Sharing By Rey - Beberapa hari lalu saya membaca perdebatan di komen sebuah status facebook seorang teman. Isi perdebatannya adalah masalah uang suami dan uang istri.
Pihak wanita menganggap, uang yang didapatkan oleh istri yang bekerja itu murni uang istri, suami tidak berhak mengganggu gugat, pun juga uang tersebut tidak wajib digunakan untuk keperluan rumah tangga, jika istri ridho membantu keperluan rumah tangga, itu masuk pada sedekah.
Sama alotnya dengan pihak wanita, ada satu dua orang pria mengomentari hal tersebut, ada yang masih bijak berkomentar, kalau seharusnya tidak seperti itu, masalah uang setelah menikah, entah itu dari istri maupun suami tetaplah namanya uang bersama.
Namun ada juga yang langsung 'nyamber' alias 'nyolot' kalau uang istri yang diperoleh saat dia menjadi ibu bekerja adalah uang suami juga, karena suami yang telah merestui dia bekerja.
Saya yang jadi WOW!
Sebegitukah pemikiran seorang lelaki? seolah gak punya harga diri sampai kewajibannya pun dialihkan ke wanita yang notabene istrinya yang seharusnya dinafkahi? bukan malah minta dinafkahi oleh gaji istri??
Awalnya itulah pemikiran saya, maklum... saya juga kadang (seringnya) kecepatan mikir otak kalah cepat dengan tangan *ampuni saya ya Allah :')
Dan selanjutnya bisa ditebak, saya pun ikut terlibat dalam perdebatan tersebut (kurang kerjaan banget yak hehehe).
Beruntung saya bukanlah orang yang betah berdebat lama, pun gak sampai dimasukan ke hati dan dibahas sampai ladang gandum dihujani keju *eh
Saya hanya sedikit merenungkanucapan tulisan si bapak tersebut, dan tiba-tiba saya merasa tercerahkan.
Mungkin maksud si bapak itu baik dan bahkan bijak, hanya saja salah dalam penulisannya.
Saya jadi flash back zaman saya bekerja kantoran, beberapa tahun lalu keuangan rumah tangga kami sangat kacau, hingga saya harus balik bekerja, dan Alhamdulillah sejak saya bekerja perlahan keuangan kami membaik, (berganti kesehatan anak memburuk selalu huhuhu).
Alhasil setelah keuangan kami saya rasa kembali membaik, saya memutuskan berhenti bekerja kantoran lagi.
Saat saya bekerja, sebenarnya gaji saya jauh lebih sedikit dibanding gaji suami, tapi entah mengapa, adaaaa saja rezeki tambahan saya (selain kesehatan anak huhuhu *cengeng banget sih Rey!)
Makanya saat memutuskan berhenti bekerja (lagi) ada sedikit rasa takut gaji suami gak cukup.
Sebegitukah pemikiran seorang lelaki? seolah gak punya harga diri sampai kewajibannya pun dialihkan ke wanita yang notabene istrinya yang seharusnya dinafkahi? bukan malah minta dinafkahi oleh gaji istri??
Awalnya itulah pemikiran saya, maklum... saya juga kadang (seringnya) kecepatan mikir otak kalah cepat dengan tangan *ampuni saya ya Allah :')
Dan selanjutnya bisa ditebak, saya pun ikut terlibat dalam perdebatan tersebut (kurang kerjaan banget yak hehehe).
Beruntung saya bukanlah orang yang betah berdebat lama, pun gak sampai dimasukan ke hati dan dibahas sampai ladang gandum dihujani keju *eh
Saya hanya sedikit merenungkan
Mungkin maksud si bapak itu baik dan bahkan bijak, hanya saja salah dalam penulisannya.
Saya jadi flash back zaman saya bekerja kantoran, beberapa tahun lalu keuangan rumah tangga kami sangat kacau, hingga saya harus balik bekerja, dan Alhamdulillah sejak saya bekerja perlahan keuangan kami membaik, (berganti kesehatan anak memburuk selalu huhuhu).
Alhasil setelah keuangan kami saya rasa kembali membaik, saya memutuskan berhenti bekerja kantoran lagi.
Saat saya bekerja, sebenarnya gaji saya jauh lebih sedikit dibanding gaji suami, tapi entah mengapa, adaaaa saja rezeki tambahan saya (selain kesehatan anak huhuhu *cengeng banget sih Rey!)
Makanya saat memutuskan berhenti bekerja (lagi) ada sedikit rasa takut gaji suami gak cukup.
Eh di luar dugaan, rezeki suami malah semakin lancar, kesehatan anakpun Alhamdulillah membaik.
(Rezeki anak sehat itu beneran gak bisa ditukar dengan apapun).
Saya jadi berpikir, mungkin suami saya punya rezeki lancar karena memang sebagian di antaranya ada rezeki saya sebagai istrinya, pun juga anaknya.
Laluuu, bagaimana dengan rezeki saya saat bekerja? apakah itu semua rezeki saya sendiri? tidak ada satupun rezeki suami bahkan anak?
Sayapun mulai mengerti maksud si bapak tersebut.
Mungkin maksudnya, bahwa sangatlah tidak adil jika istri bekerja lalu lebih sukses dari suaminya lalu menganggap si suami gak tau malu dinafkahi istri.
Padahal, rezeki yang lancar di istri itu ya, di dalamnya ada rezeki suami, melalui doa dan ridho suami. Pun ada rezeki anak yang kebetulan Allah titipkan melalui istri.
Masalah rezeki atau uang memang selalu menjadi masalah nomor 2 terbesar penyebab perceraian suatu keluarga.
Kurang uang, masalah.
Banyak uang juga bisa jadi masalah, suami jadi dilirik pelakor *eh.
Kebanyakan istri menganggap uangnya ya uang sendiri, sedang uang suami ya uang istri
*pukpuk para suami hahaha.
Tapi semua anggapan tersebut juga masuk akal, jika keadaan yang terjadi adalah sang istri capek bekerja di luar, eh sang suami cuman duduk-duduk di rumah, gak mau usaha cari duit dan juga gak mau sedikit meringankan beban istri dengan mengurus rumah.
Bahkan parahnya lagi kalau istri capek sehingga kurang perhatian ke suami, eh suaminya ngambek katanya istri gak pernah perhatian.
Duuhh para pria, kalian saja pulang kerja pasti pernah ngeluh capek, padahal secara fisik harusnya pria yang lebih kuat.
Nah bayangin para wanita yang sebenarnya secara kodrat lebih lemah dari pria juga harus mengalami keadaan seperti kalian, terus pulang kerja masih menanti kerjaan rumah yang tak kunjung habis plus harus mengurus suami, heeemmm... gak tau deh mau ngomong apa lagi.
T_______T
Saya sendiri, sejak awal menikah tidak pernah menganut sistem uangku adalah uangku, uangmu adalah uangku dan uang kita hehehe.
Kami dulu sama-sama bekerja, semua uang baik dari gaji saya dan gaji suami, saya yang pegang.
Dan uang tersebut kami gunakan untuk keperluan rumah tangga.
Jadi gak ada istilah ini uangku (meskipun kalau lagi marah kadang bilang mau simpan uang saya sendiri hahaha).
Kadang juga sedikit iri sama teman-teman yang punya duit tabungan sendiri tanpa diketahui suaminya, sayapun pernah ikutan seperti itu, namun dasar mulut saya ember, ya gak bertahan lama saya bilang lah ke suami hahaha.
Seorang teman juga mengajari, gak perlu simpan uang di tabungan, cukup di rumah saja, ditempat-tempat yang saya sendiri saja yang tau.
Dan saya berhasil mencobanya.
Iyaa berhasil karena akhirnya bukan cuman suami yang gak tau uang tersebut.
Sayapun lupa di mana tepatnya saya taruh uang tersebut yang kata temen saya namanya selempitan hahaha.
Alhasil saya menyerah dengan cara tersebut, saya tetap menyisihkan sisa uang untuk jaga-jaga, namun gak perlu disembunyikan, cukup dikasih woro-woro, dilarang keras buka-buka dompet saya tanpa seizin saya hehehe.
Namun untuk uang bisnis, tetap saya pisahkan, karena bisnis beda dengan gaji semasa jadi karyawan.
Kalau karyawan mah terima gaji udah gak memerlukan modal lagi buat dapetin gaji berikutnya.
Nah kalau bisnis, uang yang ada kudu diputar lagi untuk membesarkan bisnis.
Jadi kalau dicampur, kacau keuangan negara eh rumah tangga :D
Ya apapun itu, bagaimanapun setiap pasangan suami istri memaknai masalah uang, seharusnya lah di komunikasikan terlebih dahulu sebelum menikah, agar gak jadi masalah di kemudian hari.
Hingga timbul masalah yang suami pelit lah, istri pelit lah, terus ada artikel masalah uang suami/istri di facebook jadi viral karena masing-masing meng share lalu tag pasangannya, seolah menceritakan pada dunia, kalau pasangannya pelit hihihi.
Yup, komunikasi itu penting, baik sebelum hingga saat sudah menikah.
Terutama mengenai uang, meskipun terdengar tabu, but believe me.. uang itu jahat! (kadang dan seringnya)
Karena di dalam uangku ada uangmu, sehingga uangku dan uangmu adalah sama-sama uang kita.
Semoga uang kita bisa berkah dan mencukupi semua yang kita butuhkan dan inginkan, aamiin :)
Kalau teman-teman apakah penganut uangku adalah uangku dan uangmu adalah uangku?
Share yuk.
Semoga manfaat.
(Rezeki anak sehat itu beneran gak bisa ditukar dengan apapun).
Saya jadi berpikir, mungkin suami saya punya rezeki lancar karena memang sebagian di antaranya ada rezeki saya sebagai istrinya, pun juga anaknya.
Laluuu, bagaimana dengan rezeki saya saat bekerja? apakah itu semua rezeki saya sendiri? tidak ada satupun rezeki suami bahkan anak?
Sayapun mulai mengerti maksud si bapak tersebut.
Mungkin maksudnya, bahwa sangatlah tidak adil jika istri bekerja lalu lebih sukses dari suaminya lalu menganggap si suami gak tau malu dinafkahi istri.
Padahal, rezeki yang lancar di istri itu ya, di dalamnya ada rezeki suami, melalui doa dan ridho suami. Pun ada rezeki anak yang kebetulan Allah titipkan melalui istri.
Masalah rezeki atau uang memang selalu menjadi masalah nomor 2 terbesar penyebab perceraian suatu keluarga.
Kurang uang, masalah.
Banyak uang juga bisa jadi masalah, suami jadi dilirik pelakor *eh.
Kebanyakan istri menganggap uangnya ya uang sendiri, sedang uang suami ya uang istri
*pukpuk para suami hahaha.
Tapi semua anggapan tersebut juga masuk akal, jika keadaan yang terjadi adalah sang istri capek bekerja di luar, eh sang suami cuman duduk-duduk di rumah, gak mau usaha cari duit dan juga gak mau sedikit meringankan beban istri dengan mengurus rumah.
Bahkan parahnya lagi kalau istri capek sehingga kurang perhatian ke suami, eh suaminya ngambek katanya istri gak pernah perhatian.
Duuhh para pria, kalian saja pulang kerja pasti pernah ngeluh capek, padahal secara fisik harusnya pria yang lebih kuat.
Nah bayangin para wanita yang sebenarnya secara kodrat lebih lemah dari pria juga harus mengalami keadaan seperti kalian, terus pulang kerja masih menanti kerjaan rumah yang tak kunjung habis plus harus mengurus suami, heeemmm... gak tau deh mau ngomong apa lagi.
T_______T
Saya sendiri, sejak awal menikah tidak pernah menganut sistem uangku adalah uangku, uangmu adalah uangku dan uang kita hehehe.
Kami dulu sama-sama bekerja, semua uang baik dari gaji saya dan gaji suami, saya yang pegang.
Dan uang tersebut kami gunakan untuk keperluan rumah tangga.
Jadi gak ada istilah ini uangku (meskipun kalau lagi marah kadang bilang mau simpan uang saya sendiri hahaha).
Kadang juga sedikit iri sama teman-teman yang punya duit tabungan sendiri tanpa diketahui suaminya, sayapun pernah ikutan seperti itu, namun dasar mulut saya ember, ya gak bertahan lama saya bilang lah ke suami hahaha.
Seorang teman juga mengajari, gak perlu simpan uang di tabungan, cukup di rumah saja, ditempat-tempat yang saya sendiri saja yang tau.
Dan saya berhasil mencobanya.
Iyaa berhasil karena akhirnya bukan cuman suami yang gak tau uang tersebut.
Sayapun lupa di mana tepatnya saya taruh uang tersebut yang kata temen saya namanya selempitan hahaha.
Alhasil saya menyerah dengan cara tersebut, saya tetap menyisihkan sisa uang untuk jaga-jaga, namun gak perlu disembunyikan, cukup dikasih woro-woro, dilarang keras buka-buka dompet saya tanpa seizin saya hehehe.
Namun untuk uang bisnis, tetap saya pisahkan, karena bisnis beda dengan gaji semasa jadi karyawan.
Kalau karyawan mah terima gaji udah gak memerlukan modal lagi buat dapetin gaji berikutnya.
Nah kalau bisnis, uang yang ada kudu diputar lagi untuk membesarkan bisnis.
Jadi kalau dicampur, kacau keuangan negara eh rumah tangga :D
Ya apapun itu, bagaimanapun setiap pasangan suami istri memaknai masalah uang, seharusnya lah di komunikasikan terlebih dahulu sebelum menikah, agar gak jadi masalah di kemudian hari.
Hingga timbul masalah yang suami pelit lah, istri pelit lah, terus ada artikel masalah uang suami/istri di facebook jadi viral karena masing-masing meng share lalu tag pasangannya, seolah menceritakan pada dunia, kalau pasangannya pelit hihihi.
Yup, komunikasi itu penting, baik sebelum hingga saat sudah menikah.
Terutama mengenai uang, meskipun terdengar tabu, but believe me.. uang itu jahat! (kadang dan seringnya)
Karena di dalam uangku ada uangmu, sehingga uangku dan uangmu adalah sama-sama uang kita.
Semoga uang kita bisa berkah dan mencukupi semua yang kita butuhkan dan inginkan, aamiin :)
Kalau teman-teman apakah penganut uangku adalah uangku dan uangmu adalah uangku?
Share yuk.
Semoga manfaat.
Sidoarjo, 10 Maret 2018
Suamiku paling takut loh mba istrinya berpenghasilan trus jadi ngelunjak, katanya banyak rumah tangga yang cerai karena istri suka mengungkit2 penghasilannya. Makannya saya berusaha kalau punya penghasilan nggak bilang2, tau2 ngebantu aja gitu.. sebenernya ga baik kan ya, tapi mo gimana lagi :D
BalasHapusMungkin karakter suaminya mba yang merasa jadi pemimpin mba, sah-sah saja sih kalau menurut saya :)
HapusAda banyak juga suami kayak gitu, sebenarnya sweet banget loh maksudnya, hanya karena takut kehilangan istri, kalau istrinya macem-macem dan ngelunjak
Yang penting tetep komunikasi sih :)
Wah pelajaran banget nih buat nanti kalau nikah tahu harus memposisikan diri sebagai suami seperti apa, terutama dalam hal finansial hehe, mantul mba rey
BalasHapushehehe, semangat mengumpulkan ilmu sebelum menikah :D
HapusUang terkadang menjadi salah satu pendorong seseorang menjadi bertengkar dng orang terdekatnya, sehingga terkadang uang menjadi meyingkir dari kita, karena uang tak mau kita ribut, dan tak mau jadi bahan keributan.
BalasHapuseeee... emangnya uang punya perasaan kayak gitu juga yach....hahahha.... Maaf ngelantur... Mbak :)
kalau menurut saya UANG KU adalah UANG TITIP-an, yang nanti bakal DI AMBIL oleh Pemilik Warung, OM Penjual Bakso, SPBU dll.... dompet hanyalah tempat TRANSIT sementara. :)
wkwkwkwkwkkwkwkwwk.. iya juga ya, sebenarnya uang itu baik, karena sedih kita berantem, dia memilih pergi wakakaka
HapusDan titipan itu kenapa keren banget sih, titipan tukang bakso :D
Sebenarnya kasian juga jadi uang, digilir mulu hidupnya :D