Cara Bekerja Dengan Hati, Demi Hidup Berkecukupan A La Rey

bekerja dengan hati

Sharing By Rey - Bekerja dengan hati, sesungguhnya adalah kunci untuk mendapatkan kebebasan finansial, hidup berkecukupan dan bisa berlibur setiap harinya sejak kita muda.

Siapa sih yang nggak pengen, semacam pensiun dini, terlepas dari kegiatan bekerja yang memusingkan kepala.

Siapa pula yang nggak ingin, menyambut Senin layaknya menyambut weekend?
Secara, tahu sendiri kan, hari Senin tuh semacam momok yang menakutkan buat kebanyakan orang.

Lihat saja, trending di twitter setiap hari Minggu sore hingga Senin pagi tuh, selalu mengenai #BesokSenin , lalu bermunculan tweet banyak orang yang menggambarkan 'I hate Monday'


Padahal mah, Monday nggak salah apa-apa, they just hate teir job, lalu nyalahin Monday.
Sungguh kasian hari terbaik tersebut.

Berbeda dengan pekerja freelance kayak saya, Monday adalah hari yang selalu saya rindukan.
Karena itu berarti, akan ada 5 hari menanti email penawaran masuk dari klien brand besar dan punya banyak modal buat marketing, lol.

Iya, email penawaran job kerjasama itu biasanya muncul di hari Senin-Jumat, that's why i love Monday! lol.

Berarti, sebaiknya kita jadi freelance aja ya, biar love Monday?
Ya enggak juga sih.
Apapun profesi kita, sebenarnya bisa banget loh kita love Monday.

Dan cara terampuhnya adalah, jika kita bekerja dengan hati.

Bekerja dengan hati, secara otomatis membuat kita begitu menikmati apa yang kita kerjakan.
Dan karenanya, bekerja sama menariknya dengan berlibur.

Sayangnya, kebanyakan orang punya standar tertentu untuk bisa menyamakan pekerjaan mereka dengan berlibur, salah satunya adalah punya gaji besar banget dan kerjaannya santai banget.

Etdah, bahkan bekerja di perusahan BAPAKLOE! nggak bisalah seperti itu.
Apalagi kerja di perusahaan orang?
Yang ada kita bakal dikasih cuti oleh bos kita.
Cuti selamanya, maksudnya, lol.

Tapi balik lagi, dalam kehidupan ini, tidak semua orang seberuntung lainnya.
Dapat pekerjaan bagus, di bidang yang kita sukai, gaji di atas puluhan juta.
Khas impian semua orang banget kan.

Salah satunya adalah saya, hahaha.

Tahu nggak sih, sejak dulu saya bekerja dan meninggalkan kesan mendalam bagi para atasan saya, tapi suer, saya nggak pernah sama sekali merasakan gaji yang fantastis.

Bahkan pertama kali saya keterima kerja di sebuah konsultan proyek drainase, coba tebak berapa gajinya?
500REBO!

Di saat teman kos saya, masih kuliah, dan dia kerja part time di mall, jaga stand, gajinya 700ribu, belum intensif.

You know?
Saya menghabiskan waktu berhari-hari menangisi nasib saya saat itu, meski akhirnya ya saya terima juga kerjaan tersebut, dengan miris, tapi Alhamdulillah tetap semangat bekerja.

Selanjutnya, saya pindah kerja, gajinya juga tetap standar, meskipun kadang saya dibutuhkan orang banyak, dihormati banyak pekerja lapangan, karena dikira mewakili bos.
Tapi gajinya, bahkan lebih besar orang yang hormat sama saya, lol.

Baca juga : Bekerja Sesuai Gaji

Terakhir saya kerja, bahkan mendapatkan gaji di bawah UMR Surabaya saat itu, meskipun akhirnya dinaikan sama pak bos.

Nggak ngomel Rey?
Ngomel lah!
Menurut loe?

Tapi ya gitu, setelah puas ngomel, saya lalu bekerja dengan semangat, dengan hati, bahkan selalu menganggap bahan perusahaan tersebut adalah perusahaan saya sendiri, sehingga saya bakalan stres berat kalau rugi, lol.

Banyak yang bilang saya bodoh, terlalu lebay.
Tapi sesungguhnya menurut saya, yang bilang itu yang bodoh, lol.

Mengapa?
Karena saat itu, dengan gaji yang bikin minder kalau kumpul dengan teman lainnya dan pada banggain gajinya itu.
Saya hidup, Alhamdulillah, tidak pernah kekurangan, masha Allah.

Saya bahkan tidak pernah merasakan tanggal tua, setidaknya bahkan di tanggal tua, makanan saya sama dengan tanggal muda, masih bisa traktir anak makan di tempat biasanya.

Wallahu alam deh, saya sungguh yakin, Allah yang mencukupi semuanya, karena saya bekerja dengan hati, bekerja dengan lebih, dan kekurangan dari gaji saya dari pak bos, dibayar tunai bahkan berlipat oleh Allah.

Salah satunya, adalah... waktu itu tujuan saya balik bekerja demi mengembalikan kondisi ekonomi kami yang amat sangat terpuruk.
Hanya dalam setahun, saya bisa bantuin suami untuk mengembalikan semua keadaan seperti semula.

Masha Allah, Walhamdulillah...

Tapi, gimana sih caranya biar kita bisa bekerja dengan hati, meski pekerjaan dan apa yang kita dapatkan, dalam hal ini gaji atau salary, tidak sesuai dengan keinginan kita?
Pengen kerja di tempat yang kita inginkan, tapi belum keterima, kan jadinya nggak semangat.

Kalau saya pribadi, ada beberapa tips yang saya lakukan, sehingga bisa bekerja dengan hati, di manapun dan jenis pekerjaan apapun, serta berapapun gajinya, yaitu :


1. Harus membuktikan bahwa saya selalu bisa bekerja dengan baik di manapun


Well, mungkin inilah salah satu sisi positif punya bapak yang diktator, lol.
Salah satu sisi positifnya adalah, saya selalu punya pikiran untuk memberikan yang terbaik, dalam hal apapun, termasuk bekerja.


Karenanya, dalam bidang apapun saya bekerja, saya selalu bekerja dengan hati, agar bisa.
Karena udah didoktrin dari kecil, bahwa... bisa nggak bisa, ya harus bisa!.

Terlebih kalau saat pertama kali masuk saya semacam diremehin oleh yang merekrut, dijamin saya bakalan balas dendam dengan memberikan kinerja dan hasil kerja yang jauh di atas pekerja lainnya.

Even saya nggak menguasai, dengan modal ulet, Alhamdulillah saya bisa menaklukan tantangannya.
Karenanya, meski saya background-nya adalah lulusan teknik Sipil bidang study struktur.

Tapi saya juga familier dengan keuangan, akunting, pengendalian proyek, bahkan bisa juga jadi HRD, hahahaha.

Dan akhirnya saya bisa melihat jalan yang ditunjukan Allah sekarang, karena saya akhirnya tidak berjodoh dengan dunia karyawan, tapi lebih berjodoh dengan membangun bisnis sendiri.

Karenanya, saya tidak boleh hanya bisa mengerjakan struktur saja, tapi juga harus bisa menguasai semua hal yang diperlukan dalam bisnis.


2. Memikirkan bahwa pengangguran itu nggak asyik.


Sebenarnya sih nggak cuman dipikirin ding, tapi memang saya pernah mengalami masa menganggur selama setahun.

Dan itu nggak enak dan menyakitkan banget, tahu nggak sih?!

Saya lulus lebih cepat dari teman lainnya, dan dengan nilai terbaik, tapi saya kudu menanti setahun dulu baru keterima kerja.
Lebih mirisnya lagi, bahkan teman saya yang lulus belakangan dengan IPK di bawah saya, malah lebih dahulu mendapatkan pekerjaan, DENGAN GAJI YANG LEBIH BESAR DONG!


Saya sudah kenyang marah sama Allah dulu, saya menganggap, ya Allah... katanya Dia adil.
Mana coba letak keadilannya? hiks!

Sekarang saya selalu sujud syukur memohon ampun, betapa bodohnya saya pernah marah sama Allah, karena sungguh saya beruntung diberi 'kegagalan-kegagalan' dulu, sehingga saya bisa hidup menjadi diri sendiri dengan bahagia sekarang.

Iya, saya selalu diberikan 1001 jalan untuk mendapatkan uang, meski berada di keadaan seperti apapun.

Meskipun saya syukuri, tapi waktu menganggur setahun dulu bikin saya sadar, bahwa pekerjaan seperti apapun, wajib saya syukuri dan lakonin dengan hati, karena itu jauh lebih baik ketimbang jadi pengangguran.

Iya, nggak enak banget jadi pengangguran.
Selama setahun dulu, saya bahkan nggak punya uang hanya untuk beli pulsa, saya hanya bisa beli pula 10ribu per 2 atau 3 bulan ya, demi agar kartu saya nggak mati.

Jadi, karenanya saya mencintai apapun pekerjaan saya, bekerja dengan hati, tanpa peduli berapapun yang saya dapatkan atau jenis pekerjaannya tidak saya sukai.
Ye kan, daripada nganggur, mending kerja dengan hati dan semangat, biar hasilnya mengikuti.


3. Memikirkan bekerja dengan hati itu bikin kita cerdas dan keren


Pernah nggak kita merasa kalau kita nggak nyaman dengan sebuah kelompok? kita merasa kelompok itu toxic bagi kita, lalu kita membatasi diri, dengan anggapan bahwa hidup lebih baik jika kita membatasi diri dari orang toxic.

Sayangnya, kadang kita nggak bisa benar-benar menganggap bahwa sebuah komunitas itu toxic, kadang juga kita terlalu baper hanya karena kita nggak nyambung dengan kebanyakan orang-orang di komunitas tersebut.


Jadinya, kita membatasi diri, dari sesuatu yang mungkin saja bisa jadi pintu rezeki kita.
Bukankah link atau pertemanan itu bisa jadi pintu kesuksesan kita?
Banyak banget orang-orang yang akhirnya bisa menemukan rezekinya, melalui teman-temannya.

Itulah yang menjawab pertanyaan, mengapa saya merasa diri sebagai orang introvert, tapi saya bisa dan tahan bergaul dengan komunitas manapun, even yang sadis sekalipun, lol.

Alasannya? karena saya tahu banyak hal, jadi bisa membaur dalam komunitas manapun.
Saya mengerjakan banyak hal dengan hati ketika saya bekerja, sehingga saya jadi tahu banyak hal, dibilang orang cerdas, dan tentunya terliat keren kan, kalau pengetahuan kita luas.

Dan pengetahuan itu, lebih sering saya dapatkan dalam bekerja, karena pengetahuan yang kita pelajari sambil langsung dipraktekan dalam dunia kerja itu.


4. Memikirkan bahwa bekerja adalah ibadah


Tahu nggak sih, sesungguhnya bekerja itu adalah ibadah, setidaknya ada banyak banget ayat-ayat dalam Alquran yang menyinggung masalah bekerja dan menyarankan agar bekerja dengan hati.

Dengan memikirkan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah, maka semua tantangan dalam bekerja bisa saya lewati, bisa saya taklukan, dan melawannya sehingga bisa bekerja dengan hati.


Alhamdulillah, dengan cara bekerja dengan hati di atas, membuat saya selalu bisa melakukan apapun yang saya kerjakan dengan semangat.
Tidak peduli, gaji atau fee-nya berapa.
Tidak peduli, belum terlihat hasilnya.
Saya selalu berusaha untuk bekerja dengan hati, sepenuh hati, semaksimal mungkin.

Dan hasilnya?
Akan mengikuti apa yang saya kerjakan.

Kalau temans?

Sidoarjo, 10 Februari 2020

@reyneraea untuk #MondayBusiness

15 komentar :

  1. Iya sih, kalo hari Senin itu perasaan memang malas, penginnya tuh semua hari jadi hari libur, jadi bisa di rumah, anteng nonton TV, terutama berita yang dibahas kemarin sama blog mbak Rey..😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, makanyaaaa.. kalau kita bekerja dengan hati, maka bekerja itu udah kayak liburan aja, mengasyikan :)

      Hapus
    2. Wah kok mbak tahu kalo saya bekerja dengan Hati? 😱

      Selain dengan Hati, saya juga bekerja dengan Hani, Lani, Siti dan lainnya...😁

      Hapus
  2. Setuju mba. Aku prnh baca wejangan kayak gini dr salah satu novel yg aku baca. Kerja ikhals, walo gaji ga cukup, insya Allah kekurangannya akan dibayar oleh Allah. Kdg manusia ga sadar, yg namanya rezeki itu ga hrs berupa uang. Anak dan keluarga kita selalu sehat itu jg rezeki. Tiap siang ada aja yg traktir makan, itu jg rezeki, bisa berangkat kantor ga keujanan, itu juga rezeki, kita dihadang oleh masalah tp Ama Allah dikasih jalan utk solusinya itu juga rezeki.. dan itu mungkin Krn kitanya sendiri yg slama ini slalu ikhlas dlm bekerja.

    Aku sempet mikir dulu, kenapa gajiku ga bisa kayak temen2 yg sebaya. Yg bisa traveling kemanapun g pake ngejar tiket promo :p. Tp kemudian suami negur.

    "Temen2mu itu udh ada keluarga ga? Mereka udh punya anak2 lucu yg slalu cerewet nyambut maminya pulang kantor ga? Ada suami yg selalu rutin beliin skin care istrinya ga?"

    Dan aku lgs malu Rey. Temen2 yg aku iriin itu memang msh single sih. Ya mungkin rezeki dia diksh Tuhan dlm hal kecukupan uang. Tapi aku lupa aku juga diksh rezeki yg jauuuuuuuh LBH berharga drpd uang :(. Anak lucu , suami sabar dan perhatian, dan itu sebaik2nya rezeki sih :( . Toh kalo dipikir2, aku milih mana, punya uang ga berseri tapi tanpa suami dan anak yg skr, ato punya mereka, tp harus usaha nabung utk traveling???

    Aku pasti pilih yg kedua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. qiqiqiqiqiqiqi betul Mbaaaa :D
      Sesungguhnya anak-anak ceriwis yang kadang bikin bete karena nempel ini, adalah rezeki dan anugrah yang sering lupa saya sadari.

      Sudah banyak contoh orang-orang kesepian bersama duitnya, atau orang yang dulunya kesulitan, berusaha keras mendapatkan duit banyak, lalu setelahnya merasa hampa :)

      Hapus
  3. Huhuhu emang bener jadi pengangguran itu gak asik. Tapi kerja di lingkungan yang gak sesuai sama kita juga gak asik loh... serba salah.

    Tapi intinya sih ya bersyukur, maka apapun pekerjaannya dan berapapun salary nya kita tetap bahagia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi bener, cuman kadang hidup tidak selamanya seperti yang kita inginkan, kadang kita harus menjalani kerjaan yang tidak kita sukai, sampai akhirnya kita berada di kerjaan yang kita sukai atau passion kita.

      Dan selama berada di masa pencarian itu, sebijaknya kita tetap bekerja dengan hati, agar lebih cepat menemukan passion kita :)

      Hapus
  4. artikel ini hampir sama kita dengan yg di blog saya mba hehe.
    membahas pekerjaan, dan setuju sih nganggur itu ga asik. terima dlu aja gaji yg diksh toh nanti di tambah lagi.

    keren lah mba

    BalasHapus
  5. Betul mbak bekerja itu memang harus dengan hati dan ikhlas terlebih kalau pekerjaannya sesuai dengan hobi. Tentunya tidak pernah akan ada kata jenuh dan takut bila bertemu hari Senin...Heeheee.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, saat terjebak di pekerjaan belum passion juga harus diusahakan kan? :D

      Hapus
  6. Kalau saya mba, perkara sesuai keinginan atau nggak itu belakangan, hehehe ~ yang penting saya optimis dulu dengan apa yang saya kerjakan. Karena kalau cuma mau mengikuti keinginan nanti nggak ada habisnya, pasti selalu ada alasan untuk berhenti semisal ada yang nggak sesuai dengan apa yang diinginkan :D

    Jadi saya setuju untuk kita lebih mengutamakan kerja dengan hati. Mungkin juga karena circle saya orang gila kerja semua. Jadi punya prinsip, cintai apa yang dikerjakan bukan justru kerjakan hanya yang dicintai saja :)) apalagi karena sekarang saya lebih banyak terpapar koneksinya dengan foreigner, yang notabene pada gila kerja semua.

    Mereka nggak peduli suasana kerja nggak enak dan lain sebagainya, mereka cuma fokus kerja, karena kalau kebanyakan baper nanti nggak bisa makan katanya (alias resign terus nggak gajian) ~ menurut mereka, kerja itu untuk perusahaan dan untuk uang, bukan untuk cari teman. Jadi dapat teman kerja yang baik syukur, nggak yasudah. Survive masing-masing saja :)))

    Disitu menurut saya kerja dengan hati sangat penting, kalau nggak pakai hati, kita nggak akan pernah merasa cukup sepertinya dan mungkin akan selalu mencari yang lebih baik lagi dan ended up justru nggak dapat apapun di-akhir :"""D for the last, as always, nice writing mba ~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukaakkk, cintai apa yang kita kerjakan, meski mungkin belum jadi kerjaan impian kita :)

      Hapus
  7. Baru beberapa menit lalu Zafa bertanya "Mami habis gajian, ya kok uang mami banyak?" padahal itu hanya duit-duit pecahan 10ribu dan 5ribu yang aku sediakan buat uang saku dia ke TPQ setiap sore biar ga bingung :D Aku pun jawab Zafa "setiap hari Mami gajian, Zaf" Bapaknya meringis....

    Mungkin konsep gajian dia dengaar dari bapaknya kalau minta apa-apa.

    Bedalah kalau sama aku, Zafa minta apa-apa ya tak bilang "do something" Hahaha, kejam ya?!

    Jujur, kerja itu memang harus sesuai dengan passion. Kalau sudah passion maka tidak ada kata lelah dan jenuh. Alhamdulillah, sekarang aku kerja sesuai passionku, sebelumnya juga sih cuma bekerja ikut orang itu emang beda, terkekang banget mau berekspresi.

    ANyway, nice share lho Mbak Rey.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, nggak apa-apa sih menurut saya, mengajarkan anak kerja agar dapat duit sejak kecil itu penting dong :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)