Sharing By Rey - Darrell, si sulung kami tumbuh dengan gigi yang sehat dan membanggakan, hal tersebut dikarenakan saya sejak kecil sering sakit gigi, dan saya tahu banget betapa nggak enaknya hal tersebut.
Karenanya, sejak si kakak bayi, saya sudah heboh membersihkan giginya sampai akhirnya gigi susunya tumbuh dengan sehat.
Akan tetapi, mungkin sudah suratan kalau kami memang tidak bisa menghindari dokter gigi dan masalah pergigian, demikianlah gigi si kakak akhirnya bermasalah juga, dimulai dari seringnya dia jatuh dan membiarkan giginya menghantam lantai atau sejenisnya.
Dan hal itu berujung hal menyedihkan, yaitu gigi permanennya tanggal, huhuhu.
Mungkin juga sudah menjadi jalannya bagi kakak Darrell untuk selalu berurusan dengan dokter, baik dokter spesialis hingga profesor.
Dari dokter anak, hingga dokter gigi anak.
Menjadi orang yang pernah merasakan sakitnya teramat sangat dari sakit gigi dan 'kejam'nya prosedur di dokter gigi mengeruk isi dompet, membuat saya berjanji pada diri sendiri kalau cukup saya yang ngerasain hal itu, tidak boleh terjadi pada anak.
Dari yang selalu menggosok gigi mungilnya agar dia terbiasa rajin gosok gigi, hingga menjaga agar kakak Darrell tidak over mengkonsumsi makanan manis, salah satunya adalah permen dan cokelat.
Sampai akhirnya dia semakin besar dan gigi susunya mulai goyang-goyang serta akhirnya tanggal satu persatu.
Ketika Darrell Jatuh Dan Gusinya Sobek
Di sisi lain, kakak Darrell juga tumbuh menjadi anak yang kurang pandai menjaga diri sendiri, mungkin karena sejak bayi saya menjaganya dengan over banget, jadilah dia terbiasa kalau hendak jatuh ada yang sigap megangin.
Hasilnya, setelah dia besar dan nggak setiap saat bisa di sisi maminya seperti dulu, tak ada lagi yang sigap memeganginya saat dia terjatuh, sementara keseimbangannya selalu bermasalah.
Dan berkali-kali terjatuh dengan sukses mencium tanah, hiks.
Bahkan gigi susu depannya, copot sebelum waktunya karena jatuh.
Kangen senyum imutnya, dengan giginya yang sehat |
Puncaknya terjadi saat sekitar bulan September tahun 2017 lalu, saat itu saya sedang hamil mendekati HPL, kakak Darrell yang memang setiap sore saya beri waktu sejam untuk main sepeda bersama temannya, tiba-tiba telat dari jam pulangnya.
Agak lama saya menunggu dengan deg-degan dan tak henti berdoa, sampai akhirnya seorang satpam komplek datang memberi tahu saya bahwa kakak Darrell terjatuh dari sepeda dan mulutnya berdarah banyak.
Masha Allah...
Saya langsung pucat pasi juga panik, sudah mulai berpikiran yang macam-macam, tanpa memperhatikan keadaan diri saya langsung menjemput dia ke tempat yang dikatakan satpam.
Baru saja beberapa langkah meninggalkan rumah, si satpam datang membawa kakak Darrell dengan keadaan mulutnya berdarah.
Gak usah ditanya bagaimana perasaan saya saat itu, gundah, sedih, panik, takut dan lain-lain menjadi satu, sampai-sampai perut buncit saya terasa keram.
Alhamdulillah setelah cepat menguasai keadaan diri, saya segera mengambil kassa untuk membersihkan mulutnya.
Ternyata yang luka adalah bagian gusinya, lukanya lumayan besar, untuk ketahan gigi seri depan yang masih di dalam gusi. Karena panik dan bingung mau ke mana, saya memutuskan mengajaknya ke dokter umum di dekat tempat tinggal kami.
Oleh dokter hanya di beri obat pereda nyeri dan salep agar lukanya bisa cepat sembuh dan gak jadi sariawan parah.
Gak karuan rasa hati melihat kondisi gusinya, meskipun juga dalam hati tak henti bersyukur karena untuk ada gigi di dalam gusinya yang nahan.
Karena setelah ditanya, ternyata dia jatuh menabrak mobil yang sedang parkir dan pasrah jatuh duluan mulut di plat mobil hiks.
Karena keesokan harinya, darahnya udah berhenti keluar, kami gak lagi berpikir akan ke dokter gigi, terlebih saya rencananya beberapa hari lagi bakal operasi sesar.
Ketika Gigi Seri Permanennya Tanggal
Waktu berlalu, hingga akhirnya adiknya si baby Adean lahir, sayapun sudah nyaris lupa dengan maksud membawa kakak Darrell ke dokter gigi karena gusinya yang luka dan giginya yang sebenarnya belum waktunya terlihat jadi kelihatan dan jadinya muncul ke depan karena mengikuti sobekan gusi.
Hingga suatu hari saat adiknya masih berusia 2-3 mingguan, tiba-tiba kakak Darrell pulang dari sekolah dengan memakai seragam yang tidak saya kenali.
Usut punya usut ternyata dia HABIS JATUH LAGI DAN KENA GIGI DAN GUSI DEPAN LAGI SODARA! huhuhu.
Kakak Darrell mulai berisik, mengajak kami ke dokter gigi karena kata dokter di UKS nya, kakak Darrell harus ke dokter gigi untuk periksa gigi.
Namun karena kesibukan saya yang tenaga, waktu benar-benar terkuras mengurus bayi, saya dan suamipun menunda-nunda kunjungan ke dokter giginya.
Yang akhirnya MENJADI PENYESALAN SAYA SEUMUR HIDUP, huaaaaaa.... *dan saya nangis lagi.
Akhir Maret lalu, saya kesal sekali dengan kakak Darrell yang semakin hari semakin caper, hingga gak sengaja saya mendorong dia dan giginya kena lututnya laluuuuuuuu tanggal sodara..
Gak usah nanya perasaan saya...
Dan belakangan saya baru sadar, sepertinya saya terkena baby blues yang berlanjut jadi postpartum depression.
Saat menyadari gigi depannya yang mana itu adalah gigi permanennya tanggal, saya langsung histeris memeluknya meminta maaf sambil tiba-tiba flashback kenangan saat dia masih bayi.
Saat gigi susunya pertama kali tumbuh, betapa excited-nya saya.
Saat tanpa lelah meskipun kadang harus terkesan galak menyuruhnya sikat gigi karena semata saya gak mau giginya rusak seperti gigi mami papinya.
Tidak ada malam yang rasanya terlewat tanpa dia sikat gigi, demi semata agar giginya tumbuh sehat.
Semalaman saya menangis sambil memeluk kakak Darrell yang sepertinya belum sepenuhnya sadar kalau dia kehilangan gigi permanennya.
Eh gak cuman semalam ding, 3 hari 3 malam, sampai bengkak mata saya.
Kalau gak mikir hari Sabtu saya bakal ketemu teman dari Hongkong dan malu kalau mata saya bengkak, rasanya masih pengen nangis sampai (terasa, meskipun hanya TERASA) puas.
Suami sampai kehabisan akal menghibur saya, mengatakan bahwa itu bukan kesalahan saya, tapi tetap saja momen itu menyiksa banget buat saya.
Berasa saya gagal banget jadi ibu, bahkan sudah mengorbankan segalanya demi anak-anak, toh juga anak-anak nggak aman di tangan saya, hiks.
Semoga jadi pelajaran bagi semua ibu, jangan abaikan tumbuh kembang dan keseimbangan anak, jangan abaikan kesehatan gigi anak, dan jangan abaikan gejala postpartum depression yang akan membuat kita mencelakai anak.
Semoga manfaat.
Sidoarjo, 1 April 2018
Reyne Raea
UnknownWednesday, August 05, 2020
BalasHapuskak kira2b sekarang biaya ke klinik safa beraoa ya?
Reply: telpon saja Kak :)