Sharing By Rey - Selamat hari perempuan nasional buat para perempuan di bumi tercinta Indonesia.
Sudah pukul 01.25 waktu di layar laptop saya.
Iyaa.. pukul 01.25 dini hari.
Kebangun Rey?
Bukaaann... malah belom tidur hiks.
Heh? kok bisa?
Ya terpaksa bisaaa...
Gimana mau tidur kalau si bayi baru aja bangun pukul 10.30 malam tadi.
Dan sampai jam segini, matanya masih bulat, masih bereksplorasi bongkar sana sini, buka-buka laci, keluarin isinya, lalu dibalikin lagi setelah diminta maminya balikin ke tempatnya.
Maminya?
Ya daripada kesal sendiri liat si bayi gak tidur-tidur, mending bukan laptop (lagi) dan menulis.
Secaraaaa, postingan yang seharusnya tayang di hari Sabtu ini, yang mana harusnya postingan #SabtuTraveling atau #SabtuKuliner, eh malah baru selesai judulnya doang dong muahahaha.
Mau diterusin, kok ya mikir, udahlah jam segini, saya juga pengennya nulis santai, dengan tambahan gambar gak perlu terlalu banyak dan edit sana sini.
Jadinya saya ambil tema yang kebetulan bakal booming hari ini, yaitu HARI IBU.
Hari Ibu Atau Hari Perempuan ? Begini sejarahnya
Meskipun seluruh Indonesia sibuk memamerkan foto bersama ibu, sibuk mengucapkan I Love You pada ibunya yang padahal banyak juga ibunya gak punya akun Instagram atau fesbuk, bahkan ibunya cuman tau sms atau telpon doang (eh itu mah mama kamu, Rey).
Saya tetap ngotot mengucapkan selamat hari perempuan.
Karenaaaa, menurut saya, hari ibu itu bukan tanggal 22 Desember, tapi setiap tanggal 22 Desember - 21 Desember, (loh?)
Iyaaa, alias hari ibu harusnya setiap hari, kan tiap hari kita punya ibu, manalah mungkin kita lahir di dunia ini tanpa adanya seorang ibu.
Karena kisah awal mengapa tanggal 22 Desember itu diperingati sebagai hari ibu adalah karenaa...
Alkisah, pada tanggal 22 Desember 1928, di Yogyakarta, beberapa perempuan Indonesia berkumpul mengadakan kongres Perempuan Indonesia untuk pertama kalinya.
Di kongres tersebut para perempuan Indonesia mendeklarasikan pendapatnya bahwa, perempuan juga punya hak untuk menunjukan intelektual.
Bukan hanya sebagai seorang ibu yang melahirkan anak, namun juga perempuan yang mampu berperan di segala bidang.
Pada tanggal 16 Desember 1959, presiden Soekarno meresmikan hari tersebut, menjadi Hari Ibu, yang mana dimaksudkan untuk mengenang jasa para pahlawan wanita, bukan hanya jasa Ibu Kartini saja.
Sejak saat itulah, tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu nasional.
Sayangnyaaa..
Seiring zaman, entah mengapa, pemahaman terhadap hari ibu jadi berubah, banyak orang yang merayakan tanggal 22 Desember dengan tukaran kado antara sesama ibu.
Anak ngasih kado ke ibu, seolah-olah hanya memperingati hari ibu yang sudah susah payah melahirkan anaknya.
Hakikat Perempuan
Saya gak bisa bayangkan bagaimana kalau saya hidup di zaman dahulu kala, di saat wanita tidak punya hak apa-apa, selain pasrah dijodohkan, pasrah di madu, pasrah dituntut melahirkan sebanyak mungkin, pasrah akan segala hal dengan nasehat,
"wanita emang seharusnya seperti itu, sabarlah dengan kodratmu"Sumpah, saya bakalan protes keras deh, bahkan akan jauh lebih berani dari ibu Kartini.
Hahaha, preeetttt, kata sebagian orang.
I mean, betapa wanita itu sangatlah complicated.
Sewaktu lahir tidak di sapa lengkap dengan suara adzan seperti lelaki
Sewaktu bayi, kadang minum susu tidak sebanyak bayi lelaki
Sewaktu balita mulai di salahkan jika tingkahnya se aktif lelaki
Sewaktu jadi kakak di tuntut untuk lebih perhatian ke adik di banding kakak lelaki
Sewaktu mau menikah harus meninggalkan orang tuanya
Sewaktu suami jatuh, di tuntut sabar
Sewaktu suami tergoda wanita lain, dia yang disalahkan (gak pintar menjaga suami, gak pintar dandan untuk suami dll)
Sewaktu keuangan keluarga bermasalah, dia pula yang salah (di bilang gak pandai atur uang, boros dsb)
Sewaktu dia bermasalah misal belum bisa punya anak dll, harus rela suami nikah lagi.
Sewaktu suami bermasalah dan dia memilih pergi, satu dunia menghujatnya.
Sewaktu anak bermasalah dia yang di salahkan.
Sewaktu anak hebat, suami yang dipuji
dan lain lain sebagainya.See?
Bahkan di zaman kemerdekaan ini, di zaman milenial ini, nasib wanita tetaplah jauh dari kata setara dengan pria.
Dan walau gitu, banyak juga orang yang men-judge wanita zaman sekarang ingin menyaingi lelaki.
Dan sedihnya lagiiii, yang men-judge gitu juga sesama perempuan.
*sigh.
Selamat Hari Perempuan Nasional, Jadilah Sosok Anti Julid Bin Anti Baper
Mungkin bukan orang yang judge.
Mungkin mereka tidak julid.
Hanya saja saya yang baper.
Stop Julid dari Berdebat dan basa basi yang basi
Iya, zaman sekarang.
Liat di media sosial tuh isinya kebanyakan, perempuan yang saling julid, saling menghakimi.
Lalu saling mengingatkan,
"Plis jangan suka julid"
"Plis jangan suka ngejudge"Padahal kita lupa, bahwa ternyata kita ngingatin orang juga sambil julid bin judge hahaha.
Ya begitulah, kadang kotoran besar di mata kita, gak bisa kita lihat.
Sedang kotoran setitik di wajah orang, pasti kita liat dan heboh sendiri.
Jadi, di hari Perempuan Nasional, atau yang lebih dikenal Hari Ibu ini, marilah kita bersama-sama.
Saling berpegangan erat, saling sadar diri, tak perlu saling mengingatkan, karena kita semua adalah perempuan yang cerdas.
Yang perlu kita ingatkan itu adalah orang yang selalu setia menemani kita saat tampil di depan kaca cermin.
Iyaaa.. diri kita sendiri.
Ingatkan diri kita untuk berhenti berdebat tentang hal-hal yang menjadi perdebatan abadi.
Seperti, lahiran normal vs lahiran sesar, ASI vs Sufor, sekolah agama vs sekolah umum, parenting ala modern vs parenting ala manusiawi (parenting ala apaan tuh, Rey), etc.
Ingatkan diri kita, untuk berhenti basa basi yang kebasian hingga jadi terkesan julid bin judge.
Biasakan diri kita berkata-kata yang baik, seperti :
Ketemu teman lama yang bajunya ganti jadi XL atau XXL, lol. Basa-basi aja yang baik-baik, misal,
"Masha Allah, lama gak ketemu makin cantik saja, wajahnya makin bersinar aja, makin awet muda, Alhamdulillah"Coba rasakan, jika ada yang basa basi gitu ke kita, bahagia gak hati kita? yang ada hidung kita kembang kempis aja seharian, senyum merekah terus, anak rewel gak mau mandi juga disenyumin aja, anak gak mau bobo juga disenyumin dengan bahagia aja.
Betapa dahsyatnya basa basi yang baik itu.
Ih itu kan sama aja bohong, Rey.
Kagak masalaaahhhhh, bohong untuk membahagiakan orang itu, terlebih efeknya jadi sedahsyat itu, membawa kebaikan buat sekitarnya, anaknya, suaminya, insha Allah pahalanya jauh lebih besar.
Lagiannn, semua orang dewasa tau diri kok, gak perlu kita ingatkan kalau dia gendut banget, dia juga tau kalau tubuhnya gendut saat make baju gak muat lagi muahahaha.
Tapi, kalau beneran gendut, terus kita jujur banget bilangnya.
Yang ada dia bakalan makin stres, makan yang banyak, makin gendut deh, anak dibentak, suami
Stop Baper!
Kadang, sebenarnya bukan maksud orang mau julid, kadang orang beneran basa basi dan gak sadar menyinggung hati kita.
Hanyalah karena hati kita terlaluuuu BAPER! lol.
Baca status orang di medsos tentang ASI ekslusif, kita langsung nyolot
"Semua ibu ingin memberikan ASI buat anaknya, tapi gak semua ibu bisa kasihin ASI"Lah, padahal si penulis status murni sharing kisahnya sendiri, sama sekali gak bermaksud menyinggung ibu sufor.
Kali aja perjuangannya bikin semangat ibu-ibu lain yang idealis kasih anaknya ASI.
Lah kok malah kita yang baper?
Terus mancing lainnya juga biar ikut baper, terus heboh deh, berdebat dan kembali pada arus tak berujung perdebatan para emak sepanjang masa, yang biasa disebut dengan keren 'Mom War'
Iyaaa...
kadang kita terlalu baper, sedikit-sedikit tersinggung.
Padahal kan mudah, cukup hide status yang bikin kita tersinggung tersebut.
Selesai perkara.
Bapernya kita, mengundang mom war, padahal kita sering banget meneriakan dengan lantang anti mom war.
So, plis jangan diturutin baper hati.
Ada orang berdebat tentang masalah-masalah sensitif, gak usah terpancing, anggap saja yang ngajak berdebat itu orang kesepian, jadi kasihanilah dia, gak usah terpancing, lol.
Sudah ah, kalau dibaca kok postingan ini jadi ngalor ngidul gak jelas, lol.
Mendingan saya sudahi saja deh, sebelum makin muterrr gak jelas.
Lagian sepertinya, postingan ini udah lebih dari 1000 kata, lol.
Anyway...
Selamat Hari Perempuan Nasional para perempuan Indonesia..
Para ibu yang telah sepenuh hati melahirkan generasi penerus bangsa ini
Para istri yang selalu mengupgrade dirinya agar bisa membahagiakan suami.
Para anak perempuan, yang selalu merindukan ibunya
Dan para semua perempuan Indonesia, di manapun, serta bagaimanapun keadaannya.
Semoga kita semua menjadi perempuan yang bisa mencontohkan generasi penerus bangsa yang lebih baik lagi, aamiin.
Sidoarjo, 22 Desember 2018
Reyne Raea
Jangan julid dengan mengingatkan orang lain julid 😁😁😁😁 sama bae.. dulu saya nyinyir banget loh mbak, bawaannya pingin "benerin" tingkah laku orang. Hahaha.. How stupid i am ! Untungnya makin ke sini makin sadar , gara-gara Compete With My Self 🤭🤭🤭🤭 , anyway.. rasanya i want to skip this day 😭😭😭😭😭😭😭😭
BalasHapusWkwkwkwk...
HapusCupcupcupp... siniii kita berpelukaaannn :D
Bener banget, Mbak. Jadi perempuan anti julid + anti gosip gosip. Sekarang saya udah unfoll akun2 gosip nggak berfaedah, akun selebgram banyak drama, soalnya kalau baca storynya jadi pengen komen nyinyir, padahal itu kan bukan urusan kita.
BalasHapusMulai stop gosip gosipin orang, kalau temen suka gosip yang nethink cukup di'iya'in aja. Gosip nggak baik cukup berhenti di aku aja.
Awww.... bener banget mbaa..
Hapushehehehe..
Kalau ada ajakan nyinyir paling mudah di'iya'in aja, biar dia puas hahahah
dan berhenti di kita biar menguap ya :D
Selamat Hari Ibu, jadilah perempuan yang anti julid dan anti gosip. Jadilah perempuan yang terus berkarya lewat tulisan (salah satunya).
BalasHapusBenerrr mbaa, perbanyak karya, no julid, even itu buat ngelarang orang lain julid hehehe
HapusBtw julid itu apa?-_-
BalasHapuswkwkwkwkw, aahhh bikin suasana syahdu jadi gagal deh :D
HapusJulid ituuu ada yang bilang katanya Jujur Lidah (makanya seringnya terasa pedas haha)
Tapi ada juga yang mengatakan julid itu berasal dari kata binjulid (Sundanese lol) yang artinya iri hati atau dengki.
Nahh
BalasHapusItu mb
Kenapa y makin ke sini kok hari Ibu diidentikkan aneh2 pdhl kan sejarahny emng ad
Sedih rasany
Bener mba, tapi sisi baiknya, banyak orang yang jadi ingat ibunya :)
HapusSaya termasuk JULID kayaknya, teman-teman cewek saya kadang saya komentarin terus entah jilbabnyalah, biasanya make upnya kalo terlalu menor haha.
BalasHapusAkhirnya saya dihukum gak boleh bicara sama mereka wkwkw
hihihi, sebenarnya kalau caranya tepat, ga masalah dalam mengingatkan orang lain :)
HapusSaya akan baper kalau di-julidin. Lidah kok dipakai untuk nyinyirin orang seolah selalu salah dan dirinya mahabenar. Mana tahan. Makan hati jika diperlakukan demikian. Makanya lebih suka menjauhi insan julid, gak berfaedah bagi sesama. Kalau lisannya saja tak bisa dijaga, gimana hatinya? Ah, mending jauhi tu orang demi jaga hati sendiri agar tak terluka atau tak dinodai amarah.
BalasHapusInsan julid demikian mungkin lebih bahagia gitu dan tak tahu cara bahagia dengan positif. Siap-siap, deh, di yaumil hisab nanti gak bisa lari lagi.
Eh, malah curhat. Soalnya kasus di atas juga dialami saya. Soal mom war juga, ha ha.
Mending menyingkir dan ngademin diri.
hihihi... peluk mbaaaa... :D
HapusSama mba, saya lebih suka menghindar kalau ada debat mom war gitu.
Kalaupun pengen ngomentari, saya milih nulis di blog atau tempat sendiri, males banget mom war langsung gitu :D
Ya, mb Rey..stuju banget ..meski saya pun masuk yang suka julid (untung mb Rey ingetin hehe) Jadi saya sadar n berusaha positif thinking ..thankyu mb Rey..
BalasHapushehehe, bener mba, postif thinking itu penting ya :)
Hapus