Sharing By Rey - Memilih dokter kandungan itu penting banget, setidaknya bagi saya berdasarkan pengalaman sering sebal sama dokter kandungan.
Mempunyai keturunan, adalah goal terpenting bagi semua pasangan suami istri, apapun alasannya!
Meskipun mungkin awalnya gak suka bayi, gak suka di repotkan anak dan lain - lain, pada akhirnya akan sampai juga pada masa di mana akan merindukan adanya mahluk kecil lucu nan menggemaskan bernama bayi, terlebih bayi yang lahir dari rahim sendiri.
Untuk itu, dokter kandungan atau bidan adalah seseorang yang tidak bisa kita hindari semasa hidup kita.
Saya sendiri, Alhamdulillah seorang wanita yang beruntung hanya membutuhkan dokter kandungan karena saya hamil, masih banyak teman - teman lain yang ternyata butuh dokter kandungan sejak program kehamilan.
Memilih dokter kandungan ternyata tidak semudah, lihat plang tempat praktek dokter lalu datang, daftar dan di periksa lalu selesai.
Pun tidak semudah kita ke Puskesmas / klinik / RS daftar, antri , periksa lalu selesai.
Karena berdasarkan pengalaman saya, lumayan ribet dalam hal pilah memilih dokter kandungan.
Memilih dokter kandungan pada kehamilan pertama
Setidaknya, saya sudah mengenal 5 orang dokter kandungan sejak kehamilan pertama saya.
Yang pertama dokter kandungan cewek!
Harapannya sih simple seperti alasan kebanyakan orang, biar gak risih buka - bukaan di depan laki - laki lain.
Namun ternyata harapan tinggal harapan, gak risih sih tapi lumayan sakit hati gegara cara komunikasi si dokter gak asyik.
Periksa di usia kehamilan beberapa minggu (maklum hamil pertama, jadinya pas testpack positif, langsung cepet - cepet ke dokter sekalian minta obat penguat karena dulu saya masih kerja kantoran wich is ngantornya naik motor sendiri)
Ternyata si dokter kurang peka terhadap perasaan bahagia saya sebagai wanita yang baru hamil pertama kalinya, saat di USG dan belum kelihatan, reaksinya biasa namun menohok hati.
"Belum keliahatan nih mbak, memang ada pembengkakan rahim, tapi belum kelihatan apa - apa, nanti datang kontrol lagi yaa.. takutnya hamil di luar kandungan!"
Dhueeerrr!!!!
Rey gitu... si ratu panik, dengar kata - kata demikian?? Pastinya langsung down se down down nya
-___-
Dan ternyata suami juga sama, langsung ilfil sama dokternya.
Kami lalu memutuskan periksa 1 atau 2 minggu kemudian (lupa :D) dan kembali memilih dokter cewek yang lain.
Dokternya kali ini berjilbab, ada perasaan sedikit lega dan berharap dokter yang ini lebih peka sedikit.
Eh ternyata sama saja.. setelah di USG dan belum terlihat jelas, tanggapannya kurang lebih sama..
"Belum kelihatan mbak, nanti datang lagi yaa.. kita periksa lagi, takutnya hamil anggur!"
Ya sudah, saya mau pingsan saja -_________-
Yang satu pakai kata hamil di luar kandungan, yang satu pakai hamil anggur, apa gak pingsan tuh dengarnya???
Akhirnya saya kapok terhadap dokter cewek, dan memutuskan kontrol lagi di dokter cowok atau laki - laki!
Alhamdulillah, saya akhirnya bisa puas dan tenang menjalani masa kehamilan pertama sampai akhirnya mendekati HPL lalu bimbang lagi.
Selama kehamilan sih oke - oke saja, orang yang di lihat dokter cuman perut saja, lalu kalau melahirkan?
That means saya harus merelakan naked di depan si dokter?? hiiii... maluuuu!!! :D
Banyak teman yang menyemangati,
"Udah Rey! kamu berpikiran gitu karena sekarang belum rasain apa - apa, entar kalau udah mules mau lahiran, di jamin kamunya yang lari minta naked di depan dokter saking sakitnya hahaha"
OK! Sepertinya sih tidak masalah, toh demi mengeluarkan si baby dari dalam perut.
Namun ada satu hal lagi yang bikin galau...sang dokter ternyata hanya menolong persalinan di RS - RS yang mentereng dan mewah, hiks..
Rasanya sayang banget kalau harus mengeluarkan duit seabrek demi bayar melahirkan sedang masih ada tempat yang terjangkau, mending kan duitnya buat keperluan lainnya (Naluri emak - emak!)
Akhirnya setelah diskusi dengan suami, kami lalu dengan berat hati memutuskan akan pindah dokter.
Dan kami akan memilih dokternya berdasarkan RS tempat saya akan bersalin.
Setelah survey, dan menemukan tempat yang cocok di kantong maupun di hati, kami pun memilih dokternya.
Dan ternyata di RS itu ada dokter ceweknya.
Meskipun sebenarnya masih sensitif sama dokter cewek, tapi membayangkan harus naked mengkangkang di depan orang, saya kayaknya mending pilih dokter cewek deh hahaha :D
Jadi tepatnya kami ganti sampai 4 dokter saat kehamilan pertama saya!
Memilih dokter kandungan pada kehamilan kedua
Lalu 6 tahun kemudian, Alhamdulillah saya di beri kepercayaan lagi untuk menikmati seorang calon baby di dalam perut saya.
Awalnya saya berpikiran untuk tidak menjadikan hal ini sesuatu yang lebay seperti kehamilan pertama dulu, apalagi mengingat kata orang, kehamilan kedua itu lebih tenang karena kita sudah pengalaman.
Saya bahkan berpikir untuk menggunakan tenaga Bidan, selain lebih murah (teteeeppp naluri emak - emak :D) pun saya ingin kehamilan sekarang lebih rileks dan bisa melahirkan normal (lupa saya kalau dulunya lahiran sesar hahaha)
Dan saya ingin memeriksakan kandungan jika sudah cukup usia kehamilan, minimal bisa kelihatan di USG, biar drama USG belum terlihat gak terulang lagi.
Tapi ternyata dramapun di mulai yang mengakibatkan saya harus buru - buru secepatnya ke dokter kandungan.
Baca : #ReyStory - Akhirnya Positif Juga Dengan Penuh DramaKali ini saya tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, jadi memilih dokternya dengan banyak pertimbangan dan belajar dari kesalahan pertama.
Namun karena saat itu waktu untuk berpikir sangat sedikit, kami lalu memutuskan memilih dokter dengan lokasi praktek dekat dengan tempat tinggal kami.
Alhamdulillah, hanya dengan sekali bertemu ternyata kami, baik saya maupun suami merasa nyaman dengan sang dokter.
Tips memilih dokter kandungan yang ramah dan menenangkan
Nah, dari pengalaman saya di atas, saya ingin berbagi tips dalam memilih dokter kandungan.
Tips ini pastinya yang paling pas buat saya, tidak berarti bisa pas banget dengan semua orang.
Karena tiap orang pasti punya pandangan masing - masing.
1. Pastikan apa tujuan ke dokter kandungan
Mengunjungi dokter kandungan tidak melulu untuk kontrol kandungan, namun bisa juga untuk menjalankan program hamil.
Nah untuk program hamil, sebaiknya tanyakan pada diri sendiri, apakah siap dan tidak malu jika harus naked di depan dokter cowok?
Saya belum pernah menjalani program hamil di dokter kandungan, tapi beberapa teman saya mengatakan kebanyakan dokter akan menggunakan USG Trans Vaginal atau alat USG yang di masukan ke miss V kita untuk memeriksa keadaan sel telur calon ibu.
Pemeriksaan tersebut bisa terjadi berulang kali, jadi jika malu mending cari dokter cewek deh hehehe
Saya sendiri, sekarang menggunakan jasa dokter kandungan cowok, saat pertama kali bertemu si dokter saya mengalami flek di usia kandungan 4 minggu.
Saya panik namun si dokter menyemangati saya kalau insha Allah tidak terjadi apa - apa, mengingat usia kandungan saya masih baru dan darah yang keluar hanya sedikit.
Saat saya masih merengek panik, sang dokter mengusulkan untuk USG Trans V, saya lalu bertanya seperti apa alatnya?
Dan setelah di perlihatkan saya langsung NOLAK! hahahaha..
Alatnya aja lumayan serem, apalagi kalau harus naked di depan dokter cowok hikssss maluuu hahaha..
Lalu bagaimana kalau untuk kontrol kehamilan?
Untuk kontrol hamil sebenarnya lebih tenang, karena dokter hanya bakal melihat perut gendut kita :D
Kecuali jika ada masalah seperti pendarahan.
Oh ya, untuk usia kehamilan awal sebaiknya kita sendiri yang siapin menurunkan celana saat di periksa, yang bagian bawahnya agak bersemak sebaiknya di cukur dulu hahaha..
Karena saat usia kandungan masih awal, rahim kita berada di bawah pusar mendekati miss V :D
Kadang jika dokter kesulitan mencari rahim, celana kita bakal lebih di pelorot hahaha
Jadi masalah naked hanya ada di akhir kehamilan alias saat persalinan :D
2. Cari Dokter Sesuai Karakter Kita
Kalau menurut saya, kontrol ke dokter kandungan itu nyaris sama dengan curhat berbayar pada tenaga ahli :D .
Bukan hanya resepnya yang penting, kata - kata sang dokter dalam menjawab pertanyaan konsultasi pasien bahkan memberikan tips - tips, sangatlah penting dalam menunjang kesehatan kehamilan sang bumil. Selain itu, kita bakal sering bertemu si dokter selama masa kehamilan kita.
Kalau saya pribadi, sudah sedikit trauma akan dokter cewek.
mengingat dari 3 dokter kandungan yang saya tahu, ketiganya lebih sering di kalahkan oleh rasa capek dan PMS mereka, jadilah kadang ngomong gak peka, padahal sesama wanita hiks..
Bahkan dokter yang nangani saya melahirkan pun juga, baik sih, tapi cara komunikasinya gak asyik kalau menurut saya.
Jadi saya lebih memilih dokter cowok, itupun gak sembarang memilih.
Banyak juga dokter cowok yang terkesan diam, jutek sih jarang, tapi kalau ketemu yang diam, terkesan malas menjawab pertanyaan pasien, bahkan lebih parah terkesan terburu - buru.
Itu gak asyik banget deh.
Lalu bagaimana membedakannya?
Rajin - rajinlah browsing! baca banyak testimoni para bumil di internet.
Oh ya, saya dulu memilihkan dr. M Ardian Sp.OG buat teman saya berdasarkan testimoni online para bumil.
Alhamdulillah teman saya nyaman memakai beliau.
Namun saya sendiri, memilih dokter kandungan sekarang hanya karena jodoh saja, Alhamdulillah kok ya pas dengan karakter saya yang suka panik ini :D
Padahal saya hanya memilih beliau dari pertimbangan lokasi praktek :D
3. Lokasi Tempat Praktek
Nah ini juga yang paling penting dalam memilih dokter kandungan.
Pengalaman saya di kehamilan pertama, dokternya sih bagus dan asyik. Tapi kami harus menempuh jarak ber KM demi ke tempat prakteknya.
Di tambah lagi jadwal prakteknya malam dan antrinya membeludak, jadilah kami sering ketemu dokter di pukul 22.00 ke atas.
Bahkan pernah kami harus menanti hingga pukul 03.00 pagi karena sang dokter masih harus bedah di RS.
Meskipun sang dokter saat datang segera lari dari mobil menuju ruangannya lalu meminta maaf kepada kami berulang - ulang, tetep aja lumayan dongkol, secara itu pas bulan puasa, dan keesokan harinya kami harus kerja huwaaaaaa -______-
Maka dari itu, di kehamilan sekarang kami lebih prefer menggunakan dokter yang tempat prakteknya dekat tempat tinggal kami. hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumah.
Daftarnya pun mudah bisa melalui telepon atau bisa datang langsung dengan mudah, mengingat tempatnya di lewati suami bekerja tiap hari.
Pun, saat kontrol, kami bebas nunggu dari rumah dulu, berbekal telpon dulu ke adminnya, kami bisa memperkirakan pukul berapa giliran kami bakal di panggil dan kami bisa segera datang tanpa harus lama antri di sana.
4. Biaya / Budget Yang Terjangkau
Yang ini kayaknya nomer satu kali yaaa seharusnya :D
Dokternya asyik, lokasi dekat tapi bayarnya bikin dompet nangis?? Kayaknya bakal jadi masalah serius juga nih.
Itu yang terjadi pada kehamilan saya yang pertama.
Dokternya bagus, asyik, tapi bayar sekali kontrol lumayan bikin ngos - ngosan.
Tapi dulu saya kan bekerja, plus menganggap gapapa lah bayar mahal untuk kontrol, toh ada dananya, anggap saja rezeki si jabang bayi.
Nah yang kedua ini tetap sih menganggap setiap anak bakal membawa rezeki masing - masing
Tapi lebih realistis saja karena sekarang saya IRT tulen, dan si kakak Darrell juga butuh dana buat masuk SD, jadilah yang namanya budget kontrol kehamilan harus dipikirkan dengan baik.
Jadilah saat mencari dokter kandungan, bertanya tentang biayanya itu paling penting :D
Dan Alhamdulillah ya, rezeki tiap anak tuh beda - beda..
Kalau dulu si kakak Darrell rezekinya bisa bayar kontrol di dokter terkenal, eh si dede Bebe rezekinya selalu di permudah bertemu dokter yang kandungan yang komplit jodohnya.
Udah dokternya pas dengan karakter kami, lokasi praktek sejengkal dari rumah, biayanya??? sangaaattt terjangkau untuk biaya kontrol dokter plus USG 4D plus cetaknya pula :D
5. Tidak Antri
Yang ini sangat penting deh buat saya, mengingat I Hate Antri!!
Ya maklum, sejak kecil gak pernah terbiasa antri di dokter, kami mah kalau sakit mentok - mentok tidur di rumah sambil di cekokin obat oleh mama (Asyiknya punya ortu di Nakes itu gituuhh :D)
Nah untuk masalah ini, bisa di siasati dengan poin nomor 3, yup... jarak lokasi tempat praktek..
Kalau saya telpon dulu sebelum berangkat, tanya ke adminnya sudah giliran antrian nomor berapa? lalu kira - kira kami berapa lama lagi?
Dengan itu kami tidak pernah mengalami antri lama - lama di tempat praktek dokter.
6. Tempat Praktek Bersalin
Sebenarnya tidak masalah pindah dokter saat mendekati persalinan kita, namun menurut pengalaman saya dan pengalaman teman - teman saya, akan lebih tenang jika kita di tolong persalinannya oleh dokter yang menangani kehamilan kita sejak awal.
Saya sendiri dulu harus mengalami sesar di usia prematur, padahal selama kontrol kehamilan tidak pernah ada masalah.
Masalah hanya terjadi saat alat - alat yang tersedia di tempat praktek dokter terakhir lebih biasa di banding alat dokter yang menangani selama kehamilan saya.
Teman saya juga memakai dokter yang sama selama kehamilan sampai persalinan, dan Alhamdulillah dia banyak di tolong oleh dokter tersebut.
Jadi di kehamilan kedua ini, meskipun masih usia baru.. saya dan suami sudah heboh tanya - tanya dokter, di mana saja tempat praktek penolongan persalinan pasiennya?
Baca : Rumah Sakit / Klinik Bersalin Dengan Harga Terjangkau Di Surabaya (Update Mei 2017)Dan akan lebih baik jika punya BPJS dan dokternya praktek di salah satu RS yang menerima pasien BPJS.
7. Pro ASI, Pro Normal, Pro IMD, Bayi Bisa Room In?
Saya pribadi, tidak terlalu mempersoalkan tentang semua hal itu :D
Mungkin karena besar di keluarga tenaga medis, jadinya tahu betul bagaimana para tenaga medis itu dalam bekerja.
Yang namanya kesembuhan dan keselamatan pasien itu nomor satu.
Terlebih saya sudah pernah sesar di kehamilan pertama.
Sekarang mah pasrah saja :D
Kalau bisa normal sih Alhamdulillah, tapi kalau sesar juga yang penting lancar dan selamat ibu bayinya.
Untuk ASI / IMD? saya sih berharap bisa full ASI, makanya sejak hamil mulai berusaha bagaimana caranya agar nantinya ASI bisa mencukupi bayi.
Namun untuk IMD, saya nurut tenaga ahli saja deehh, setelah kemarin kami survey langsung dan bertanya ke banyak RS tentang IMD.
Ada yang memperbolehkan ada yang enggak dan pastinya dengan alasan masing - masing.
Yang memperbolehkan IMD, menegaskan kalau sang ibu bisa IMD dan sang bayi sehat tak ada kelainan.
Room in pun demikian, di perbolehkan dengan catatan anaknya sehat.
Namun ada pula RS yang tidak memperbolehkan Room In, sang ibu bisa tetap menyusui bayinya di ruang laktasi yang di sediakan dan akan di antar jemput oleh petugas dari kamar rawat inapnya ke ruang laktasi.
RS seperti itu biasanya sudah punya pengalaman buruk mengenai Room In.
Yang namanya bayi baru lahir pastinya masih dalam tahap penyesuaian terhadap dunia, belum lagi kebiasaan masyarakat yang masih percaya akan hal - hal mitos..
Sehingga pernah kejadian, sang bayi awalnya sehat - sehat saja, lalu di bawa room in bersama ibu dan keluarganya di ruang rawat inap, hanya dalam beberapa waktu sang bayi tiba - tiba membiru dan akhirnya tidak tertolong.
Pasien malah menyalahkan RS, dan akhirnya sejak saat itu bayi tidak di perbolehkan room in, dan kalaupun di susui ibunya, tetap dalam pengawasan perawat atau bidan yang berjaga.
Jadi intinya untuk masalah di poin 7 ini saya tidak terlalu mikirin, yang penting dokternya asyik, insha Allah bisa bikin semangat sehat lebih membara dan kalaupun ada masalah, bisa di tangani dengan baik tanpa panik.
Semoga bermanfaat..
Salam happy moms..
Sidoarjo, 25 Mei 2017
@reyneraea
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)