya langsung interview dengan bossnya yang seorang keturunan Chinese.
Sang boss tertarik dengan CV saya, namun keberatan jika saya mengenakan jilbab.
Sebagai informasi, saya mulai mengenakan jilbab di tahun 2005 awal, dan selama itu saya benar-benar teguh tidak mau melepas jilbab tersebut.
Jadi, saat di hadapkan dengan kenyataan bahwa saya sangat butuh uang namun pekerjaannya harus saya dapatkan dengan melepas jilbab saya, saya menolak.
Entahlah apa yang ada di benak saya waktu itu, padahal gajinya lumayan banget untuk ukuran tahun itu, namun entah mengapa permintaan tersebut bagaikan melecehkan kemampuan saya.
Saya bertanya apa alasannya saya tidak boleh mengenakan jilbab? menurut sang boss, karyawan yang mengenakan jilbab kesannya lebih tidak bersahabat, dan dia tidak ingin karyawan lainnya ikut-ikutan berjilbab sehingga merubah image perusahaannya.
Okeh enough!
Saya menolak dan langsung pamit pulang!
Sepanjang perjalanan pulang saya menangis, bukan karena menyesal telah menolak tawaran tersebut, tapi lebih ke sedih dan hampir putus asa dengan sulitnya keadaan saya.
Beruntung saya masih punya keteguhan hati, dan akhirnya Allah menjawab penantian saya, dengan akhirnya setelah genap setahun menganggur saya pun di terima bekerja di sebuah perusahaan kecil dengan gaji yang sangat minimalis :D
Well, Allah masih menguji saya, tapi setidaknya saya masih teguh dengan jilbab saya dan saya masih berada di jalan yang tidak tersesat.
Alhamdulillah.
Oh ya, sebagai info juga, selama penantian saya setahun menanti pekerjaan.
Saya sering di anjurkan oleh teman bahkan keluarga untuk melepas jilbab.
Mereka semua beranggapan kalau jilbab lah penyebab saya sulit mendapatkan pekerjaan.
Bahkan sampai teman-teman saya yang lulusnya belakangan namun tidak berjilbab sudah mendapatkan pekerjaan semua.
Alhamdulillah ya Allah, masih diberikan keteguhan hati.
Karena Jilbab adalah identitas saya sebagai muslimah dan sebagai kepatuhan saya kepada perintah Allah.
Sidoarjo, 24 November 2016
Reyne Raea
Kisah ini sangat inspiratif sekali....
BalasHapusAda Beberapa Point yang saya tangkap :
1. Doa Restu Orang Tua
Mohon maaf bukannya saya menghakimi diri Mbak, karena aslinya saya memang bukan HAKIM juga,,,hahahha….
Tapi restu orang tua itu sangat penting, karena dari pengalaman saya sendiri, saya merasa perjalanan hidup saya susah gara – gara tidak mendapat restu ortu.*tepatnya sich mudah SIAL*hahahah…..
Tapinya lagi….. kita tidak boleh putus asa untuk memperoleh doa restu ortu kita. Kita selipkan doa untuk mereka ketika sedang berdoa. Tapi doa yang baik – baik,,loh.
Berikan sesuatu yang membuat mereka senang, walau nilainya tak besar, mudah – mudah itu akan mengikis murka mereka.Sehingga Allah Pun menjadi tambah sayang dengan kita.
Tapi..kok Mbak ngak Mau masuk PNS ? ngak mau atau ngak rela berpisah dengan sang Kekasih.Ayoo…..??? mana yang jujur…???*bercanda*
Satu tahun belum dapat kerjaan, terus untuk biaya sehari – hari, gimana dong solusinya ?
2. Antara Iman dan Kehilangan Iman
Di dunia MAYA saja Rezeki itu bertebaran, apalagi di dunian NYATA. Batul ngak ?
Tinggal kitanya , apakah mau di jemput atau tidak rezekinya. Tanpa harus mengorbankan Iman dan Keyakinan.
Kalau disuruh lepas Jilbab demi Uang berkarung - karung, apakah nanti di Padang Masyhar, Malaikat mau di Sogok Pakai uang tersebut ? Ngak Kan ?
Jadi pilihan Mbak sudah tepat, tetap pakai Jilbab walau resikonya bakal perut keroncongan setiap hari.hihihihi*bercanda*
3. Jatuh Bangun Mencari Kerja
Saya dulu lama tidak mendapat kerjaan tetap, nanti kalau mbak baca artikel saya semuanya, Mbak pasti akan tahu lika liku kehidupan saya yang penuh luka – luka.hahahah….
Saya jadi ingat kata Pak Mario Teguh “ Habiskan Jatah Gagalmu, sehingga yang tersisa hanyalah Keberhasilan “.yesss!!!
Jadi kalau kita ngak pernah berusaha, maka jatah gagal kita bakalan numpuk, dan jatah keberhasilan kita masih diujung khayalan.
4. Gaji Besar dan Gaji Kecil
Allah SWT MAHA MENGETAHUI situasi keuangan kita saat ini dan akan datang.
Jadi saya tidak heran jika tahu –tahu ada rezeki datang, padahal posisi keuangan saya sedang sehat. Biasanya bakalan dimasa akan datang situasi keuangan saya akan sekarat.*jadi saya harus siaga empat* dari saat itu juga.Ada Rezeki pokoknya saya embat.hahahah….
Sialnya pada waktu itu, rezekinya tidak saya sambut, hingga akhirnya Cuma menikmati rasa sesal saja.hahahah…..
Jika kita gaji kecil… maka Insyallah kita akan dibuat CUKUP.
Jika gaji besar, maka pengeluaran pun besar, misalnya tahu – tahu kita perlu berobat, dan harus beli obat dengan harga Wooowww….kan sepertinya percuma gaji gede tapi ngak bisa investasi.
Ada artikel yang ingin saya cari tapi belum ketemu Mbak, yaitu artikel tentang dunia Teknik Sipil dan Pengalaman Mbak Selama menerapkan Ilmu itu di dunia kerja dan keseharian.
Kalau belum ada mohon tulis yach….
Sebab tidak semua orang bisa kuliah ambil jurusan Teknik Sipil apalagi nyaris dapat cumlaude, nah mungkin mereka atau lebih tepatnya saya*hahahah*-akhirnya bisa banyak belajar kalau ada tulisannya.
Dari penulisan tentang ilmu dan pengalaman Mbak seputar Teknik , kemungkinan besar, Insyallah akan menjadi ILMU YANG BERMANFAAT, dan berpotensi menjadi LADANG PAHALA yang bakal mengalir PAHALA-nya jika yang menulisnya nanti sudah tiada.
Lumayan bukan ?? sudah dapat Trafik dapat PAHALA lagi.Makyuzzzz…hehehe.
Ohy… kok koment saya jadi nyeyess dan ngelantur gini…. hahahah * maafin –maafin*
Kaburrrr ahhh…. Biar ngak kena ‘Omel balik.hahahah….
buakakakakakakakak...
HapusAtuh mah si kang Nata, komennya lebih panjang dari artikelnya wakakak
Tapi makasih loh kang, gegara saya suka ubek2 tulisan kang Nata, saya dapat banyak banget ide buat nulis, meskipun cuman jadi judul doang, atuhhhh waktu apakah bisa saya beli, saya beneran butuh waktu lebih huhuhu.
Trus dari komen2 kang Nata juga saya dapat banyak ide.
Iya banget ya, di blog ini, saya belum pernah sama sekali menuliskan tentang hal Tehnik Sipil.
Sebenarnya pengen di tulis sih, masalahnya saya kayaknya udah kelamaan jadi emak erte, jadinya lupa, sedang ilmu sekarang semakin berkembang, takut juga nanti ditulis trus ternyata udah gak dipakai lagi buat sekarang hahaha
Selain itu, waktu kerja dulu, saya serakah (alias mau aja disuruh kerjain apa aja), semuaaaaa saya kerjain, bahkan yang gak berhubungan dengan tehnik Sipil, jadinya, saya tau banyak hal, tapi gak ahli dalam 1 bidang pun *hadeh!
Trus yang mengenai restu ortu, iya sih..
saya sadar banget hal itu, rasanya hidup saya di Surabaya itu suliiittt banget sampai sekarang, sedang kalau pulang di Buton itu rezeki bertaburan.
Tapi masa iya saya tinggalin suami di sini demi menyenangkan ortu?
Semua ini bikin saya lebih sadar, untuk menyiapkan mental sebagai ortu agar selalu mendukung apapun keputusan anak nanti, agar anak bisa lebih lapang jalan hidup dan rezekinya, aamiin.
Nanti deh saya tulis, apa alasan saya gak mau pulang ke Buton dulu, si kangmas hanyalah 10% dari alasan saya, lainnya sebenarnya ada juga hehehe
Thanks idenya kang.
Jadi full of idea sayanya wakakakak
Betewe, kenapa si kang Nata ini nemu aja ya artikel baheula wakakakak
hahahah...semakin baheula artikelnya makin bagus,soalnya antik dan Ori... original maksudnya bukan Oriflame...hahahah.
BalasHapuslihat buku sejarah,walau cuma sejarah masih saja orang membutuhkan ilmu tsb.Yg penting naiwaitunya baek.😅😄😃😆
ngak apa2 disuruh kerja apa saja yg penting halal dan nambah ilmu.😅😃
rezeki bertebaran dimana saja mbak.Allah Swt yg kasih rezeki.
Awww... noteddd!!
Hapuswkwkkwkwkw original curhatnya kang walakakak
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus