Selagi Muda Dan Bebas, Maka Jadilah Karyawan Swasta!

karyawan swasta

Sharing By Rey - Menjadi karyawan swasta mungkin bukan merupakan profesi idaman semua orang, terlebih milenial zaman now.

Namun berbeda dengan segala macam campagn milenial, bahwa yang muda yang berkarya menjadi pengusaha, saya malah mendukung anak muda untuk menjadi karyawan swasta terlebih dahulu.

Mengapa?
Karena kebanyakan anak muda pengusaha yang belum pernah merasakan jadi karyawan, kebanyakan tidak bisa memperlakukan karyawan dengan baik.

Jangankan anak muda yang terjun langsung jadi pengusaha, bahkan mamak-mamak yang selepas kuliah langsung gantung ijazah dan keluarin daster (halah, perumpamaan apa tuh, Rey!)
Suatu saat dia berbisnis dari rumah, terutama bisnis jaringan, maka teamnya selalu kesulitan bekerjasama dengan dia.


Pengalaman interaksi dengan sosok pebisnis tanpa pengalaman kerja sebagai karyawan swasta


Saya punya pengalaman melihat langsung, dan berinteraksi atau bekerjasama langsung dengan orang-orang yang tidak ernah bekerja dulu jadi karyawan lalu jadi pengusaha.
Salah satunya, saat saya mengikuti bisnis MLM Oriflame beberapa waktu lalu.

Menjalani bisnis MLM itu berarti kita kudu siap bekerja sama dengan bermacam karakter, salah satunya ya mamak-mamak sarjana tapi nol pengalaman kerja.

Dan itu beneran bikin sakit kepala banget, lol.

Mulai dari yang idealis nggak pakai toleransi sama sekali, hingga yang seolah aturan dalam bisnis itu baku, paten, keras kayak baja, nggak bisa sama sekali dibengkokin dikit.

Bagus sih, tapi plis deh, ini tuh bisnis jaringan yang melibatkan banyak kalangan, dengan basic pendidikan beragam.
Yang sarjana ada, yang lulusan SMU bahkan SMP pun ada!

Manalah bisa semua disama ratakan cara pendekatannya, cara memimpinnya.
Itulah mengapa, pengalaman jadi karyawan itu penting, agar kita juga bisa menilai atau menempatkan diri kita sebagai bawahan, karena cara terbaik untuk memimpin sebuah team adalah, dengan mengenali dengan seksama semua anggota team kita.


Pengalaman interaksi dengan sosok mahasiswa lulusan bisnis dari luar negeri yang jadi karyawan swasta


Itulah mengapa, beberapa pengusaha sukses, memilih mengirimkan anak-anaknya yang telah lulus kuliah bisnis dari luar negeri, untuk bekerja beberapa bulan di perusahaan teman-temannya.

karyawan swasta yang baik
Unsplash

Istilahnya mungkin dititipkan agar mengenal dunia kerja.

Sewaktu saya bekerja di perusahaan kontraktor milik keturunan Chinesse beberapa tahun lalu, perusahaan tersebut bukanlah perusahaan besar sebenarnya.
Tapi koneksi si empunya pemilik saham terbesar di perusahaan itu sungguh luas dan melibatkan para Crazy Rich Surabayan.

Suatu hari, saya dipanggil bos besar (iya, dulu bos saya banyak banget, saking nggak jelas jobdesc saya, lol).
Beliau meminta saya untuk bisa mengajari seseorang karyawan titipan yang akan bekerja di perusahaan tersebut.

Bos besar tidak menjelaskan dengan detail, siapa karyawan titipan tersebut, tapi setelah beberapa hari saya bekerja sama dengan si karyawan tersebut, saya jadi tahu ternyata dia anak tunggal seorang pengusaha yang punya perusahaan lebih besar di Jakarta.

Uwowww...
Dari sekian banyak koneksi ayahnya, mengapa coba milih bekerja di perusahaan yang nggak besar-besar banget?

Usut punya usut, ternyata si anak dititipkan di situ, karena di perusahaan tersebut jarang yang mengenal dia dan ayahnya, jadinya dia bisa diperlakukan setara dengan karyawan lainnya, dan bisa lebih mendalami posisi sebagai karyawan.

Dulu, saya nggak pernah mengerti, mengapa sang ayah harus mengirim anaknya bekerja jadi karyawan dulu, sementara dengan modal ayahnya yang seabrek, sebenarnya dia bisa langsung praktek membangun usahanya sendiri berdasarkan teori ilmu bisnis yang dia peroleh dari kampusnya di luar negeri tersebut.

Sampai akhirnya saat saya resign jadi IRT dan memutuskan berbisnis Oriflame, baru deh mengerti betapa pentingnya kita punya pengalaman jadi karyawan swasta itu.


Manfaat Punya Pengalaman Sebagai Karyawan Swasta


Tahu nggak sih, ada begitu banyak manfaat yang bisa kita rasakan saat punya pengalaman sebagai karyawan swasta, di antaranya :


1. Memahami posisi seorang karyawan, sehingga bisa menjadi pemimpin yang bijak


Zaman sekarang, sulit banget cari pekerjaan, rasanya lapangan kerja tuh sedikit dan sulit didapatkan.
Tapi percaya nggak sih?
Di tengah situasi tersebut, ada banyak perusahaan yang juga kesulitan cari karyawan.

Miris dan lucu, bukan?
Seharusnya kan kedua hal tersebut bisa bertemu dan saling mengisi.
Kenyataannya tidak bisa semudah itu.

menjadi karyawan swasta
Unsplash

Salah satunya adalah, karena pemimpin perusahaan tidak bisa memperlakukan karyawan dengan baik.
Yang terjadi adalah, siklus yang amat toxic.

Si karyawan yang tidak puas dengan perusahaan, lalu memilih kerja dengan sesuka hatinya, atau dengan kata lain "kerja sesuai benefit"

Benefit kecil, ya kinerja juga kecil.
Lalu si empunya perusahaan yang melihat kinerja si karyawan pas-pasan, jadinya merasa cukup memberikan benefit pas-pasan.

Begitu saja terus, sehingga baik perusahaan maupun karyawan tidak bisa berkembang dengan baik.
Dengan

Jika seorang pemimpin punya pengalaman sebagai karyawan, maka pastinya bakal bisa mengajak si karyawannya untuk negosiasi dengan baik.
Sehingga karyawan perusahaannya bisa lebih produktif dan perusahaannya pun bisa lebih maju.


2. Memahami seluk beluk perusahaan, sehingga tidak mudah dikelabui


Dulu sewaktu bekerja, saya lebih banyak mengurus bagian pengendalian proyek, posisi tersebut ibarat KPKnya proyek, yang mana sering banget melakukan pengecekan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh karyawan di proyek.

Dan bukan rahasia lagi, saya sukses dimusuhin banyak teman, karena memang ada begitu banyak kecurangan yang terjadi di proyek, khususnya di bagian pengeluaran proyek.


Jika seorang pebisnis mempunyai modal besar dalam menjalankan bisnisnya, mungkin saja itu tidak menjadi masalah besar, karena bisa membayar orang-orang seperti saya, untuk menjadi KPK buat bisnisnya.

Tapi untuk pebisnis pemula dengan modal pas-pasan?
Dijamin kudu mengerjakannya seorang diri, dan untuk pekerjaan seperti itu, tentu saja si pebisnis minimal punya sedikit ilmu tentang segala bidang bisnisnya.

So, terlihat jelas kan, betapa pentingnya pengalaman sebagai karyawan swasta tersebut?
Jadi, selagi muda dan bebas, jangan pernah malu atau gengsi jadi karyawan.

Jangan fokus ke gaji, tapi fokuslah ke ilmu dan pengalamannya.
Karena percayalah, itu amat sangat berharga untuk karir maupun bisnis kita di masa depan.

Ada yang masih alergi jadi karyawan? hehehe
Semoga manfaat.

Sidoarjo, 9 September 2019

Reyne Raea untuk #MondayBusiness

19 komentar :

  1. Heemmm.... Pesan saya kepada si kribo cilik, kalau bisa selesai kuliah, kamu jangan bekerja, tetapi sudah bisa mempekerjakan orang. Seenak-enaknya menjadi karyawan, saya rasa, tetap lebih enak berdiri sendiri dan memiliki usaha sendiri.

    Bapaknya si kribo puluhan tahun menjadi karyawan swasta dan rasanya ya begitu begitu saja.

    Soal pengalaman dan hal lain bisa didapat dengan jalan lain.

    Tapi semua keputusan terserah si kribo nantinya, mau jalan hidup seperti apa, keputusan ada di tangannya. Tetapi, saya memberikan gambaran berdasarkan pengalaman pribadi, bahwa dunia karyawan itu monoton dan hanya memiliki ruang sempit untuk pengembangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ih jadi karyawan juga bagus kok pak, justru kalau nggak ada karyawan , gimanaaa coba perusahaan bisa jalan?

      Bener sih, sebaiknya serahkan ke anak :)

      Hapus
  2. Fokus ke ilmu dan pengalaman. Ah bener banget mba! Malah kalau bisa cari pengalaman sejak masih kuliah :'/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kalau masih kuliah itu juga agak sedikit serem sih, karena kebanyakan, anak-anak yang kuliah terus sambil kerja, mereka jadi tahu kalau cari uang itu enak, eh kuliahnya ditinggal :)

      Hapus
  3. aku pernah kerja di swasta 2 tahun, lalu sekarang udah pindah di pemerintahan.
    ketara banget sih bedanya. kalo menurutku di swasta lebih keras, terus pemimpin bisa berlaku sesukanya sesuai dengan keputusannya.

    pernah temenku berbuat salah satu kali, langsung dikeluarin dong. huhu..
    beda banget sama pemerinahan yang gak semudah itu untuk memecat karyawannya.

    So, aku setuju sih kalo mau menjalani bisnis kudu merasakan jadi karyawan dulu supaya tau bagaimana memperlakukan karyawan dengan baik. soale aku ngerasain banget gimana rasanya diperlakukan ga enak sama bosquu yang dulu. huhu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pemerintah soalnya aturannya berlapis, nggak semudah itu merekrut maupun memecat orang, ada birokrasi panjang :D

      Kalau swasta kan langsung, bahkan beberapa perusahaan, merekrut karyawan nggak pakai prosedur ada loh hahaha

      Hapus
  4. saya sejak awal kerja sampe sekarang jadi staff pelaksana mbak, memang sih status sebagai ASN. tapi jadi paham menjadi 'bawahan' itu kayak apa rasanya.

    bahkan di awal-awal kerja tugas saya yang paling 'sepele', haha, sebatas distribusi dokumen/surat-menyurat, menggandakan, sampai perngarsipan, tapi proses ini membuat saya belajar pekerjaan dari dasaar sekali.

    kalau sekarang ya beda lagi, saya udah jadi konseptor, troubleshooter dan pembuat laporan rutin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik tuh kalau ASN lebih terpilah-pilah jobdesc nya, jadinya lebih ahli.
      Saya setiap kerja selalu lebay, mau tahu kerjaan orang, akhirnya lama-lama jadi kerjaan saya.

      Dulu saya tahu banyak hal tentang berbagai bidang dalam perusahaan kontraktor khususnya, tapi kalau ditanya keahlian, saya bener2 nggak memahami secara ahli, saking semua saya kerjakan, jadi ga fokus

      Hapus
  5. Saya belum pernah ngerasain jadi karyaawan swasta.

    Wah ternyata bermanfaat juga ya pengalaman jadi karyaawan swasta itu. Setidaknya biar kita tahu rasanya jadi bawahan itu kayak apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Swasta itu keras, tapi lebih disiplin.
      Karena pecat memecat itu mudah hahahaha

      Hapus
  6. bener banget, sebelum akhirnya memutuskan untuk jadi IRT, alhamdulillah udah pernah ngerasain susah senangnya jadi karyawan swasta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyaaakkk banget ilmu yang bisa kita dapatkan kalau udah terjun jadi karyawan ya, minimal kita bisa lebih disiplin :)

      Hapus
  7. Saya belasan tahun jadi karyawan swasta. Ada plus minusnya. Langsung jadi pengusaha juga bisa berperilaku baik, kok. Tapi biasanya itu yang dari kecil biasa disuruh membantu orang tua di toko atau rumah makan. Jadi biasa tahu cara menghadapi klien secara langsung. Kalau anak bos yang usahanya nggak langsung ketemu klien, memang nggak bisa belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe iya, kalau untuk menghadapi klien sebenarnya bisa praktek di sekolah bisnis atau semacamnya.

      Menjadi pengusaha sebenarnya bukan sekadar jadi bos yang memahami bisnis, tapi lebih ke jadi leader.

      leader yang serba bisa , setidaknya sampai punya modal yang lebih :)

      Hapus
  8. Iya Mbak, kadang kita harus belajar dulu jadi karyawan baru mengerti bagaimana cara memanage pekerjaan yang baik, sebelum akhirnya pegang kendali sendiri.

    Mampir juga yuk Mbak. Kebetulan punya tema yg mirip ☺

    http://www.nilanela.com/2019/09/3-alasan-mengapa-pengusaha-pemula-sulit.html?m=1

    BalasHapus
  9. Bener bingits mb rey, menyelami dunia dimana kita jadi bawahan dulu, ambil ilmunya, rekam, repeat. Suatu saat kan gak mungkin kaleeeey jdi bawahan terus, akan ada inovasi kalau orangnya mau sih y

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren kok jadi karyawan dulu itu, apalagi kalau kita mau tahu banyak bidang, besok2 kita jadi pengusaha nggak mudah ditipu karyawan kita :D

      Hapus
  10. saya sebagai seorang istri dari karyawan swasta, ikut merasakan 'keras'nya kehidupan karyawan swasta hahaha tapi memang terlihat sekali bedanya mba rey, jadi kami memang sama-sama punya cita-cita untuk mendirikan bisnis dan membuka lapangan kerja bagi orang lain, dan suami yg notabene karyawan swasta lebih memiliki konsep jelas terlebih bagaimana kelak akan memperlakukan karyawannya, beda sama saya yg kelar nelurin ijazah langsung pakai daster ini lebih grusah-grusuh, boro-boro mikirin konsep kwkwk :) Memang betul pengalaman adalah guru kehidupan *eaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi betul mbaaa, sehebat apapun orang, kadang kalah ama yang namanya pengalaman, karena tindakan dan pikiran kadang beda :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)