Sharing By Rey - Kuliah di jurusan teknik Sipil memang menjadi pilihan saya, karena sebelumnya saya adalah lulusan STM jurusan bangunan gedung.
Meskipun, awalnya saya sebenarnya memikirkan untuk kuliah jurusan arsitektur saja, mengingat saya kurang begitu suka perhitungan, dan you know lah, teknik Sipil itu hitungan mulu pelajarannya.
Terimakasih deh buat para pencipta kalkulator yang meringankan beban saya selama kulish hingga kerja di bidang teknik sipil, lol.
Sayangnya, sepertinya takdir pendidikan saya mengembalikan pada perhitungan, sehingga ketika saya ikut UMPTN di Unhalu Kendari dan mengambil jurusan D3 Arsitektur, saya 100% TIDAK LULUS, lol.
Baca : Ketika Adik Berpulang
Entah memang jalannya seperti itu, setelah berita ketidak lulusan tersebut, adik saya meninggal, dan praktis saya nggak tega meninggalkan mama untuk kuliah jauh-jauh, jadi saya memutuskan menganggur setahun.
Beruntung saya masuk SD usia 5 tahun, jadi saat saya meneruskan kuliah setelah setahun nganggur, saya belum terlihat tua di antara teman-teman se angkatan, hehehe.
Begitulah, saya akhirnya memutuskan mengambil jurusan teknik Sipil, karena saya pikir saya juga kurang kreatif dalam mendisain.
Atuh mah, udahlah kurang suka hitung-hitungan, kurang kreatif pula dalam mendisain.
Parah yak si mamak Rey ini, lol.
Tapi masalahnya, saya sejak SD itu tumbuh jadi anak yang selalu juara kelas, padahal juaranya karena takut dipukul bapak kalau nggak juara, lol.
Karenanya, image saya di mata orang tua, keluarga besar, tetangga, guru-guru, dan teman-teman adalah, saya seorang yang cerdas dan pintar.
Terlebih lagi, saat saya masuk STM, yang mana waktu STM, saya ambil jurusan bangunan gedung yang belum dipecah-pecah kejuruannya.
Jadi jurusan bangunan gedung itu meliputi, bangunan kayu (semua pertukangan kayu), bangunan batu (semua pertukangan batu), pumbling, ilmu ukur tanah, bahkan gambar teknik, meskipun dulu kami menggambar pakai meja gambar yang gede dan penggarisnya melekat di meja tersebut.
Khas meja para arsitek.
Thanks deh buat bapak BJ Habibie, seingat saya dulu beliau yang jadi presiden, makanya seluruh SMK di Indonesia di support dengan baik.
Karena itu, sejak STM beberapa keluarga yang tahu saya bisa gambar (ya iyalaaahh, apa susahnya gambar tinggal garis-garis pakai penggaris doang, lol), jadi mulai bertanya ini itu tentang bangunan rumah ke saya.
Beruntung, pelajaran STM itu sebenarnya mirip pekerjaan mandor, hahahaha.
Jadi, selain kami belajar teori, kami turun langsung praktek dari hal yang amat sangat dasar, seperti menggali tanah buat pondasi, atau menyusun bata.
Dan fantastisnya lagi, kami juga kudu tahu cara menajamkan mata pahat dan segala alat pertukangan, ckckckck.
Namun karenanya, saya jadi sedikit banyak mengerti tentang proses pembuatan rumah, dan tentu saja memudahkan saya membayangkan menggambar denah, dan tampak rumah itu seperti apa?
Setelah lulus kuliah, 'kekaguman' orang semakin bertambah.
Kebetulan pula, dalam keluarga besar kami amat sangat langka yang namanya sarjana teknik, kebanyakan keluarga kami mengambil jurusan kesehatan.
Baik itu dokter, perawat hingga bidan.
Jadilah saya menjadi satu-satunya tujuan orang meminta bantuan mengenai hal-hal bangunan.
Lulusan Teknik Sipil Bukan Berarti Tahu Segalanya
Saya adalah lulusan teknik Sipil dengan bidang kejuruan konstruksi.
Tapi stop!
Jangan tanya saya mengenai perhitungan konstruksi gedung sekarang!
Soalnya saya sudah lupa, hahahaha.
Baca juga : #ReyStory - Alasan Jadi Anak STM
Kok bisa lupa?
Ya iyalah lupa.
Sudah susah-susah mengerjakan skripsi dengan mengambil tema konstruksi baja.
Giliran lulus, pertama kali kerja malah di sebuah perusahaan konsultan hidro yang menangani proyek-proyek saluran dan rumah pompa di Surabaya.
Kerjaannya pun kurang spesifik.
Yang saya kerjakan adalah, membuat laporan perencanaan, laporan pengawasan, membantu menggambar saluran dan rumah pompa dengan menggunakan autocad sederhana, hingga menghitung volume pekerjaan proyek.
Setelah itu saya bekerja di proyek jalan tol dan jembatan.
Makin nggak nyambung lagi dah.
Karena awalnya saya diterima dengan posisi DRAFTER.
Kebayang nggak sih, saya tuh nggak punya keahlian autocad, di perusahaan sebelumnya saya cuman bantuin edit gambar yang sederhana.
Tapi untunglah dengan ketekunan saya bisa juga belajar autocad secara otodidak.
Kabar pekerjaan saya menggambar dengan autocad tersebar dan ketahuan keluarga saya.
Mereka bangga dong.
Ckckckck, sungguh orang awam.
Mereka bangga anaknya jadi drafter padahal lulusan S1 teknik sipil konstruksi, lol.
Tapi menurut mereka, bisa menggambar dengan komputer itu hebat!
Oooo oke deh, lol.
Tapi kebanggaan mereka membuahkan beragam permintaan yang bikin saya puyeng.
"Rey, saya mau bangun rumah, tolong gambarkan ya, ukuran tanahnya sekian kali sekian"I was like....
Heh???
Saya tuh bisa menggambar pakai autocad, tapi gambar sederhana saja, lagian menggambar rumah, tanpa keterangan yang jelas itu bagaimana bisa?
Apalagi kalau udah ada pertanyaan,
"Rey, kalau bangun rumah dengan luas tanah sekian kali sekian itu butuh biaya berapa?"Atau,
"Rey, kalau kolom pakai besi berapa?"Mereka lupa kali ya, saya ini bukan mandor, hahaha.
Disain dan hitung biaya rumah itu , nggak bisa dikira-kira ala mandor saja.
Setidaknya buat kami yang mempelajari latar belakang, mengapa kolom kudu ukuran segini, besinya segitu?
Mendisain dan menghitung biaya rumah itu, berarti...
- Saya harus survey lokasi yang akan dibangunnya rumah.
- Saya harus survey bahan bangunan.
- Saya harus survey biaya tenaga.
Survey lokasi bangunan, bertujuan agar kita tahu kondisi tanah yang akan dibangun rumah tersebut.
Dari survey tersebut kita tahu jenis tanahnya (melalui test lab tentunya), sehingga kita tahu harus menggunakan pondasi jenis apa? ukuran pondasi berapa?
Pun juga, kita harus tahu keinginan penghuni rumah.
Dia butuh berapa dan ruangan apa saja?
Berapa lantai?
Dari situ kita bisa mendisain bentuk dan juga ukuran strukturnya seperti ukuran pondasi, kolom, balok dan lainnya.
Dan terakhir, dari disain gambar tersebut, beserta data harga material, barulah saya bisa menentukan perencanaan biaya pelaksanaan pembangunan rumah tersebut.
IH RIBET YAK!
TETANGGA SAYA TUKANG BATU, BISA NGITUNG HARGA BANGUNAN TUH DENGAN CEPAT!
Ya iyalah bisa, tapi jangan nangis kalau baru ditempati, rumah sudah retak, atau mungkin biaya yang boros.
Karena para tukang atau mandor itu, menghitung biaya rumah, hanya berdasarkan kira-kira dari pengalamannya saja.
Sedang membangun rumah itu tidak sesederhana tersebut.
Bisa saja luas sama, tapi kondisi tanah berbeda?
Itu sama saja, dengan orang awam sotoy beli obat seperti yang dia minum saat diresepkan oleh dokternya terakhir kali, alasannya dia mengalami gejala sakit yang sama dengan sebelumnya.
Padahal, beberapa gejala penyakit itu mirip-mirip.
Bahkan dokterpun nggak berani asal mendiagnosa sebelum memeriksa darah atau semacamnya, ckckck.
Lulusan Teknik Sipil Tidak Selalu Bisa Menggambar Disain Dan Menghitung Biaya Rumah
Jika ada yang menanyakan tentang gambar disain dan biaya bangun rumah ke saya, mungkin saya masih bisa menjawab meski nggak sepasti tukang atau mandor menjawab.
Misal,
"Oh bangun rumah di daerah sana, sekitar 3 juta per meter persegi."
Tidak ya, saya tidak akan menjawab seperti itu, karena saya lulusan teknik sipil, yang tahu nggak bisa memukul rata hitungan seperti itu.
Tapi minimal saya akan mengarahkan, untuk mengetes kondisi tanah dulu, meminta empunya rumah menjelaskan mereka butuh rumah seperti apa? berapa kamarnya? dll.
Tapi coba tanya hal tersebut ke pak suami saya.
FYI, kami sama-sama lulusan teknik Sipil, dulu sih pak suami ambil jurusan teknik sipil manajemen.
Pas kerja, eh dia malah lebih banyak mengulik tentang kualitas material.
Jadi jangan berani tanya berapa biaya bangun rumah ke pak suami saya, di jamin dia cuman muter-muter gajelas, padahal aslinya cuman mau ngomong,
"SAYA NGGAK TAHU!"Hahahahaha!
Pokoknya yang gitu-gitu deh.
DAN BUKAN BERARTI KAMI BODOH!
Hanya saja ilmu teknik sipil itu luas, dan sama sekali beda dengan ilmu arsitek.
Begituh..
Ada yang juga lulusan teknik sipil tapi nggak tahu cara gambar maupun ngitung rumah?
Share yuk :)
Sidoarjo, 22 September 2019
Reyne Raea
Source pic : unsplash
intinya anda tahu banyak hal dan saya bahkan buka autocad pun nggak pernah seumur hidup
BalasHapushahahaha ayo dibuka :D
HapusPaling tidak kak rey udah pernah kerja di konsultan hydro n proyek jalan tol.. keren loh kak
BalasHapushahahaha, thanks :D
HapusJadi ingat punya teman tetangga dulu di Purwokerto, lulusan tehnik sipil. disela-sela waktunya buka kursusan autocad di rumahnya.
BalasHapusWah keren tuh :)
Hapushihihihih.....tulisan ini keren...kayaknya ngak ada saingannnya di mesin pencari. Saya kasih tepuk tangan dulu.... Prokk..prokkk..prokk... :)
BalasHapushahaha padahal tulisan curcol :D
HapusDahulu saya ingin sekali masuk STM, namun kecebur masuk SMA, gegara udah takut duluan dengan biaya Praktek. :) Coba nasib kita sewaktu sekolah di tukar saja, saya masuk STM dan Mbak Masuk SMA. Kayaknya bakal KLOP. :)
BalasHapushahahahaha, kok bisa kang? saya dulu di STM negeri sih, seingat saya nggak ada biaya praktek, cuman bayar SPP kalau ga salah 3ribu perbulan deh :D
HapusCoba deh bikin artikel tentang :
BalasHapus1. Cara memasang Bata dll
2. Ideal kedalaman Pondasi Bangunan Untuk Tipe bangunan : Ruko, Rumah hunian, dan gedung dng 2 lantai.
3. Coba lagi bahas tentang Konstruksi Baja.
Artikel seperti yg saya request diatas, sangat dibutuhkan orang dan mereka akan lebih percaya jika yang nulisnya adalah orang yang berpengalamana seperti mbak.
Kemungkinan besar, artikelnya akan lebih mudah mendapat trafik dimasa akan datang.
hahahaha, nggak beraniiii, udah lama banget nggak belajar teori tentang itu, kalau salah tulis bisa dikoyek ama orang yang lebih ngerti hahaha
HapusOhy..kenapa " pembahasan tentang isi skripsi-nya " ngak sekalian dimuat di blog ini saja...? biasanya bakal banyak mahasiswa yg membutuhkan informasi serupa. Kan lumayan mendapat trafik. :)
BalasHapusYuk' " telurkan " ilmunya ke dalam blog ini. Siapa tahu bakal bermanfaat buat orang banyak.
hahaha, bahkan saya udah lupa apa yang saya tulis, dan skripsi itu ada di Sulawesi :D
HapusDahulu ada teman saya yg sarjana Pertanian, malah kerja di Tambang, dan Sarjana Teknik Tambang malah kerja di Perkebunan. :) Lucu yah...namun begitulah nasib, ngak bisa ditebak...yg penting kita tetap kreatif dan Inovatif serta...ikuti aliran rezeki kita,jangan dipaksakan kalau disebuah tempat ngak ada rezekinya.Cari ditempat berbeda dng cara yang berbeda. :)
BalasHapus#Gimana...? saya udah bisa belon jadi Motivator Blogger,hahahah.....
hahaha gapapa kang, jadi motivator itu keren, kita jadi berpikiran positif melulu :)
Hapussaya bukan anak sipil tapi anaknya orang teknik sipil konstruksi.
BalasHapuscita-cita jadi arsitek tapi nyasar sampe ke ekonomi pembangunan sama planologi. tapi bisa gambar pake autocad. bener-bener ambyar banget lah hidup saya ini. hahahahah
hahahahaha makin nggak nyambung ya :D
Hapus