Sharing by Rey - Dukungan suami seperti apa sih yang dibutuhkan seorang istri dalam melewati masa postpartum depression?
Setelah saya memutuskan untuk menuliskan uneg-uneg saya, tentang apa yang saya rasakan selama lepas persalinan, yang diterangai sebagai gejala dari postpartum depression dan jadilah sebagai pengalaman postpartum depression saya.
Betapa banyak hal yang terjadi pada saya, mulai dari beban pikiran yang sedikit berkurang karena masha Allah, begitu banyak teman-teman blogger yang begitu peduli, sampai saya kadang kewalahan membalas WA mereka, hingga akhirnya saya bisa bergabung di sebuah komunitas facebook khusus membahas tentang postpartum depression.
Baca : Benarkah Saya Terserang Postpartum Despression ? Apa Penyebabnya ?Karena grup tersebutlah, saya jadi merasa lebih baik, karena ternyata saya bukanlah satu-satunya yang pernah merasa down dan tersiksa oleh depresi.
Di luar sana, masih banyak ibu yang bahkan keadaannya jauh lebih sulit dari saya, dan itu membuat saya seketika merasa malu karena i feel kurang bersyukur, astagfirullah.
Dari grup tersebut pula, saya sering membaca pengalaman-pengalaman para ibu yang mengalami gejala PPD dengan berbagai keadaan.
Namun, dari semua kisah tersebut, satu hal yang sama yaitu sikap suami yang justru malah memperparah keadaan sang istri yang sebenarnya sedang berjibaku dengan kewarasannya.
Meskipun, ada segelintir (sangat sedikit) suami yang bisa lebih bijak, membantu sang istri melewati masa-masa terberatnya.
Suami, Pemicu Atau Pengobat Postpartum Depression
Dalam kasus saya pribadi, suami justru malah menambah pemicu postpartum depression saya.
Meskipun, saya sadar kalau beliau berbuat seperti itu karena memang gak tahu apa yang sedang terjadi pada saya.
Memang, kasus depresi masih sulit diterima oleh orang awam di Indonesia, kebanyakan orang hanya akan percaya kalau kita itu beneran depresi, bukan kurang iman, ketika kita sudah sampai tahap gila.
Misal, melakukan hal-hal yang amat sangat di luar batas normal manusia, layaknya orang gila.
Sebelumnya, selama berkali-kali saya menyampaikan ke pak suami, kalau ada yang aneh dengan saya, saya tidak sedang baik-baik saja.
Saya butuh psikolog, karena saya sungguh sulit mengendalikan emosi dan kemarahan saya, sulit berpikir jernih, suka berpikir tentang hal-hal yang buruk.
Bahkan saya takut bakal membunuh anak-anak saya.
Dan tebak apa yang dilakukan oleh pak suami?
Beliau malah mengambil sebuah pisau dapur yang besar, lalu memberikan ke saya, menyuruh saya untuk membuktikan semua omongan saya dengan membunuh anak-anak saat itu juga.
Bayangkan!
Jika bukan karena Allah yang masih melindungi saya dan anak-anak, mungkin saya sekarang sudah di RSJ dan anak-anak bahkan pak suami sudah celaka, atau bisa juga justru saya sendiri yang celaka oleh pisau itu.
Sadis bukan?
Tapi saya belajar untuk memaafkan dan memakluminya, karena memang kasus depresi itu sulit diterima orang yang (terlihat) normal.
Dan, seperti kisah saya tersebut, para ibu yang terkumpul di grup MotherHOPE Indonesia juga, sebagian besar mengalami hal serupa.
Bahkan lebih parah, karena bukan hanya suami yang semacam tidak percaya dan tidak peduli akan keadaannya, bahkan keluarga besarpun malah sibuk menyalahkan mereka dengan katanya kurang beriman, kurang bersyukur dan semacamnya.
Wahai Suami, Bantulah Istrimu Melewati Masa Postpartum Depression
Beberapa waktu lalu, tersebar kisah yang viral dalam jagad sosial media, tentang kisah seorang driver taksi online, yang bercerita pada penumpangnya, bagaimana kisahnya sehingga memilih jadi driver taksi online, hanya demi selalu bisa dekat dengan istrinya.
So sweet bukan?
Lebih sweet lagi, ternyata dia berbuat seperti itu karena istrinya sedang terkena PPD akibat dari perkataan dan sikap tidak bersahabat orang tua maupun mertuanya.
Lega rasanya, kisah seperti itu tersebar, harapan saya, semakin banyak yang sadar bahwa PPD itu nyata, bukan buatan dan amat sangat berbahaya, karena menyangkut nyawa banyak orang.
Seorang suami, yang merupakan orang paling dekat dari ibu yang terserang PPD, seharusnyalah bisa dengan bijak menghadapi sang istri dengan baik.
Menemaninya untuk melewati masa-masa yang sumpah berat banget itu.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu :
1. Pahami bahwa PPD itu nyata dan wajar
Kalau ditanya, apa sih yang seharusnya dilakukan suami agar membuat saya merasa sedikit lebih baik?
Maka, jawaban pertama saya adalah..
Tak perlu berbuat apa-apa, cukup mengakui dan paham kalau PPD itu memang nyata dan sang istri sangat wajar terkena PPD.
Dengan suami paham bahwa PPD itu nyata, maka minimal, suami gak bakal memperparah keadaan dengan memperlakukan sang istri bagai orang normal.
Misal, sedang masanya terserang PPD, merasa down dan semacamnya, eh malah ditambahin dengan kata-kata yang menyakitkan, atau seperti pak suami saya yang malah nyodorin pisau buat buktikan bunuh beneran.
Atau juga pak suami malah membentak mengatakan, bahwa dia sudah gak lagi mencintai saya karena saya selalu berlaku kayak orang gila.
Itu ibarat, kita sedang sakit keras, lalu ditambahin virus mematikan agar penyakit makin parah.
2. Sabarlah untuknya, diam dan beri pelukan
Yang namanya orang depresi, pastilah bertindak nyaris kayak orang gila, marah-marah, nangis histeris, jerit-jerit dan semacamnya.
Jangan malah balas teriak dan membentaknya.
Baca juga : Wahai Suami, Romantis Seperti Ini Yang Istrimu InginkanIngat, istrimu sedang depresi, bukan kesurupan.
Oh plis lah, di zaman modern gini masih juga sedikit-sedikit dikaitkan dengan kesurupan.
Yang teriak itu, istrimu yang depresi, bukan setan yang merasuki istrimu, jadi kalau suami membentaknya, itu sama saja membentak si istri dan pastinya malah berakibat lebih parah.
Di kondisi saya, saat saya jerit-jerit, suami membentak, yang ada saya semakin guling-guling histeris.
Sampai sekarang saya lihat si bayi suka tantrum guling-guling di lantai, saya tiba-tiba merasa sedih, sepertinya si bayi merekam apa yang terjadi pada maminya yang hampir gila ini, huhuhu.
Jadi pak suami, mohon bersabarlah dengan istrimu, diamlah saat istri lagi bertingkah tantrum dan beri pelukan menyejukan raga dan jiwanya saat dia sudah lebih tenang sedikit.
3. Berikan pengobatan
PPD itu adalah penyakit, sama seperti penyakit lainnya, wajar dan dapat menimpa siapa saja yang kurang imunisasi jiwa.
Maka, berikanlah pengobatan, jangan dibiarkan terus menerus, apalagi ditinggalkan hanya dengan anak-anak tanpa ada orang dewasa lain yang mengawasinya.
BERBAHAYA!
Tapi, psikolog kan mahal, dan juga pengobatan penyakit jiwa itu jauh lebih rumit dari penyakit raga.
Gak jarang butuh waktu lama dan berulang kali mengunjungi psikolog bahkan hingga psikiater?
Jika suami tidak mampu membiayai pengobatan, maka berlakulah jadi psikolog untuknya, cari ilmunya, pakai mulut buat berkomunikasi dengan baik, tanyakan apa yang bisa dilakukan untuk membuat hatinya lebih lega?
Berkaca dengan kasus saya, penyebabnya adalah beban lahir dan batin yang akhirnya tidak sanggup lagi saya pikul.
Capek mengurus 2 anak di rumah tanpa pembantu, masalah-masalah rumah tangga dengan suami yang belum pernah terselesaikan dengan baik, semua itu jadi pemicu depresi saya.
Maka, obatilah hal itu.
Bantu sang istri agar beban capek lahiriahnya sedikit berkurang, jika memang tidak mampu membayar pembantu, maka luangkan waktu membantu pekerjaannya, atau kompromi beberapa hal agar sang istri tidak terlalu capek.
Misal, bantuin dengan laundry, catering dan semacamnya.
Atau juga bersabar jika sampai di rumah, keadaan berantakan kayak kapal pecah karena sang istri belum sempat membereskannya.
Baca juga : Tentang Suami Yang Bantuin Pekerjaan RumahJuga, selesaikan masalah yang ada di rumah tangga, dengan komunikasi yang baik.
Istri yang terkena PPD sama sekali tidak pernah meminta hal itu terjadi padanya.
Jadi, bantulah kami untuk melewatinya dengan baik.
Semoga #FridayMarriage kali ini bermanfaat :)
Sidoarjo, 05 April 2019
@reyneraea
Aduhhhh..... Kok Teman kami yang satu ini Drama Depresinya ngak kelar - kelar yach, malahan berjilid - jilid, hahahah*Maaf bercanda...hkhkhkhk....
BalasHapusPemicu depresi itu salah satunya karena kita lelah lahir dah bhatin......
salah satu caranya adalah istirahat dan mengalihkan perhatian ke hal lain, misalnya 'dengerin lagu Maher Zain, yg berjudul " Insyallah Ada Jalan ".
atau dengarin ayat - ayat suci AL -quran via Hape, pilih yang bersuara merdu, trik ini cukup manjur,
cukup itu dulu obatnya, kalau mau ditambahkan solusi berikutnya, " Wani Pirooooh.., Mbak !!! hahahah....*bercanda.
wkwkwkwkw asalkan berfaedah gapapa sih :D
HapusBerbagi kepada yang lain, agar yang lainnya tidak akan merasa sendiri.
wani wanian deh sayanya :D
terus terang mbak sebagai suami saya belum ada pengetahuan sebelumnya mengenai hal ini
BalasHapuskirain kesusahan wanita hanya melahirkan saja selesai meahirkan langsung hilang segala sakit gundah gulana,
ternyata ada lagi PPD ini makasih sekrang saya akan lebih care lagi dengan istri saya sehabis melahirkn nanti Insya Allah
Justru PPD jauh lebih menyakitkan ketimbang melahirkan pak, karena melahirkan kan cuman sebentar aja, kalau PPD sampai bertahun dan sangat membahayakan diri sendiri maupun anak2nya :(
Hapusterimakasih Informasi tentang PPD, meskipun saya juga agak bingung bacanya mbak, maklum, belum berpengalaman...
BalasHapusKaau belum nikah atau punya anak, bagus banget nih baca hal2 kayak gini, biar bisa didiskusikan ama pasangannya :)
Hapussuami yang baik mestinya mengerti apa yang diharapkan dan diinginkan sang istri ya kak tanpa perlu diminta, minimal kasih kode, suami dah paham, sehingga tidak terjadi salah paham diantara keduanya ;)
BalasHapushehehe, kalau ngode aja gak bakal ngerti, karena bahasa verbal laki dan perempuan itu beda :)
HapusAlhamdulillah waktu post partum dulu suami dukung saya banget loh mba, kalo anak nangis, anak pup anak sakit ya dia yg bantuin klo pulang kerja, yg bikin saya stres waktu itu malah keluarga saya sendiri dan keluarga dia yg selalu gak percayaan sama saya masyaallah..
BalasHapusAlhamdulillah ya mba, sama juga suami saya selalu support bantuin, sayangnya dia jarang di rumah hiks.
HapusKalau pihak luar jarang sih yang menyumbang sakit hati, setidaknya gak di depan saya hahahah
mungkin menjadi seorang suami harus banyak sabar dan mengerti hati sang istri ya teh,he-he wkwkckk
BalasHapusHarusss wkwkwkw, terutama saat istri pasca lahiran :)
HapusAlhamdulillah mba, saya kemarin nggak sampai PPD, hanya baby blues. Ngeri membayangkan jika saya sampai terkena PPD.
BalasHapusSekedar share, waktu itu saya bisa sembuh dari baby blues (tanpa disadari), karena melihat pengasuh anak saya begitu tulus sayang dengan anak saya, dan anak saya pun kelihatan sayang dengan pengasuh itu (setiap pengasuhnya pulang, anak saya terlihat sedih dan ingin ikut pengasuh nya itu). Dari situ saya kemudian pelan-pelan memperbaiki bonding dengan anak saya, caranya dengan memperbanyak bermain bersamanya dan membuat ia ketawa. Dulu saya jarang bisa bikin anak saya ketawa. Sampai-sampai saya bikin target pribadi, sehari minimal 1 x harus bisa bikin anak ketawa. Alhamdulillah pelan-pelan seiring bonding semakin bagus, saya juga bisa sembuh dari baby blues.
Masha Allah
HapusKadang emang hal-hal yang menyentuh itu justru datangnya dari aman saja ya.
Kalau saya pribadi sebenarnya terkena PPD karena lelah lahir batin hahaha.
Ada banyak masalah yang tidak pernah terselesaikan dengan baik dan terbawa sampai saya lahiran.
Masalah batin, ditambah capek lahir karena harus mengurus bayi sendiri, urus kakaknya, urus rumah, karena sekarang cuman bertiga di rumah.
Saya si bayi dan kakaknya.
Alhamdulillah, menulis bagai penyeimbang buat saya, belajar mengobati hati dengan mengikhlaskan :)
G bosan2 bilang
BalasHapusMb wanita sangat hebat
Moga2 berdiri d kaki sendiri
No comment bwt suami mb drpd emosi jiwa
Saya punya anak cow
Pengin mendidik anak saya biar jd laki2 yg mnghargai wanita
Doakan y mb aamiin
aamiin, makasih banyak mba sayang :*
Hapus