Sharing By Rey - Kata orang, menikah adalah seni menerima kekurangan pasangan, dan bonusnya adalah kelebihan pasangan.
Kata siapa tuh Rey? kata saya sih, lol.
Btw, sebelum ngomongin kekurangan pasangan, mari kita bahas mengenai hal yang aneh.
Beberapa orang mengatakan, gendut adalah kekurangan pasangan, padahal nyata-nyata itu adalah kelebihan, heran deh, mereka mengartikan pakai bahasa apa, sampai akhirnya kelebihan dikatakan kekurangan?
.
.
.
.
Oke, abaikan gurauan garing saya hahaha.
Terus terang, saya agak-agak kurang setuju dengan menerima kekurangan pasangan.
Bukaaann...
Bukan saya merasa gak punya kekurangan sama sekali sampai gak mau nerima kekurangan pasangan.
Justru kekurangan saya banyak, salah satunya ya kelebihan lemak di perut, eh itu kan kelebihan ya? lol *garing lagi.
But, i mean..
Menerima semua kekurangan pasangan? seriously?
Bagaimana kalau kekurangannya itu merugikan orang lain, misal merugikan kita atau anak kita?
Misal kekurangan pasangan yaitu perokok berat.
Saya sendiri punya kisah yang gak asyik tentang kekurangan suami yang perokok ini, secaraaaa.. saya gak suka orang merokok, tapi entah mengapa mau aja jadian ama lelaki perokok hahaha.
Namun, bukan Rey kalau diam saja melihat pasangan merokok.
Sejak sebelum menikah saya sudah tegasin, "Saya gak suka orang perokok, kalau kamu berat meninggalkan rokok, silahkan pergi sekarang".
Si pasangan sih dulunya mengiyakan, akan meninggalkan rokok demi saya.
Namun kenyataannya tidak semanis omongannya, *sigh.
Dalam perjuangan memberhentikan si pasangan dari kebiasaan buruknya, saya berjuang seorang diri dan segala macam tantangan sudah saya lewati.
Dari ucapan sinis ibu mertua saat baru saja sehari menikah.
Saat itu tante-tante saya bertanya ke si pak suami, apakah dia merokok?
Saya langsung jawab, ya jangan coba-coba merokok lagi!
Eh ibunya langsung nyamber, "Ya merokoklah, orang sebelumnya sudah merokok, ya gak salah kalau sekarang juga merokok, gak usah dilarang-larang"
Uwooowww, saya langsung terkesima, dan tersenyum kecut.
Merokok itu kan kekurangan ya, merugikan orang lain plus merugikan dirinya sendiri.
Kalau anak say perokok dan dilarang orang merokok, pastilah saya dukung 1000%.
Iya gak sih?
Tapi saya mencoba mengerti, mungkin ibu masih beradaptasi melihat anaknya diambil wanita lain dan diatur-atur hehehe.
Selain itu, misal kekurangan pasangan suka judi? suka ngutang dan lupa bayarnya? suka selingkuh atau nyerempet selingkuh?
Masa iya kita terima saja??
Lalu dengan seni macam apa kita menerima kekurangan pasangan yang merugikan demikian?
Kalau saya JELAS GAK MAU TERIMA!
Dan semua itu sudah dideklarasikan sejak sebelum menikah.
Mencintai Dengan Nyata
Kata orang (lagi), cinta itu adalah tindakan, kalau bagi saya bukan hanya tindakan, tapi nyata.
Katanya sih cinta, tapi terima saja kalau pasangannya ngerokok.
Lah itu cintanya beneran atau cinta sementara saja?
Kalau pasangannya sakit dan KO gegara rokok emang rela?
Itu beneran cinta atau cuman kata-kata dan tindakan? tapi gak nyata?
Eh tindakan sama nyata apa bedanya ya?
Mungkin kalau tindakan itu bisa jadi sebuah action saja, tapi actionnya sekadar gerak, gak ada 'isi'nya.
Ya kurang lebih gitulah
Bagi saya, mencintai itu harus nyata, dalam dunia nyata, dalam satu dunia, dalam satu rumah, dalam satu kamar, dalam satu ranjang, bisa disentuh.
Bukanlah cinta, jika tidak bisa memiliki karena terpisah ruang, waktu dan dunia, hiii
Ini kenapa mulai gak nyambung ama judulnya yak? hahaha.
(Yang sering main ke blog ini pasti maklum, 'gak nyambung' is my middle name hahaha.
Mencintai orang lain bagi saya seperti mencintai diri sendiri, melakukan yang terbaik tidak peduli itu bakal terasa tidak nyaman.
Apalah artinya nyaman kalau gak memiliki.
Mencintai orang lain atau pasangan, berarti 'care' pada pasangan untuk hal yang lebih baik.
Dan cinta akan berkah, jika membawa kebaikan.
Misal, dicintai membuat kita jadi dekat Allah, menjauhi semua hal-hal buruk seperti merokok, judi, suka hutang, dkk itu.
Itulah CINTA YANG NYATA.
Bagaimana jika kekurangan pasangan tidak bisa diubah?
Saya rasa, tidak ada kekurangan yang merugikan orang lain yang gak bisa diubah.
Misal merokok.
Pada dasarnya, semua orang BISA BERHENTI MEROKOK, asal si perokok BERHENTI UNTUK BERPIKIR AKAN BERHENTI MEROKOK, JUST STOP SMOOKING!.
Suka selingkuh? semua bisa berhenti selingkuh, asal gak cuman berpikir untuk berhenti, just stop cheating!
Tapi, ada juga kekurangan yang sudah menjadi karakternya sejak kecil dan itu sulit diubah.
Misal, suami yang sulit memahami istrinya, gak bisa romantis, gak bisa mengambil hati istri, suami yang gak bisa berkomunikasi alias pendiam, istri yang suka marah-marah, istri yang cengeng dan semacamnya.
Eh cengeng itu karakter atau sifat ya? kayaknya sifat deh, lah emang apa bedanya karakter sama sifat? *kambuh gak nyambungnya, lol.
Sifat mungkin bisa disebut perilaku, kalau cengeng itu berarti perilakunya peka dan mudah nangis (kayak Rey, lol)
Sedang karakter adalah watak.
Menurut teori, karakter sulit diubah, tapi sifat bisa.
Eh kalau gitu salah dong ya, cengeng masuk kategori sifat, orang saya itu cengeng banget, dan sama sekali suliiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt (kalau perlu pengucapannya panjang sampai 10 km) diubah!!!
Oke, daripada bingung masalah sifat dan karakter, mending kita back to topic.
Menurut saya, cinta itu membuat orang jadi lebih baik.
Jadi, untuk semua kekurangannya, jangan hanya diterima, tapi dibantu untuk dikurangi kalau perlu dihilangkan.
Lalu bagaimana kalau sulit atau tidak bisa diubah?
Ya lihat tingkat kekurangannya sih.
Kalau kekurangan pasangan sangat merugikan orang lain, ya wajib mesti harus dan kudu diubah, apapun alasannya.
Beda lagi kalau kekurangan pasangan tidak terlalu berdampak serius pada orang lain.
Misal Rey yang cengeng.
Itu kan gak terlalu merugikan orang lain, eh bahkan sama sekali gak merugikan kan?
Kan? kan? kan? *maksa!
Toh nangisnya pakai air mata sendiri, lol.
Dan air mata saya gak mencemari udara atau air, palingan mencemari makanan dan minuman sendiri kalau nangis sambil makan hahaha.
Bagaimana cara menyikapi kekurangan pasangan?
DENGAN CARA DI KOMUNIKASIKAN!
Iya, sebenarnya sesimpel itu, KOMUNIKASI. Lengkapnya :
- Komunikasikan dengan jelas. Untuk saya pribadi, apapun yang saya gak suka dari pasangan, pasti bakal saya jelasin, sejelas-jelasnya, pakai bahasa Indonesia pula, lol. Jadi jangan pikir semua wanita bakalan diam dan cuman memberikan kode saat ada yang mengganggunya, oooohhh tidak! Saya tidak masuk golongan wanita demikian, saya lebih suka ngomong langsung, meskipun kadang (eh seringnya sih) disertai 'ngegas' hahaha.
- Bantu pasangan mengatasi kekurangannya. Saya rasa, sebagai seorang wanita, istri jauh lebih jago dalam masalah ini. Bete suaminya merokok, ya buatin snack biar gak merokok, beliin permen, dan ingatin terus biar gak merokok, kalau perlu ngegas mulu aja kalau suami masih merokok hahaha *racun!.
- Jangan menyerah. Saya rasa, semua orang ingin pasangannya gak punya kekurangan, khususnya yang merugikan orang lain. Sayangnya, banyak yang menyerah dan memilih diam, lalu ngetag pasangan di artikel sosmed yang membahas kekurangan tersebut. Padahal, iya kalau dibaca, bahkan dilirik aja enggak, lol. Jangan menyerah ya... Cinta itu adalah perjuangan, dan tidak ada hasil yang mengkhianati perjuangan (keluar aura motivator ala MLM, lol).
- Jangan cari masalah. I mean, hidup ini berat, gak usah ditambah lagi dengan hal berat yang menetap di sepanjang sisa usia kita. Udah tau pasangan kita suka selingkuh, suka ngerokok, tapi tetep aja nekat mau nikah ama dia. Terus abis nikah, capek ngasih tau, capek berantem lalu menyerah deh. Jangan ya.... :D
Jadi, apa yang harus kita lakukan terhadap kekurangan pasangan?
Di terima saja atau????
DIUBAH JADI KELEBIHAN???
Di ubah dong ya...
Semangaaattttt....
Ada yang masih berjuang atau akhirnya menyerah dengan kekurangan pasangan?
Share di komen yuk
Semoga manfaat.
Sidoarjo, 21 September 2018
Cinta bisa merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik ya, mbak. Kudu sabar memang kalo punya suami perokok. Sabar mengingatkan untuk berhenti merokok maksudnya.
BalasHapusIya, sabar dan gak menyerah :)
HapusBisa kok, asal ada kemauan :)
HapusBerhenti merokok itu memang susah banget, Mba. Kadang gemes juga ya secara itu membahayakan diri sendiri dan orang di dekatnya. Tapi ya itu, ternyata nyuruh berhenti perokok itu gak gampang. PR banget bapak saya masih merokok..hiks. Kalau suami sy udah berhenti sejak sebelum kami kenal :D
BalasHapusIya mba, saya menghabiskan banyak energi banget dalam mengubah suami biar gak merokok.
HapusKalau bapak saya, cuman bisa saya doain deh.
Sulit berhenti.
Untungnya ga tinggal serumah
Hehe. Kata orang dulu "Aku pengen nyari pasangan yang nerima aku apa adanya". Halah basi ya mana ada ! Ahahah yang bener adalah masing2 harus mau selalu berusaha memperbaiki diri . :) semangat yaa mbaa
BalasHapushihihi iya, biasanya yang ngomong gitu kekurangannya banyak dan gak mau berubah kali yak mba, hahahah
HapusBaca tulisan lama mu duluuu dari link mba Eno :D.
BalasHapusNaaah kekurangan pasangan yaaa yg dibahas. Aku tipe yg sbnrnya susah juga Nerima kekurangan pasangan. Tapi kdg gimana ya Rey, aku sendiri punya banyaaaaaaak bnget flaws :D.
Aku Ama suami termasuk yg sifatnya beda bertolak belakang. Dia luwes supel, aku introvert dan ga suka sosialisasi. Dia berantakan, aku sangaaaat rapi. Aku minimalis, dia suka numpuk barang.
Tapi skr ini aku di tahap capek kalo harus ngeributin masalah sepele. Hal2 kayak handuk ga ditaro LG di gantungannya, ya sudahlaaah. Berbusa juga mulutku kalo ngomel tiap HR :p. Yg ada, aku lama2 bisa trima kekurangan suami, dan bersikap ngalah utk itu. Ga ada salahnya jg aku yg ngerapihin brg2 dia etc.
Skr ini sih, aku bikin komitmen. Aku ga akan masalahin kekurangan2 kecil yg tidak terlalu mengganggu prinsip. Anggab aja toleransi. Saling trima.
Tapi khusus utk kesetiaan, itu ga ada kompromi. Buatku itu harga mati, sama kayak agama. Jd aku bakal tendang kluar dari kehidupanku kalo sampe pasangan selingkuh. Mau dia nangis Bombay minta maaf, sowwryyyy... Aku g akan bisa trima utk itu.