Why Blogger? Antara Excuse Dan Realita

keuntungan jadi blogger

Sharing By Rey - Mengapa memilih jadi blogger? mengapa tidak mau meneruskan bisnis Oriflame?
"Kalau mau sukses di bisnis apapun, No Excuse adalah harga mati!"



Bagi seorang pebisnis, kalimat tersebut pasti sangat familier.
Dan karena kalimat tersebut pula, sesuorang bertanya pada saya di beberapa waktu lalu.


"Rey, kok saya liat akhir-akhir ini lebih sering ikut kegiatan blogger? rajin nulis di blog, tapi gak pernah lagi ngurus bisnis Oriflamenya?"
Saya gak menjawab pertanyaan tersebut, cukup dikirimin emoticon ketawa aja.

Mengapa? karena orang tersebut adalah pegiat bisnis, pertanyaan tersebut bukanlah benar-benar pertanyaan, tapi semacam pernyataan atau perintah seperti,
"Rey, kerjakan Oriflamemu, kalau mau sukses, NO EXCUSE!"


Excuse Vs Realita

 

Excuse memang penyebab utama seseorang tidak pernah bisa menjadi maju, atau tidak bisa sukses, kata para pebisnis atau motivator.
Excuse, semacam pembenaran akan kemalasan kita.

Tapi benarkah semua itu termasuk excuse?
Atau memang jangan-jangan itulah realita?
Realita dari pilihan hidup kita?
Atau lebih tepatnya mungkin gak punya pilihan lain?


Excuse


Saya, sejak hamil tahun lalu, otomatis gak bisa fokus ngurus bisnis Oriflame lagi.
Itu hanya excuse, hamil jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan, justru jadikan cambuk untuk segera sukses di bisnisnya.
Banyak kok orang hamil, bahkan hamil kembar dan bermasalah, malah ngebut bisnisnya.

Setelah anak lahir, saya makin gak bisa fokus urus bisnis Oriflame.
Itu juga hanya excuse juga, anak janganlah dijadikan alasan. Terlebih bayi yang hanya kenal tidur, minum susu, pipis, pup, repeat itu.
Banyak kok orang punya bayi bahkan bayi kembar dan nyusuin, tapi bisnis jalan terus.

See, semua hanya alasan, dan itu penyebab orang gagal!


Realita 


Sayangnya, belum pernah ada yang menasehati saya dengan mencontohkan dirinya sendiri.
Misal :
"Saya tahun lalu hamil kembar, harus bedrest karena ngeflek, plasenta previa, padahal anak yang amat sangat ditunggu-tunggu, tapi tetap kerjakan bisnis.
 "Saya sekarang punya bayi, di rumah gak ada siapapun saat siang, suami kerja, anak sulung juga harus diurus, gak ada pembantu, jadi saya kerjain bisnis sambil nyusuin, masak, nyuci, nyetrika, nyapu, ngepel, jagain bayi yang aktifnya minta ampun, tapi bisnis tetap berkembang"
Sayangnya gak ada!

Karena realitanya, sayapun lumayan depresi saat hamil dan bedrest karena ngeflek, lalu kena plasenta previa penuh.
Mau maksain ngurus bisnis takut keguguran, yang benar saja harus ngorbankan anak yang ditunggu-tunggu selama 7 tahun demi uang yang bisa dicari lagi?

Depresi karena merasa, seolah gak pernah dikasih kesempatan untuk mereguk kesuksesan, sehingga saat sudah dijalani setahun, ada saja hal yang bikin saya benar-benar gak punya pilihan lain selain melupakan sejenak usaha tersebut.

Karena realitanya, saya pun jadi tertekan, saat setelah melahirkan impian serius di bisnis lagi harus terkubur tanpa pilihan lain, karena memang keadaan yang tidak atau mungkin belum menjodohkan saya dengan bisnis tersebut.


Coba saja, saya punya modal untuk hire ART, jadi saya bener-bener bisa fokus urus bisnis dan anak tanpa harus dipusingin dengan masak, nyuci, nyetrika, nyapu, ngepel dan kawan-kawannya itu.
Coba saja saya punya mama yang bisa bantuin sejenak gendong bayi saat saya harus fokus urus bisnis.

Ya begitulah.

Andai mereka beneran berada di posisi saya, apakah mereka benar-benar bakal mengorbankan kehamilannya demi bisnis?

Apa mereka rela jika terjadi apa-apa pada kandungannya yang sudah dinanti sekian lama demi bisnis?
Apa mereka tega membiarkan bayi bermain sendiri, melewatkan hal-hal yang merupakan stimulasi tumbuh kembangnya dalam kegiatan bermain bersama, demi bisnis?

Apakah tega depresi berat hingga lupa menjadi ibu bahagia karena lihat rumah berantakan, pakaian kotor semua, bayi merangkak di lantai yang kotor lalu memasukan tangannya di mulut lalu diare, demi bisnis?

Karena itulah realita saya.
Yang gak punya pilihan lain selain memilih anak dan keluarga.
Karena bekerja keras tujuannya untuk keluarga.
Dan jika keluarganya gak ada karena terabaikan, lalu buat apa kesuksesan tersebut???


Why Blogger?


"Kalau alasannya gak ada waktu buat bisnis, lalu mengapa bisa urus blog? bukankah itu sama membutuhkan waktu?"

Mengapa saya sekarang lebih memilih mendalami jadi blogger?
Karena :

Jobdesc blogger jelas, namun tidak terikat waktu khusus.


Hal yang harus dikerjakan as a blogger adalah...
  • Menulis di blog, hal ini bisa dilakukan di waktu kapan saja, tanpa paksaan. Misal malam hari atau dini hari.
  • Blogwalking, yaitu berkunjung silaturahmi ke blog teman blogger lainnya, ini lebih tidak terikat, bebas dilakukan kapan saja, setiap hari atau 2 hari sekali.
  • Menghadiri event, tidak ada paksaan, boleh datang, boleh gak. 
  • Menerima endorsement atau sponsored post, tidak ada paksaan.
  • Ikut lomba blog, juga tidak ada paksaan.
Menekuni blogger, adalah hal yang sangat memungkinkan buat saya saat ini, waktunya benar-benar fleksibel. Tidak ada drama rekan kerja marah karena saya telat balas WA atau inbox.

Terlebih saat membuka pesan dari rekan, belum juga terbalas, eh si bayi cranky.
Dijamin rekan kerjanya kabur atau ngamuk, karena dianggap kita gak serius menanganinya.

Menjadi blogger, membuat saya bisa mengerjakan di tengah malam buta, atau di saat lainnya yang mana mungkin orang lain sudah tidur.

Menjadi blogger membuat saya punya banyak pilihan dalam hidup, tanpa mengorbankan keluarga karena saya terlalu sibuk dengan bisnis.

Menjadi blogger, bukan berarti hidup tanpa tekanan, tanpa drama, namun semuanya, masih memungkinkan untuk dijalani, karena tidak perlu mengorbankan anak dan keluarga.

Setidaknya itulah realita hidup saya saat ini, yang mungkin dikatakan sebagai excuse oleh para 'motivator'

Jadi, sudah tau kan, mengapa saya memilih menekuni dunia blogger?
Jawaban, karena itulah hal yang bisa saya lakukan saat ini.

Kalau teman-teman, pernah dikatakan 'excuse' oleh "Motivator"

Share di komen yuk :)

Semoga manfaat

Sidoarjo, 9 September 2018

Reyne Raea

15 komentar :

  1. Aku kadang juga agak jengkel mbak ketika upline bilang ini itu. Jalanin bisnis itu susah. Kalo ngeblog sih enak, kadang kita nulis cerita tentang pengalaman dan diikutkan lomba hingga kemudian menjadi juara lomba blog. Itu berkah ngeblog ya mbak. Tetep semangat ngeblog dan jalanin bisnis oriflame ya mbak Rey.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, emang kadang no excuse dengan realita itu tidak sejalan hiks :')

      Hapus
  2. Huhu aku blogger bukan sih, gak bs kayak mbak Rey bs SELALU ada yang baru di blognya. :D
    Tapi makasih sudah secara gak langsung memotivasi buat nulis dan nulis. Meski begadang yak, nunggu bocah tidur. Hidup blogger !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ih blognya mama Lui juga penuh hal menarik kok, suka banget baca-baca di sana, full informasi.
      Iyaaa nih, namanya mamak-mamak, menulis pastinya setelah anak tidur hahaha :')

      Hapus
  3. Aku pernah mbk dikatain gt jg, tp dlm bisnis yg berbeda hehe. Setuju vanget mbk, ngeblog lebih memungkinkan. Keep fighting mbk. Smoga kta bsa sukses untk apapun yg kta pilih. Salam, muthihauradotcom

    BalasHapus
  4. Setiap orang pastinya punya kondisi yang berbeda, walau mungkin sama2 hamil dan melahirkan, plus urus anak. Kalau rasanya memang lebih nyaman di blog, iya enak difokuskan aja, mba. Toh ini kesibukan dan passion kedua kan setelah mengurus anak dan keluarga. Sukses ya mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu yang selalu malah dianggap excuse oleh beberapa orang, iya mba, kalau menurut saya bukan masalah nyaman enggaknya sih, tapi memungkinkan hahaha.
      Ngeblog juga kalau ngejar target sebenarnya gak nyaman, tapi kalau itu memungkinkan kenapa enggak.

      Makasih mba Nita semangat dan doanya :)

      Hapus
  5. Apapun pilihannya tetap masing-masing ada konsekuensi ya mbak. Walaupun pilihan waktu lebih fleksibel blogger tetap punya tanggung jawab pada brand. Tapi yang paling penting sih ya kata mbak tadi yaitu keluarga tidak menjadi no dua ya harus tetap yang utama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mba, yang paling utama adalah bisa menjalankan kewajiban pekerjaan, tanpa melupakan tugas utama sebagai istri dan ibu :)

      Hapus
  6. Kok aku melihatnya itu bukan excuse, tp prioritas :). Kita tau prioritas mana yg yg lbh penting, yg harus dilakukan lbh dulu :). Kalo excuse buatku lbh negatif konotasinya. Mengeluh, cari2 alasan, tp ga bisa cari solusi, ga mau usaha utk bisa, itu excuse kalo buatku :).

    Akupun mungkin bakal lbh memilih jd blogger kalo jd kamu mba :). Waktu lbh fleksibel, dan keluarga ttp keurus. Itu toh main priority sbgai ibu dan istri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaahhh makasih mba Fanny :*

      benar banget mba, sejujurnya sayapun ingin punya prestasi yang memuaskan, ambisi yang besar, sayangnya keadaan tidak memungkinkan.
      Karena keadaan tiap orang beda-beda ya :)

      Hapus
  7. hihihi, banyak yang kayak gitu, karena diajaknya agak maksa, terpaksa ikut, abis itu ya udah gak ngapa-ngapain hahaha.

    BalasHapus
  8. Semangat mbak...family comes first. Senyumin aja yang tanya-tanya. Menulis itu menyenangkan. Bisa kapan aja, di mana aja.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)