Sharing By Rey - Mau jadi full time blogger, atau part time blogger?
Sejak resign dari dunia kerja untuk kedua kalinya, dan akhirnya berhasil melewati masa-masa panjang kegalauan godaan kembali menjadi wanita berkarir di luar.
Alhamdulillah, sepertinya telah tiba masanya bagi saya, untuk menerima takdir saya yang mungkin telah digariskan Allah, bahwa saya tidak bisa menjadi wanita karir di luar rumah, setidaknya untuk saat ini.
Iya, saya juga pernah seperti kebanyakan mama muda zaman now, yang sedang di ambang rasa galau antara memilih tetap bekerja atau resign dan memilih menemani anak di rumah.
Lalu akhirnya ada yang terpaksa resign, karena keadaan yang memang tidak memungkinkan, misal karena anak yang tidak bisa ditinggal terus bersama orang lain.
Karena anak yang selalu sering sakit-sakitan (seperti saya).
Lalu akhirnya setelah resign, galau di rumah, merasa diri tidak berharga, minder melihat karir teman, terlebih yang emailnya aktif dan menerima notifikasi dari akun LinkedIn, yang mana sering banget jika teman mengupdate pekerjaannya atau karirnya, notifikasi-nya diaktifkan dan voilaaahh, masuk ke email kita seolah pamer kalau karirnya semakin bagus.
Dulu, setiap kali menerima email seperti itu, sering kali saya jadi terdiam, atau uring-uringan pada suami, dan beliau hanya bsia diam, mungkin dalam hatinya beliau berkata,
"siapa yang nyuruh resign, coba!"Tapi, itu dulu.
Sekarang, terlebih dengan hadirnya anak kedua, si bayi yang imut dan menggemaskan tersebut, tiba-tiba hasrat untuk kembali bekerja di luar itu sudah hilang.
Kalau dulu setiap kali keluar, lalu lewat di proyek, atau diajak papi main di proyek tempat dia bekerja, atau misal si papi minta pendapat akan masalah di proyek.
Masha Allah... rasanya dada bergemuruh, kangen akan keriweuhan masalah di proyek.
Kangen telponin orang-orang memastikan pengecoran berjalan sesuai plan yang sudah susah payah saya susun.
Kangen ikut memberikan solusi dari masalah yang sebenarnya sangat sederhana, namun jadi besar karena ego masing-masing bapak pekerja.
Ah, ini mengapa jadi curhat panjang tentang proyek ya?lol.
Intinya, saya sudah melewati hal tersebut, dan insha Allah sudah memantapkan diri, berkarya dari rumah, melalui apapun itu.
Qadarullah, di awal tahun 2018 ini, saya memastikan diri untuk menekuni dunia blogger, perlahan meninggalkan dunia bisnis Oriflame yang amat sangat tidak memungkinkan bagi saya yang punya bayi (bagi saya ya, kalau ada yang punya bayi tapi tetep Oriflame-an, ya itu urusan mereka, lol).
Dan, here i am!
Tiap hari dengan segalah keterbatasan waktu, berusaha untuk tetap menulis.
Mengupdate blog, berbagi, sekaligus memaksimalkan blog, semoga jadi pintu rezeki saya, demi membantu keuangan suami, atau juga bisa membantu menyenangkan orang tua saya yang kecewa karena saya memilih jadi ibu rumah tangga.
Full Time Atau Part Time Blogger?
Kalau ditanya, lebih suka jadi full time blogger atau part time blogger?
OFF COURSE FULL TIME dong!!
Kekurangan saya adalah, kurang bisa maksimal jika melakukan pekerjaan dengan multitasking.
Bisa, tapi gak maksimal.
Hasilnya pun juga sudah dipastikan gak bisa maksimal.
So, jika memilih, sudah pasti inginnya jadi full time blogger.
Tapii... MANA BISA?
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga, yang terus terang sering mengorbankan waktu tidur di malam hari demi mengupdate blog, demi menulis, demi memaksimalkan blog.
Sedang waktu utamanya tentunya mengurus bayi yang sudah aktif-aktifnya ini, plus mengurus si sulung yang sudah kelas 2 SD tapi jadwalnya ngalahin direktur, lol.
So, sudah dipastikan, saat ini saya memilih, jadi part timer blogger.
Meskipun demikian, bukan menutup kemungkinan suatu saat nanti saya memilih jadi fulltime blogger, karena dunia blogger yang saya sukai.
Mungkin, setelah anak-anak bisa lebih mandiri, suamipun lebih stabil kerjaannya, minimal gak di proyek yang selalu lembur nyaris 24 jam itu.
Untuk sementara, saya menikmati menjadi part timer blogger.
Yang bekerja di sisa-sisa waktu bersama anak dan pekerjaan lainnya di rumah.
Meskipun waktunya adalah sisa, namun bukan berarti saya bekerja dengan tidak profesional.
Thats way saya mem-push diri saya untuk sebisa mungkin ODOP dengan tema harian.
Seem lebay sebenarnya, tapi dibalik itu, tujuan utamanya ke saya adalah agar saya terbiasa dengan tekanan dalam menulis.
Agar sesibuk apapun saya, tetap bisa mengerjakan deadline kerjasama yang sudah saya sepakati dengan klien.
Dan Alhamdulillah, karena itulah saya selalu bisa mengerjakan semua tulisan kerjasama dengan tepat waktu, bahkan di awal waktu dengan tulisan terbaik semampu saya.
Jadi, bagi teman-teman yang masih belum bisa ODOP, jangan sedih, coba dengan rutin posting misal seminggu sekali, lalu naikan ritmenya 6 hari sekali, 5 hari sekali, hingga jadi ODOP.
Selain membuat performa blog jadi bagus, kita pun jadi terlatih menghadapi tekanan dalam dunia blogger karena deadline dengan waktu yang amat sangat terbatas banget :D
Jadi, iyesss... saat ini saya milih jadi part time blogger.
Dan terus memaksa diri untuk memantaskan diri jadi blogger yang profesional.
Agar saat tiba waktunya nanti, saya bisa jadi full time blogger yang siap dengan segala persaingan dunia blogger zaman now.
Kalau teman-teman, pilih menjadi blogger full time atau blogger part time nih? apa aja yang sudah dilakukannya? share yuk :)
Semoga curhat receh ini bermanfaat, aamiin :)
Sidoarjo, 11 Desember 2018
*Artikel ini diikutsertakan dalam BPN 30 Day Blog Challenge (Day 22)
#BloggerPerempuan
#BPN30dayChallenge2018
Waaahh ODOP mau coba juga ah ntar :D terdengar menantang ya mbak ODOP tuh
BalasHapusAyo mbaaa.. Semangat :)
Hapussaya yg nubie ini masih sekedar hobby aja blogging tuh. tapi ternyata blogger itu bisa menjadi 'pekerjaan' yaa. sampai ada full time dan half time segala. hihi
BalasHapusHihihi, bangeeett.
HapusTerlebih kalau kitanya hobi nulis, trus dapat sponsored post, disuruh nulis trus dibayar, langsung pengen semangat terus :)
yakin bangettt klo mbak rey mah.. . selalu bisa atur waktu sebagai blogger manteppp ��
BalasHapusAamiin ya Allahhhh :D
Hapus