Sharing By Rey - Pengalaman dan tips ke Bromo bersama bayi tentunya sangat dinantikan oleh banyak orang, demikian pula saya.
Di postingan sebelumnya, di mana kami menghabiskan setengah hari dengan road trip semi unplanned versi off road *halah!
Yang mana dari segala ketegangan yang ada, berakhir dengan pilihan kami menginap di hotel Ancala Inn wilayah Tosari.
Setelah check in, kami lalu membersihkan diri, terutama si bayi yang sudah risih karena sudah pup sejak 30 menit berlalu, lol.
Pun juga saya yang baru sadar, ternyata saya lagi 'dapet' dan saking tegangnya selama perjalanan, saya gak terpikirkan sama sekali untuk ganti 'popok', akibatnya ya gitu deh, bisa dibayangkan..
*Adegan selanjutnya adalah si Rey sibuk bersihin rok dan akhirnya terpaksa memakai celana panjang si papi.
Alhamdulillah nya, air panas di toilet berfungsi dengan baik, gak bisa bayangin kalau air panasnya mati, dijamin saya bakal semalaman manasin air pakai water heater buat kopi/teh hahaha.
Setelah mandi, papi keluar mencari makan malam, saya stay di kamar saja untuk menyiapkan makan malam si bayi.
Sebenarnya kami gak sreg jika harus nginap di hotel, betapa enggak? saya butuh dapur buat masakin makanan si bayi.
Waktu di villa Batu, saya memang sudah masakin bubur dan sayurnya, sayangnya karena udah malam dan berada di tempat dingin, bubur dan sayur tersebut jadi gak enak meski sudah dipanasin pakai kompor listrik.
Saya memang prepare lebih untuk liburan kami kali ini, berkaca dari pengalaman kecut kami saat road trip unplanned ke Jakarta yang bikin si bayi kelaparan gegara ternyata gak suka makanan atau bubur instan.
Akhirnya Check In Di Hotel Dan Mencari Jeep
Setelah check in, kami lalu membersihkan diri, terutama si bayi yang sudah risih karena sudah pup sejak 30 menit berlalu, lol.
Pun juga saya yang baru sadar, ternyata saya lagi 'dapet' dan saking tegangnya selama perjalanan, saya gak terpikirkan sama sekali untuk ganti 'popok', akibatnya ya gitu deh, bisa dibayangkan..
*Adegan selanjutnya adalah si Rey sibuk bersihin rok dan akhirnya terpaksa memakai celana panjang si papi.
Alhamdulillah nya, air panas di toilet berfungsi dengan baik, gak bisa bayangin kalau air panasnya mati, dijamin saya bakal semalaman manasin air pakai water heater buat kopi/teh hahaha.
Setelah mandi, papi keluar mencari makan malam, saya stay di kamar saja untuk menyiapkan makan malam si bayi.
Sebenarnya kami gak sreg jika harus nginap di hotel, betapa enggak? saya butuh dapur buat masakin makanan si bayi.
Waktu di villa Batu, saya memang sudah masakin bubur dan sayurnya, sayangnya karena udah malam dan berada di tempat dingin, bubur dan sayur tersebut jadi gak enak meski sudah dipanasin pakai kompor listrik.
Saya memang prepare lebih untuk liburan kami kali ini, berkaca dari pengalaman kecut kami saat road trip unplanned ke Jakarta yang bikin si bayi kelaparan gegara ternyata gak suka makanan atau bubur instan.
Karenanya, saya bawa berbagai perlengkapan, mulai dari panci, kompor listrik, beras, telur, mie instan, pop mie, kopi, teh, gula, susu bubuk, keju, oat, margarin, bahkan bawang sama cabe (iyaaa, saya kebangetan juga lebaynya, lol)
Eh tapi, nyatanya semua perlengkapan tersebut terpakai saat di Villa Batu, saya bisa masakin bubur lengkap dengan lauk buat si bayi, dan kami bisa sarapan mie instan dan telur goreng.
Bahkan kompor listrik yang awalnya kami pikir gak bakal terpakai, eh nyatanya dipakai juga meski gak lama soalnya sungkan ketahuan pihak hotel hahaha.
Oh ya, semua perlengkapan tersebut sebenarnya bukan pertama kalinya saya siapkan, dulu ketika kakak Darrell masih kecil, kami membawa banyaaakkk banget 'perlengkapan perang' untuk kakak Darrell saat kami bepergian.
Eh tapi, nyatanya semua perlengkapan tersebut terpakai saat di Villa Batu, saya bisa masakin bubur lengkap dengan lauk buat si bayi, dan kami bisa sarapan mie instan dan telur goreng.
Bahkan kompor listrik yang awalnya kami pikir gak bakal terpakai, eh nyatanya dipakai juga meski gak lama soalnya sungkan ketahuan pihak hotel hahaha.
Oh ya, semua perlengkapan tersebut sebenarnya bukan pertama kalinya saya siapkan, dulu ketika kakak Darrell masih kecil, kami membawa banyaaakkk banget 'perlengkapan perang' untuk kakak Darrell saat kami bepergian.
Kemudian si papi dan kedua bocah datang membawa nasi goreng yang rasanya... ya gitu deh, lol.
Meskipun nasi goreng rasanya hambar dan gaje, tapi kata kakak Darrell rasanya enak (ya iyalah enak, orang belum makan sejak siang dan hawanya dingiiinn banget).
Karena nasi goreng yang dibeli papi cuman 1 (sudah habis), maka beliau kembali lagi mencari penjual makanan dan ternyata pas pulang membawa lagi nasi goreng yang juga rasanya... ya gitu deh itu hahaha.
Oh ya, meskipun rasanya 'ya gitu deh' tapi harganya lumayan lah, 15rebo per porsi, lol.
Papi juga sempat nanya-nanya penyewaan jeep, katanya rata-rata harganya 600ribu, dan gak bisa ditawar (saya bermaksud nawar karena emang tujuannya cuman mau ke penanjakan sama bukit teletubbies saja)
Eh tenyata, semua pemilik jeep hanya menyewakan paket touring ke semua lokasi yang ada (Penanjakan, Pasir Berbisik, Bukit Teletubbies dan Kawah Bromo)
Kami bingung, jika memesan sekarang, maka kami bakal dijemput sekitar pukul 03.00, hal yang menakutkan karena belum tentu para bocah bisa mudah dibangunkan dan siap-siap jam segitu, akhirnya diputuskan untuk sewa langsung di tempat penyewaan alias rest area yang biasa digunakan untuk parkir mobil.
Setelah memasang alarm pukul 02.30, kamipun tidur.
Alhamdulillahnya lagi, selimut yang disediakan hotel begitu tebal dan terasa hangat, meskipun demikian, saya yang gak kuat dingin tetap harus memakai kaos kami dan topi kupluk.
Baru saja kami tertidur, eh si bayi nangis dong, di kasih ASI gak mau, secepatnya saya periksa popoknya, takut pantatnya ruam kayak kejadian liburan ke Jakarta kemaren.
Meskipun nasi goreng rasanya hambar dan gaje, tapi kata kakak Darrell rasanya enak (ya iyalah enak, orang belum makan sejak siang dan hawanya dingiiinn banget).
Karena nasi goreng yang dibeli papi cuman 1 (sudah habis), maka beliau kembali lagi mencari penjual makanan dan ternyata pas pulang membawa lagi nasi goreng yang juga rasanya... ya gitu deh itu hahaha.
Oh ya, meskipun rasanya 'ya gitu deh' tapi harganya lumayan lah, 15rebo per porsi, lol.
Papi juga sempat nanya-nanya penyewaan jeep, katanya rata-rata harganya 600ribu, dan gak bisa ditawar (saya bermaksud nawar karena emang tujuannya cuman mau ke penanjakan sama bukit teletubbies saja)
Eh tenyata, semua pemilik jeep hanya menyewakan paket touring ke semua lokasi yang ada (Penanjakan, Pasir Berbisik, Bukit Teletubbies dan Kawah Bromo)
Kami bingung, jika memesan sekarang, maka kami bakal dijemput sekitar pukul 03.00, hal yang menakutkan karena belum tentu para bocah bisa mudah dibangunkan dan siap-siap jam segitu, akhirnya diputuskan untuk sewa langsung di tempat penyewaan alias rest area yang biasa digunakan untuk parkir mobil.
Setelah memasang alarm pukul 02.30, kamipun tidur.
Alhamdulillahnya lagi, selimut yang disediakan hotel begitu tebal dan terasa hangat, meskipun demikian, saya yang gak kuat dingin tetap harus memakai kaos kami dan topi kupluk.
Baru saja kami tertidur, eh si bayi nangis dong, di kasih ASI gak mau, secepatnya saya periksa popoknya, takut pantatnya ruam kayak kejadian liburan ke Jakarta kemaren.
Alhamdulillah, pantatnya baik-baik saja. Seketika saya olesin perut dan punggungnya pakai minyak telon, mungkin dia kedinginan, lalu saya susuin dan dipeluk.
Si bayi jadi agak tenang, saya dan si papi menarik napas lega, namun baru saja kami mau tidur, eh si bayi nangis lagi, pas digendong baru deh ketauan, ternyata dia kegerahan sodara hahaha.
Atuh mah si bayi, orang-orang pada menggigil kedinginan gegara hawanya yang super duper dingin, eh dia malah keringatan.
Maminya juga sih lebay, napa pula dipakein baju dan celana berlapis-lapis, lol.
Pukul 02.30 saya terbangun, langsung beberes menyiapkan segalanya.
Saat pertama kali menginjak lantai yang tanpa karpet, rasanya kayak injak es batu di frezer, hiks.
Terlebih lagi saat menyentuh air dingin di washtafel (air panas cuman ada di shower saja).
Rasaya dinginnya merasuk hingga ke tulang-tulang.
Setelah minum kopi, dan menyiapkan papi makan pop mie, kami membangunkan anak-anak dan menyiapkan perlengkapannya,
Dan setelahnya, ayo tebak pukul berapa akhirnya kami bisa keluar dari hotel?
.
.
Pukul 3.30 sodara hahaha.
Coba kalau kami minta dijemput supir jeep, dijamin supirnya bete nungguin kelamaan.
Kamipun menyusuri jalanan dini hari yang lumayan sepi, akses masuk dari daerah Pasuruan ini memang kurang begitu terkenal, jadi gak seramai seperti daerah lewat Cemoro lawang.
Mencari jeep pun kami harus menjalani drama terlebih dahulu, saat ditawari kami oke saja ketika diminta 600ribu, sayangnya orang yang nawari gak punya jeep, ternyata dia nyari jeep orang juga yang setelah kami ikutin dia eh malah gak ada jeepnya, bete gak sih? mana waktu sudah semakin mendekati fajar.
Alhasil, setelah kami mondar mandir gak jelas, gak ada yang nawarin jeep, kami memutuskan kembali ke pintu gerbang yang mana kami dicegat kemaren.
Sesampainya di gerbang kami kembali dicegat dan ditawarin jeep, tanpa banyak tawar menawar, kami setuju saja membayar 600ribu.
Papi juga membayar tiket masuk, kalau gak salah sebesar 27,500 per orang.
Hanya butuh beberapa menit, kami sudah berada di dalam jeep putih yang dikendarai oleh supir yang ramah dan lumayan sabar, dibilang sabar karena mau saja diminta jangan merokok di dalam jeep, atuh mah ada bayi, lol.
Padahal sebelumnya sedikit parno karena melihat semua orang di sana pada merokok semua.
Kami berkendara dalam jeep sekitar 25 menit, dan tiba-tiba berhenti.
Ternyata jalanan sudah macet, dan jeep sudah gak bisa berjalan lagi, alhasil kami harus turun dan meneruskan berjalan kaki ke lokasi terdekat.
Padahal lokasi terdekatnya masih sekitar sekilo lagi hiks..
Terpaksa kami menerima tawaran ojek, awalnya diminta tarif seratus ribu persekali jalan, katanya tujuan kami (penanjakan) masih sangat jauh, sekitar 4-5 KM lagi.
Karena males liat si papi yang terkesan gak pintar nawar, sayapun (yang aslinya lebih gak pintar nawar) ikutan menawar pakai jurus rayuan mendayu-dayu alias merengek hahaha.
Yang akhirnya deal di angka 75ribu.
Kami terpaksa pakai 2 ojek, dan Alhamdulillah, lucky me saya dapat ojek yang kendarai cewek dong.
Padahal sudah deg-degan dan bingung, secara selama ini saya jarang bahkan gak pernah dibonceng lelaki lain selain suami, bapak saya dan satu dua teman yang sudah sangat dekat.
Alasannya satu, saya suka ketakutan kalau dibonceng orang, jadi harus pegangan. Masa iya pegangan di tukang ojek laki?
Kami lalu berangkat ke Penanjakan dengan mengendarai 2 ojek, dan ketika sudah dalam boncengan, ampuuunnn dinginnya, wajah saya rasanya mati rasa, dinginnya benar-benar bagai menusuk.
Alhamdulillah si bayi tetap anteng dan tidur nyenyak banget, jadi saya bisa gendong dia pakai gendongan baby wrap yang sama sekali gak bikin pundak pegal, pun juga si bayi jadi hangat dan terlelap karena nyaman seperti dipeluk mulu.
Si bayi jadi agak tenang, saya dan si papi menarik napas lega, namun baru saja kami mau tidur, eh si bayi nangis lagi, pas digendong baru deh ketauan, ternyata dia kegerahan sodara hahaha.
Atuh mah si bayi, orang-orang pada menggigil kedinginan gegara hawanya yang super duper dingin, eh dia malah keringatan.
Maminya juga sih lebay, napa pula dipakein baju dan celana berlapis-lapis, lol.
Mulai Petualangan Memasuki Kawasan Bromo
Pukul 02.30 saya terbangun, langsung beberes menyiapkan segalanya.
Saat pertama kali menginjak lantai yang tanpa karpet, rasanya kayak injak es batu di frezer, hiks.
Terlebih lagi saat menyentuh air dingin di washtafel (air panas cuman ada di shower saja).
Rasaya dinginnya merasuk hingga ke tulang-tulang.
Setelah minum kopi, dan menyiapkan papi makan pop mie, kami membangunkan anak-anak dan menyiapkan perlengkapannya,
Dan setelahnya, ayo tebak pukul berapa akhirnya kami bisa keluar dari hotel?
.
.
Pukul 3.30 sodara hahaha.
Coba kalau kami minta dijemput supir jeep, dijamin supirnya bete nungguin kelamaan.
Kamipun menyusuri jalanan dini hari yang lumayan sepi, akses masuk dari daerah Pasuruan ini memang kurang begitu terkenal, jadi gak seramai seperti daerah lewat Cemoro lawang.
Mencari jeep pun kami harus menjalani drama terlebih dahulu, saat ditawari kami oke saja ketika diminta 600ribu, sayangnya orang yang nawari gak punya jeep, ternyata dia nyari jeep orang juga yang setelah kami ikutin dia eh malah gak ada jeepnya, bete gak sih? mana waktu sudah semakin mendekati fajar.
Alhasil, setelah kami mondar mandir gak jelas, gak ada yang nawarin jeep, kami memutuskan kembali ke pintu gerbang yang mana kami dicegat kemaren.
Sesampainya di gerbang kami kembali dicegat dan ditawarin jeep, tanpa banyak tawar menawar, kami setuju saja membayar 600ribu.
Papi juga membayar tiket masuk, kalau gak salah sebesar 27,500 per orang.
Hanya butuh beberapa menit, kami sudah berada di dalam jeep putih yang dikendarai oleh supir yang ramah dan lumayan sabar, dibilang sabar karena mau saja diminta jangan merokok di dalam jeep, atuh mah ada bayi, lol.
Padahal sebelumnya sedikit parno karena melihat semua orang di sana pada merokok semua.
Kami berkendara dalam jeep sekitar 25 menit, dan tiba-tiba berhenti.
Ternyata jalanan sudah macet, dan jeep sudah gak bisa berjalan lagi, alhasil kami harus turun dan meneruskan berjalan kaki ke lokasi terdekat.
Padahal lokasi terdekatnya masih sekitar sekilo lagi hiks..
Naik Ojek Dari Awal Kemacetan ke Penanjakan Atas
Terpaksa kami menerima tawaran ojek, awalnya diminta tarif seratus ribu persekali jalan, katanya tujuan kami (penanjakan) masih sangat jauh, sekitar 4-5 KM lagi.
Karena males liat si papi yang terkesan gak pintar nawar, sayapun (yang aslinya lebih gak pintar nawar) ikutan menawar pakai jurus rayuan mendayu-dayu alias merengek hahaha.
Yang akhirnya deal di angka 75ribu.
Kami terpaksa pakai 2 ojek, dan Alhamdulillah, lucky me saya dapat ojek yang kendarai cewek dong.
Padahal sudah deg-degan dan bingung, secara selama ini saya jarang bahkan gak pernah dibonceng lelaki lain selain suami, bapak saya dan satu dua teman yang sudah sangat dekat.
Alasannya satu, saya suka ketakutan kalau dibonceng orang, jadi harus pegangan. Masa iya pegangan di tukang ojek laki?
Kami lalu berangkat ke Penanjakan dengan mengendarai 2 ojek, dan ketika sudah dalam boncengan, ampuuunnn dinginnya, wajah saya rasanya mati rasa, dinginnya benar-benar bagai menusuk.
Alhamdulillah si bayi tetap anteng dan tidur nyenyak banget, jadi saya bisa gendong dia pakai gendongan baby wrap yang sama sekali gak bikin pundak pegal, pun juga si bayi jadi hangat dan terlelap karena nyaman seperti dipeluk mulu.
Sebelumnya juga saya sudah memakaikan baju dan celana serta sweater berlapis, ditambah lagi oleh selimut tebal dan jaket saya.
Ternyata benar apa kata si ojek, lokasi Penanjakan masih sangat jauh, jeep sudah gak bisa meneruskan jalannya karena jalanan sudah macet, jalanan yang sempit, sangat tidak memungkinkan untuk bisa ke atas lagi, terpaksa kami mengalah meski awalnya jadi kesal, atuh mah bayar mahal tetep juga harus jalan kaki atau ngeluarin duit buat naik ojek.
Sekitar 30 menit berkendara, akhirnya sampai juga kami di penanjakan, saat hendak membayar ongkos ojek, si ojek menolak dan meminta kami naik ojeknya lagi saat pulang nanti dan dibayar sekalian nanti.
Kamipun setuju dan langsung setengah berlari menaiki tangga menuju ke puncak penanjakan.
Hawa semakin dingin, ditambah angin yang bertiup kencang, napas kami ngos-ngosan sambil diiringi uap yang keluar dari mulut saking dinginnya.
Si papi mengajak secepatnya agar bisa melihat matahari yang bakal terbit sesaat lagi, namun apa daya, hawa dingin yang menusuk serta mulut yang menggigil bikin napas saya gak bisa teratur dan tentu saja bikin saya nyaris gak bisa napas terlebih berjalan ke atas.
Si papi akhirnya harus menarik saya, dan sedikit demi sedikit Alhamdulillah sampai juga di penanjakan atas.
Ternyata benar apa kata si ojek, lokasi Penanjakan masih sangat jauh, jeep sudah gak bisa meneruskan jalannya karena jalanan sudah macet, jalanan yang sempit, sangat tidak memungkinkan untuk bisa ke atas lagi, terpaksa kami mengalah meski awalnya jadi kesal, atuh mah bayar mahal tetep juga harus jalan kaki atau ngeluarin duit buat naik ojek.
Sekitar 30 menit berkendara, akhirnya sampai juga kami di penanjakan, saat hendak membayar ongkos ojek, si ojek menolak dan meminta kami naik ojeknya lagi saat pulang nanti dan dibayar sekalian nanti.
Kamipun setuju dan langsung setengah berlari menaiki tangga menuju ke puncak penanjakan.
Hawa semakin dingin, ditambah angin yang bertiup kencang, napas kami ngos-ngosan sambil diiringi uap yang keluar dari mulut saking dinginnya.
Si papi mengajak secepatnya agar bisa melihat matahari yang bakal terbit sesaat lagi, namun apa daya, hawa dingin yang menusuk serta mulut yang menggigil bikin napas saya gak bisa teratur dan tentu saja bikin saya nyaris gak bisa napas terlebih berjalan ke atas.
Si papi akhirnya harus menarik saya, dan sedikit demi sedikit Alhamdulillah sampai juga di penanjakan atas.
Indahnya sunrise :) |
Sayangnya, kami telat nyampenya, lokasi sudah sangat padat oleh orang-orang yang ingin melihat matahari terbit dan pertama kali menyinari gunung Bromo dan sekitarnya.
Kami hanya bisa puas berdiri dekat mushola terbuka dekat toilet (untung gak bau hahaha).
Gunung Bromo sama sekali gak terlihat dari tempat kami berdiri.
Syukurlah, gak menunggu lama matahari akhirnya terbit, dan setelahnya orang-orang pada beranjak meninggalkan tempat, kamipun bisa lebih leluasa naik ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat gunung Bromo.
Si bayi tetap anteng, meski agak terbangun sebentar saat saya membenarkan topinya, kalau kakak Darrell gak usah ditanya deh, dia ngambek minta pulang gegara gak kuat dingin muahahaha.
Dasar kok si kakak tuh gak asyik, ke mana-mana antusiasnya tinggi, giliran udah nyampe, gak sampai 5 menit selalu bosan dan minta pulang, dipikir ke Bromo itu murah apa ya? (emak irit alias pelit, lol).
8 tahun lalu :D |
Menuju Destinasi Kedua, Pasir Berbisik
Setelah puas foto-foto ditimpali rengekan si kakak yang minta pulang, kami akhirnya beranjak turun, di bawah tangga demi menghibur si kakak saya menawarkan makan pop mie yang tentu saja disambut gembira oleh kakak yang jarang bisa makan pop mie, lol.
Pop mie dijual seharga 10 ribu dan teh panas 5 ribu.
Sudah kayak emak-emak di heropah belom? :'D |
Makan popmie |
Setelah kakak makan, kami segera menuju parkiran, dan lumayan terpana akan daya ingat si tukang ojek, dia gak lupa kami dong, padahal sumpah kami udah lupa wajah mereka hahaha.
Ya gimana dong, saat itu masih gelap, kami sempat liat nomor motornya, tapi karena ribet sama krucil ya gak dicatat, jadinya lupa. Untung ojeknya hebat dalam mengingat wajah orang.
Kami lalu dibonceng menuju tempat supir jeep menunggu, baru saja keluar parkiran daaannn kami di sambut deretan jeep yang berhenti di tengah jalan.
MACET sodara ! hahaha..
Tiba-tiba kami bersyukur, kami ke penanjakan naik ojek, emang jadinya pengeluaran jadi bengkak sih, bahkan saya yang cuman bawa duit cash terbatas sempat kebingungan karena ternyata duit di dompet gak cukup buat bayar ojek hahaha.
Untung papi punya uang cash sedikit di dompetnya.
Ternyata, menurut tukang ojek wanita yang awalnya saya pikir ibu-ibu ternyata anak SMP (iyaaaa.. badannya bongsor amat).
Kalau mau dianter jeep sampai ke penanjakan, harus rela berangkat tengah malam sekitar pukul 1 atau 2 dini hari, lewat dari itu jeep dipastikan gak bisa sampai atas, karena di bawah ada lokasi lain seperti bukit cinta dan bukit kingkong tempat melihat sunrise juga.
Karena kapasitas jeep yang banyak dan parkiran gak memadai, jadilah jeep yang mengantarkan wisatawan ke bukit cinta atau kingkong jadi parkir di pinggir jalan, akibatnya hanya motor saja yang bisa lewat untuk ke penanjakan.
Tapi, kalaupun kita ngotot berangkat tengah malam hingga ke penanjakan, dijamin kita yang paling akhir turun ke pasir, karena macetnya dari penanjakan sampai di bawah dong hahaha.
Kami diantar oleh ojek ke lokasi jeep berhenti pertama kali, namun Alhamdulillahnya lagi sang supir baik hati dan cerdas, dia ternyata sudah menunggu kami dipertigaan yang mana bakal menuju ke lautan pasir, jadi kami gak perlu kena macet lama-lama.
Setelah membayar ojek kamipun naik jeep dan diantar ke lokasi selanjutnya, oleh supirnya kami diajak ke pasir berbisik dulu.
Dan ternyata, lokasinya lumayan jauh dong, sambil tergoncang-goncang akibat jalan di pasir serta bingung karena si bayi terbangun dan minta ASI (ampun rempongnya, saya lupa kalau harus nyusuin dan saya pakai baju yang panjang serta dipinggang terikat kain gendongan, dengan susah payah saya akhirnya bisa menyusui si bayi meski nyaris jumpalitan).
Rempong dalam jeep |
Tetep merindukan pasir :D |
Di lokasi pasir berbisik kami turun untuk foto-foto, gak ada hal lain di sana selain hamparan pasir halus dengan background tebing yang tandus berwarna abu-abu di kejauhan.
Konon lokasi ini jadi terkenal gegara pernah jadi lokasi syuting Dian Sastro dalam film Pasir Berbisik.
Parkiran jeep di pasir berbisik |
Pasir di mana-mana |
Meskipun di lokasi pasir berbisik gak ada apa-apa selain pasir, namun memang lokasi itu paling menyenangkan menurut saya, lokasinya bersih dan jarang ada kotoran kudanya, makanya si kakak hepi banget bisa main pasir.
Destinasi Ketiga, Bukit Teletubbies
Selanjutnya kami diantar menuju lokasi Bukit Teletubbies, lokasinya lebih jauh berada di belakang deretan gunung Bromo.
Jalanannya tetap terguncang gegara harus melalui pasir yang pastinya gak rata.
Sesampainya di sana suasana lebih ramai ketimbang pasir berbisik.
Bukit Teletubbies merupakan hamparan rumput yang luas dengan warna coklat (mungkin karena sekarang sudah masuk musim kemarau, makanya rumputnya pada layu kata kakak Darrell, hehehe).
Mungkin karena hamparan rumput tersebut mirip dengan hamparan rumput yang ada di bukit dalam film Teletubbies, makanya dinamakan demikian.
Di lokasi ini, kami juga gak lama-lama.
Hanya cekrek-cekrek dari dekat dan lalu selesai.
Anaknya cari pasir, bayinya bobo, emaknya selfie :D |
Parkiran di lokasi Bukit Teletubbies |
Our Photografer, tengkiu papidady :* |
Si kakak lagi-lagi manyun karena sedang asyik bermain pasir (teteup).
Sayangnya di sini gak sebersih lokasi pasir berbisik, ada banyak kotoran kuda di mana-mana, karena beberapa orang menyewakan kuda untuk bisa dipakai berkeliling bukit.
Destinasi Terakhir, Kawah Bromo
Dalam perjalanan ke lokasi berikutnya yaitu kawah Bromo, saya sampai ketiduran saking terasa lama nyampenya, lokasinya memang benar benar jauh, dalam hati saya nyelutuk, makanya tarif jeep 600ribu, worth it banget lah untuk jarak segitu.
Di parkiran kawah Bromo, kami berhenti lagi, di sini suasananya gak seasyik lainnya, bau kotoran kuda benar-benar menyiksa hidung, padahal belum kalau ditambah bau belerang saat mendekati kawah.
Kami gak berani mendekat ke kawah karena gak tahan bau belerang, gak berani ambil resiko jika si bayi gak kuat bau belerang.
Kuda yang siap mengantar ke kawah Bromo |
Jadilah kami cuman foto-foto di dekat tempat parkiran saja, lalu setelahnya cus pulang.
Supir jeepnya sampai kaget, belum juga selesai merokok eh udah jalan lagi hahaha, terlebih di parkiran tersebut dia mampir sarapan, belum selesai eh kami minta pulang.
Selanjutnya kami langsung diantar pulang ke lokasi pintu masuk daerah Wonokitri, jalan terasa sangat panjang.
Dan setelah terang barulah terlihat, ternyata kami berjalan di sisi jurang juga, namun karena yang nyetir orang lokal yang sudah terbiasa dengan medan seperti itu, saya bisa duduk manis tanpa harus deg-degan seperti kemaren.
Pukul 09.00 kami sampai di hotel, Alhamdulillah gak seperti kata si pemilik hotel yang mana biasanya orang-orang pulang sekitar pukul 10-11 siang, kami malah bisa sampai hotel lebih cepat.
Sehingga bisa punya waktu buat mandi, sarapan di semi resto hotel, lalu beberes dan siap-siap check out.
Kami akhirnya check out pukul 11.30 dan langsung pulang melalui rute ke Pasuruan kota, gak mau lagi ngulangin lewat jalan penuh ketegangan yang tembus ke Malang.
Tips Berlibur Ke Bromo Bersama Bayi
Dari pengalaman kami ini, saya ingin berbagi tips dan info bermanfaat buat yang ingin berlibur ke Bromo khususnya membawa bayi, yaitu :
- Pastikan kondisi bayi sedang sehat walafiat, tidak punya riwayat asma.
Meskipun demikian, jangan lupa bawa perlengkapan obat seperti sirup penurun panas, termometer, balsem bayi, cairan pembersih hidung bayi (saya pakai Breathy), dan pastinya minyak telon dan semacamnya.
- Siapkan perlengkapan bayi untuk mengatasi udara dingin,
Seperti jacket tebal, celana tebal, topi jenis kupluk yang menutupi telinga, dan selimut tebal.
- Bawa gendongan yang nyaman dan aman, sebaiknya sih jenis babywrap atau hipseat ya namanya hehehe.
Medan yang bakal ditempuh lumayan, naik turun jeep yang lumayan tinggi, plus bisa juga naik ojek, jadi gendongan yang nyaman dan aman, amat sangat dibutuhkan.
- Untuk sang ibu, gunakan pakaian yang nyaman, sebaiknya dari kaos dan menyusui friendly.
Jangan lupa juga pakai sepatu dan kaos kaki biar gak repot naik turun jeep serta berjalan di pasir yang kotor :D
- Pastikan si bayi kenyang dan nyaman agar selama perjalanan bisa anteng dan tertidur nyenyak.
- Jangan lupa bawa payung.
Meski mungkin gak lagi musim hujan, bisa dipakai untuk menangkal sinar matahari, jaga-jaga kalau kejebak macet dan bisa turun ke lautan pasir setelah matahari terik.
(Btw sekitar Bromo memang tetap dingin menyengat even matahari terik, tapi bukan berarti kulit gak bisa gosong, tangan saya jadi ruam parah kena sinar matahari yang gak kerasa menyengat dan pipi si bayi juga ruam hiks).
- Sebaiknya hindari membawa bayi ke dekat kawah.
Selain udaranya berbau belerang, pun juga bau kotoran kuda benar-benar menyiksa hidung, orang dewasa saja kadang gak kuat terlebih bayi.
- Meskipun bayi terlihat anteng, jangan lupa untung selalu mengecek keadaannya.
Jaga-jaga kalau ternyata si bayi gak kuat dingin atau punya asma yang baru terdeteksi.
- Usahakan bawa tisue basah saat masuk ke wisata Bromo.
Jaga-jaga si bayi pup, kasian aja kalau dibasuh pakai air di toilet yang kayak air es dan gak terjamin kebersihannya.
Tips Cerdas Berlibur Ke Bromo
Keindahan Bromo memang sulit untuk diabaikan, sayangnya... keindahan tersebut semakin hari semakin tertutup oleh besarnya biaya yang harus kita keluarkan saat mengunjungi gunung indah ciptaan Allah tersebut.
Tapi jangan khawatir, masih ada cara lain kok yang bisa ditempuh untuk meminimaliskan biaya yang harus dikeluarkan, seperti :
- Naik motor sendiri!
Hal ini memang gak memungkinkan jika kita membawa bayi, terlebih jika kita berasal dari tempat jauh seperti Surabaya dan sekitarnya, kasian saja jika bayi harus dibawa naik motor sejauh itu.
Namun bisa diakalin juga dengan menyewa sepeda motor orang lokal, sayangnya saya gak punya info tentang itu sih, cuman kalau mau nanya-nanya insha Allah ada kok orang lokal yang mau menyewakan motornya untuk keliling penanjakan - kawah Bromo - Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies, yang pastinya jauh lebih murah ketimbang sewa jeep.
Oh ya untuk sepeda motor sendiri masih diperbolehkan masuk ke kawasan wisata Bromo dengan membayar HTM saja sebesar 60ribu untuk 1 motor dan 2 orang (weekday) dan 70 ribu untuk weekend.
- Naik mobil sendiri namun gak perlu nginap di penginapan/hotel.
Hotel di dekat Bromo tuh aduhai harganya, saya saja bisa dapat yang harganya sedikit bikin senyum gegara pakai promo dari aplikasi booking online, itupun masih terbilang tinggi untuk rate hotel rasa hostel hahaha.
Nginap di homestay juga nyaris sama, dengan fasilitas minim, harganyapun lumayan fantastis.
Sebaiknya tempuhlah jarak ke Bromo di malam hari, atur waktunya agar tiba di Penanjakan sebelum matahari terbit. Jika dari Surabaya, sebaiknya berangkat sekitar pukul 11 atau 12 malam, sehingga sampai di sana masih ada waktu untuk tawar menawar jeep.
- Untuk meminimalis pengeluaran lain seperti ojek,
Bisa disiasati dengan berangkat lebih awal, sekitar pukul 1 atau 2 malam sudah harus berada di penanjakan, saat itu jeep masih bisa mencapai penanjakan karena jalan belum terlalu macet.
Namun untuk turun dari penanjakan harus mau memilih, boros waktu yaitu bermacet-macetan sehingga turun ke lautan pasir setelah siang banget atau mengalah naik ojek sampai ke lokasi yang gak macet (jadi setelah mengantar ke penanjakan, minta supirnya untuk segera kembali meunggu ke bagian agak bawah (biasanya di pertigaan antara ke lautan pasir dan arah Pasuruan (sudah lepas lokasi bukit cinta dan kingkong).
Setelah melihat sunrise di penanjakan, naik saja ojek ke pertigaan tersebut, saya kemaren dapat harga 75ribu.
- Cara lain meminimalis pengeluaran ojek adalah, dengan melihat sunrise di bukit paling bawah saja (bukit cinta atau bukit kingkong).
Dari situ kita bisa jalan kaki sedikit ke pertigaan yang macetnya gak separah di atas.
- Jangan lupa bawa termos air panas yang besar dan awet panasnya.
Bawa juga kopi, teh, gula, pop mie, roti, lumayan banget buat meminimalis pengeluaran konsumsi selama di sana (harga makanan juga aduhai).
- Nikmati wisata Bromo dengan bijak.
Jangan buang sampah sembarangan atau merusak fasilitas umum yang ada.
Harapan Untuk Manajemen Wisata Bromo
Oh ya, sebenarnya sewa jeep dan ojek tersebut tidaklah terlalu mahal untuk hasil yang kita dapatkan, sewa jeep misalnya, awalnya saya kesal dan shock dengar harganya segitu, namun setelah diajak keliling-keliling yang lokasinya sungguh menantang dan jauh banget, saya rasa sesuai lah dengan harganya.
Pun juga dengan harga ojek, dengan 150ribu kami bisa dengan cepat menuju penanjakan dan gak usah lama-lama terjebak macet saya rasa itu wort it lah.
Terlebih, semuanya dibuat dengan tujuan agar wisata gunung Bromo juga mendatangkan sumber penghasilan bagi masyarakat di sekitar sana.
Meskipuuunnn, saya juga mau nangis, kok MAHAL SIH hiks..
Menurut saya, seharusnya peraturannya diubah, kewajiban menyewa jeep hanya untuk wisatawan yang harus melewati lautan pasir.
Seharusnya, wisatawan yang datang dari arah Pasuruan dan hanya menuju Penanjakan tidak perlu lagi dipaksa menyewa jeep.
Mengapa? karena medan di sekitar pintu masuk Wonokitri hingga ke penanjakan itu gak terlalu terjal seperti jalanan dari lautan pasir ke penanjakan.
Untuk lebih teratur bisa dibuat peraturan bahwa mobil pribadi bisa masuk di atas pukul 09.00 atau 10.00, di mana jam segitu penanjakan memang sudah sepi dari jeep.
Saya rasa, dengan kebijakan wajib nyewa jeep 600 ribu bahkan lebih itu lama-lama juga bikin wisatawan jadi malas banget ke sana, gimana enggak? harganya ngalah-ngalahin ke wisata lain.
Masa iya mau liburan harus keluar biaya minimal sejuta? hiks..
FYI, wisata gunung Bromo tersebut kini dikelola oleh 4 kabupaten
Pertama : Kabupaten Probolinggo
Yang merupakan pintu masuk utama dan paling ramai di akses wisatawan, jalurnya dari Surabaya - Tongas - Probolinggo.Kedua : Kabupaten Malang
Yang merupakan pintu masuk dari Malang - Ngadas hingga sampai di bukit Teletubbies.Ketiga : Kabupaten Pasuruan
Dengan pintu masuk daerah wonokitri, Tosari.Keempat : Kabupaten Lumajang
Dengan puncak B29 nya (konon lokasi ini lumayan menantang dan hanya bisa ditempuh dengan motor)Semoga ke depannya pemerintah ke empat kabupaten tersebut bisa mengeluarkan kebijakan yang membuat Bromo bisa dinikmati oleh beragam kalangan.
Setidaknya ada cara lain yang lebih irit dalam menikmati kawasan wisata yang indahnya tersohor ke mana-mana tersebut.
Bahkan para bule saja banyak yang memilih hiking dari hotel ke penanjakan demi memperkecil budget pengeluaran.
Kalau saya hiking? bisa-bisa pingsan ditengah pasir kayak Dian Sastro berbaring di pasir hahaha.
Ada yang mau berlibur ke Bromo dalam waktu dekat ini? sharing di komen yuk
Btw kata orang lokal sana, Agustus adalah puncak ramainya para bule mengunjungi Bromo, gegara mereka sedang liburan summer di negaranya.
Semoga manfaat :)
Bahkan para bule saja banyak yang memilih hiking dari hotel ke penanjakan demi memperkecil budget pengeluaran.
Kalau saya hiking? bisa-bisa pingsan ditengah pasir kayak Dian Sastro berbaring di pasir hahaha.
Ada yang mau berlibur ke Bromo dalam waktu dekat ini? sharing di komen yuk
Btw kata orang lokal sana, Agustus adalah puncak ramainya para bule mengunjungi Bromo, gegara mereka sedang liburan summer di negaranya.
Semoga manfaat :)
Sidoarjo, 16 Juli 2018
Akupun rempong kalau pergi-pergi dengan anak-anak. Bawaannya banyak kayak nggak bakal ketemu warung makan, haha.. Emak kan kudu ngirit, jalan-jalan butuh modal.
BalasHapusBtw Bromo bagus dikunjungi bulan apa, selain Agustus?
Emak lyfe ya mba hahahah..
HapusKe Bromo enakan pas ga hujan mba, kayak bulan-bulan sekarang ini, minusnya ya dingiiiiiinnn banget.
Kalau hujan gak bisa nikmati banyak hal, tapi asyiknya cuaca ga terlalu dingin :)
pengen ke Bromo bawa anak juga.. tapi masih belum dikasih kesempatan huhu
BalasHapusAyo di rencanain mba, kalau persiapannya matang insha Allah anak hepi kok :)
HapusWah mantap bun, udah ke bromo lagi bawa bayi. Aduh aku kapan ya bisa ke sana hihihi
BalasHapusAyo bun, diagendakan ke Bromo :)
HapusJanuari nanti rencananya sy mau ke bromo bawa bayi 11 bln. Koq malah jadi takut sy. Soal y sy gk kuat dingin. Klo naiknya tidak pas sunrise. jam 8 pagi, bisakan ya? Apakah masih tetap dingin?
BalasHapusKalau Januari kayaknya gak terlalu dingin mba.
HapusKalau musim hujan, cuaca di Bromo lebih sejuk, tapi gak enaknya sering hujan, jadi gak maksimal ke sananya.
Kalau musim kemarau, enak-enak aja gak takut kehujanan, tapi dinginnya minta ampun hehehe.
Bisa kok mba, kan nyewa Jeep, ada banyak jeep yang standby kapanpun di perlukan :)
Kalau musim kemarau, siangpun masih sedikit menggigil, tapi di dalam jeep enggak kok :)
Kalau bule bule jalan kaki mah bukan karna memperkecil budget pengeluaran mba, tapi karna memang hobby mereka dimanapun kalo travelling pasti gitu hehe CMIIW
BalasHapusGak semuanya mbaaa :D
HapusAda juga yang jalan kaki dengan tujuan ganda, salah satunya memperkecil budget.
Waktu di Bromo kemaren, hampir sepanjang jalan saya liat bule lagi tawar menawar dengan ojek, dan emang mereka memilih jalan karena para ojek ngasih harga yang bikin ternganga :D
Hai mbak, saya br baca di thn 2022 ini. Sama dgn saya mbak, sebel dgn pemaksaan jeep. Saya tahu lah kl mau ke pasir berbisik dll hrs pake jeep gak usah dipaksa2, sayang mobilnya kan ya. Lah ini saya cuma pengen di jalanannya aja, nggak turun mobil, eh disuruh balik. Pnh jg lwt probolinggo jg gt dipaksa balik, pdhl saya tuh cuma mau duduk2 didpn hotel lava view nggak mau turun.
BalasHapusNah iya kan, lama-lama kesal juga ya, nggak semua orang mau turun ke wisata pasir, tapi semua dipaksa nyewa jeep, kan berlebihan ya
Hapus