Sharing By Rey - Saat kecewa pada suami, ada banyak cara yang istri lakukan untuk menghibur dirinya, setidaknya itu yang saya alami dan saya dengarkan dari curhatan beberapa teman.
Mungkin banyak yang mengatakan, kok menghibur diri sih, kalau kecewa kan ya dikomunikasikan.
Andai komunikasi suami istri itu semudah itu, nggak bakal ada kesalah pahaman mendalam antara suami dan istri.
Oh ya sebelum membaca terlalu jauh, saya warning dulu ya, tulisan ini mungkin tidak nyaman dibaca oleh temans yang lebih bijak, karena ini berisi tentang curhatan rumah tangga dan keluarga, so kalau risih, sebaiknya jangan diteruskan.
Nyatanya, dalam berumah tangga, ada masa di mana pasangan kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan sulit untuk bisa mengurai ketidak cocokan tersebut, karena itu tadi, si KOMUNIKASI tersebut.
Even yang sudah saling mengenal lama sebelum menikah, seperti saya contohnya.
Entahlah apa yang kami lakukan selama 8 tahun sebelum menikah tersebut, rasa-rasanya kok setelah menikah baru mengenal dengan jelas karakter si suami.
Demikian juga pak suami, saya bahkan sudah sering mengatakan dahulu, mengapa saya menolak beberapa lelaki sebelum dia, hanya karena saya tidak yakin bisa bertahan dengan mereka, karena karakter saya yang keras, disiplin, dan maunya hidup ya lurus-lurus saja.
Iya, saya hanya berani menjalani hubungan dengan lelaki yang sabar, tapi ternyata sepertinya saya salah menilai, suami saya bukan lelaki sabar, tapi dia lelaki yang tidak pandai berkomunikasi, terlebih dalam situasi yang tidak membuatnya nyaman, dia lebih banyak memilih diam.
Dan kabar buruknya, diam bukanlah hal yang bisa menyelesaikan komunikasi.
Jika pasangan kita diam, maka selesailah sudah.
Akan sulit mengurai masalah, karena semua masalah ya butuh komunikasi untuk penyelesaiannya.
Bahkan orang yang tidak bisa bicara atau mendengarpun, sibuk belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi, demikian pentingnya berkomunikasi itu.
Seandainya bisa, mungkin perpisahan adalah jalan terbaik.
Karena kadang hubungan tanpa komunikasi itu sangatlah sulit dijalani.
Saya misalnya, butuh banget ada seseorang yang mendengarkan uneg-uneg saya, sementara suami semacam sudah bosan mendengarkan curhatan saya.
Dia akan bergegas pergi, jika saya nekat mengajaknya berkomunikasi, pergi berhari-hari entah ke mana, tanpa kabar, tanpa nafkah, sementara saya hanyalah seorang ibu rumah tangga, yang mencari nafkah receh, yang tentu saja itu tidak cukup membiayai kebutuhan hidup anak-anak.
Nantilah saya heboh 'mengganggu' keluarga, baru mungkin ada yang tergerak menasehati dia, dan barulah dia pulang, dan tetap diam.
I know itu sangat membosankan, tapi sayang untuk saat ini saya nggak punya pilihan lain, selain menghibur diri.
Kakak saya kadang nelpon, basa basi menanyakan hal itu, saya sebenarnya malas curhat sama kakak, karena saya tahu banget karakternya yang maunya diturutin, sama sekali nggak bisa mengerti posisi orang.
Tapi kadang saya keceplosan, saking nggak kuat lagi, saya curhat masalah suami, dan seperti biasa, hampir sama dengan mama saya, mereka bukan pendengar yang baik, mereka pasti akan menyalahkan saya dan berkata, "siapa suruh?"
Seperti kemarin, kakak saya bilang saya yang bodoh, saya iseng dong nanya,
Ya demikianlah, sengenes itu sebenarnya saya, saya hanya bisa meng-update berita saya dengan mengadu kepada mereka kalau lagi berantem sama suami, agar mereka tahu apa penyebabnya jika memang suami kelepasan dan mencelakai saya, tapi sejujurnya, saya sama sekali nggak berharap keluarga bisa membantu saya dengan bijak.
Dan itu terjadi pada kedua belah pihak keluarga.
Jika keluarga saya hanya mau membantu agar saya segera pisah, pisah doang tapi nggak tahu ke depannya gimana.
Sementara keluarga suami hanya membantu masalah ekonomi, lalu ujungnya menyalahkan saya,
Bantuin saya itu kecuali mereka kasih duit buat saya beli baju, tas, sepatu, make up dan semua kebutuhan pribadi saya.
Atuh mah.
Tapi sudahlah, saya sama sekali tidak menyalahkan keluarga yang tidak bisa membantu sesuai kebutuhan kami, toh juga setelah menikah semua masalah seharusnya bisa diselesaikan sendiri.
Saya hanya menggambarkan, bahwa saya tidak punya siapa-siapa yang bisa dijadikan teman mencurahkan isi hati.
Sementara, saya merasa ada batu besar di dalam diri saya, menghimpit dada saya setiap hari, bahkan sebelum virus corona mengjangkiti saya, rasanya dada ini udah sesak duluan, huhuhu.
Meskipun saya tidak terlalu 'beruntung' punya keluarga yang bijak mendengarkan keluhan saya, bukan berarti semua orang seperti itu.
Sebenarnya saya punya banyak teman yang bahkan mengajukan diri untuk mendengarkan semua keluh kesah saya, terlebih setelah saya memilih menekuni dunia blogger.
Banyak temans blogger yang selalu menghubungi saya, menanyakan keadaan saya, menanyakan apa yang saya butuhkan, bahkan seperti yang pernah saya ceritakan dulu, bahkan ada yang mengirimkan uang saat saya kelaparan, dan nggak punya duit di saldo OVO/Gopay.
Mereka sebaik itu sebenarnya, Allah kan tidak pernah memberikan tantangan tanpa bonus, saya tak merasa di'perhatikan' oleh suami dan keluarga, tapi Allah mengirimkan sahabat-sahabat yang baik hati.
Hanya saja..
Mereka sahabat, bukan keluarga.
Dan jujur saya kurang nyaman membukakan masalah pribadi kepada orang lain, dan selama ini, hanya ada 1 orang sahabat yang saya bukakan masalah saya, itupun karena saya yakin dia amanah, insha Allah.
Mungkin ada yang berkata,
Yang tentu saja batas tersebut berbeda di setiap orangnya.
Memang, masih ada jalan lain yang memungkinkan, misal berpisah.
Akan tetapi, untuk saat ini, hal itu masih belum memungkinkan, karena ya you know-lah, bagi seorang ibu rumah tangga tanpa pemasukan rutin kayak saya, memaksakan berpisah itu, berarti saya harus memikul resiko untuk mengambil alih semua kebutuhan keluarga.
Meskipun dalam undang-undang diatur bahwa seorang ayah wajib menafkahi anaknya meski sudah berpisah dan anaknya ikut siapapun.
Akan tetapi, UU tetaplah UU, kenyataannya yang mematuhi jarang.
Karenanya, menghibur diri adalah sebuah pilihan satu-satunya yang bisa saya lakukan, dan jujur banyak wanita lain yang berada di posisi seperti saya lakukan.
Ada beberapa cara yang bisa istri lakukan dalam menghibur diri, di antaranya :
Ini mah cara saya, karena saya suka menulis.
Dengan menulis, seolah saya bisa curhat sama seseorang dan mendapatkan feed back sesuai keinginan.
Akan tetapi, hal seperti ini tidak serta merta bisa kita lakukan, tergantung lingkar pertemanan dan juga sikap kita dalam media sosial.
Saya beruntung banget punya lingkar pertemanan yang amat sangat positif, yang selalu 'memaklumi' tulisan curhat saya yang menurut kebanyakan orang adalah 'aib'.
Meskipun ada satu dua orang yang mungkin risih dan menuangkan kerisihannya melalui tulisan di wall pribadinya.
Akan tetapi, selama dia tidak menyinggung saya langsung, it's OK sih.
Saya juga memahami jika orang-orang risih, karenanya saya selalu bilang, skip, unfollow atau kalau perlu unfriend, nggak apa-apa kok :)
Pun juga tergantung dari track record saya yang memang selalu menggunakan media sosial buat kepentingan diri, bukan buat ngurusin orang, lagian... mending ngurusin lemak sendiri deh biar ramping hahaha.
Yup, menulis bagi saya adalah cara untuk menghibur diri, self release dan tidak jarang saya mendapatkan banyak masukan dan semangat melalui komentar para sahabat.
Terimakasih sahabat yang baik, semoga Allah membalas kebaikan kalian :)
Saya tidak tahu sih ya, curhat yang nyaman itu kepada siapa, karena setahu saya kalau kita curhat ke teman wanita, kebanyakan feed back-nya itu kadang terlalu 'keras'.
Ya mungkin juga bukan hanya wanita sih, lelaki juga.
Kebanyakan sampai terlalu mendalami sampai kebawa baper, dan tanpa sadar memaksakan kehendak si yang curhat wajib mengikuti semua sarannya.
Mungkin itu yang bikin wanita jadinya lebih nyaman curhat kepada lawan jenis, terlebih kalau yang dicurhatin lawan jenis yang juga punya masalah sama, klop sudah deh.
Klop kebablasannya maksudnya hahahaha.
Tapi, saat para istri berada di posisi saya, di mana nggak ada pilihan lain, memang mau nggak mau mereka kudu nyari sesuatu yang bisa nampung curhatannya, tentu saja dengan feed back yang nyaman.
Apa gunanya curhat, kalau malah bikin makin bete, iya nggak sih?.
Entah belanja dengan kalap, makan dengan kalap.
Sayangnya hal ini terbatas untuk pilihan seorang istri yang punya keuangan lebih.
Kalau saya mah, meski ingin, tapi masih harus memikirkan hari esok diri dan anak-anak, so tentu saja hal tersebut belum bisa jadi pilihan saya.
Jujur, kalau saya pikir-pikir, dari beberapa orang wanita dengan status istri yang suka curhat ke saya, sepertinya pilihan ini merupakan pilihan yang banyak dipilih.
Maksudnya sih baik, agar suami memahami perasaannya.
Kalau suami cuek, ya balas dicuekin.
Kalau suami pelit, ya balas dipelitin.
Kalau suami selingkuh, ya balas diselingkuhin *iya sampai segitunya.
Bahkan, ada juga yang suami cuek pun dibalas dengan selingkuh.
Dari yang awal maksudnya bikin suami cemburu, sampai deh kebablasan hahaha.
Jujur, kadang saya juga ingin seperti itu, cuek dibalas cuek.
Atau cuek dibalas saya dekat aja sama lelaki lain, biar dia cemburu.
Seperti dulu, sebelum nikah dia melarang saya nggak boleh sama sekali jalan sama teman laki.
Padahal ya teman saya ya most laki.
Akan tetapi saya sering terpikirkan.
OI REY, INGAT ANAK WOII! lololol.
Ya begitulah, pada akhirnya memang mau nggak mau, kita sebagai istri harus bisa menemukan cara positif untuk menghibur diri, karena being waras bagi seorang ibu itu penting adanya.
Ibu selalu berhadapan langsung dengan anak, dan saat ibu lagi kalut, dampaknya sangat buruk ke anak.
Kalau temans, punya cara apa, sebagai istri menghibur diri?
Share yuk :)
Sidoarjo, 27 Maret 2020
@reyneraea untuk #FridayMarriage
Sumber : Pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Unsplash dan Canva edit by Rey
Nyatanya, dalam berumah tangga, ada masa di mana pasangan kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan sulit untuk bisa mengurai ketidak cocokan tersebut, karena itu tadi, si KOMUNIKASI tersebut.
Even yang sudah saling mengenal lama sebelum menikah, seperti saya contohnya.
Entahlah apa yang kami lakukan selama 8 tahun sebelum menikah tersebut, rasa-rasanya kok setelah menikah baru mengenal dengan jelas karakter si suami.
Demikian juga pak suami, saya bahkan sudah sering mengatakan dahulu, mengapa saya menolak beberapa lelaki sebelum dia, hanya karena saya tidak yakin bisa bertahan dengan mereka, karena karakter saya yang keras, disiplin, dan maunya hidup ya lurus-lurus saja.
Iya, saya hanya berani menjalani hubungan dengan lelaki yang sabar, tapi ternyata sepertinya saya salah menilai, suami saya bukan lelaki sabar, tapi dia lelaki yang tidak pandai berkomunikasi, terlebih dalam situasi yang tidak membuatnya nyaman, dia lebih banyak memilih diam.
Dan kabar buruknya, diam bukanlah hal yang bisa menyelesaikan komunikasi.
Saat Curhat Ke Orang Terdekat Juga Tak Memecahkan Masalah
Jika pasangan kita diam, maka selesailah sudah.
Akan sulit mengurai masalah, karena semua masalah ya butuh komunikasi untuk penyelesaiannya.
Bahkan orang yang tidak bisa bicara atau mendengarpun, sibuk belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi, demikian pentingnya berkomunikasi itu.
Seandainya bisa, mungkin perpisahan adalah jalan terbaik.
Karena kadang hubungan tanpa komunikasi itu sangatlah sulit dijalani.
Saya misalnya, butuh banget ada seseorang yang mendengarkan uneg-uneg saya, sementara suami semacam sudah bosan mendengarkan curhatan saya.
Dia akan bergegas pergi, jika saya nekat mengajaknya berkomunikasi, pergi berhari-hari entah ke mana, tanpa kabar, tanpa nafkah, sementara saya hanyalah seorang ibu rumah tangga, yang mencari nafkah receh, yang tentu saja itu tidak cukup membiayai kebutuhan hidup anak-anak.
Nantilah saya heboh 'mengganggu' keluarga, baru mungkin ada yang tergerak menasehati dia, dan barulah dia pulang, dan tetap diam.
I know itu sangat membosankan, tapi sayang untuk saat ini saya nggak punya pilihan lain, selain menghibur diri.
Kakak saya kadang nelpon, basa basi menanyakan hal itu, saya sebenarnya malas curhat sama kakak, karena saya tahu banget karakternya yang maunya diturutin, sama sekali nggak bisa mengerti posisi orang.
Tapi kadang saya keceplosan, saking nggak kuat lagi, saya curhat masalah suami, dan seperti biasa, hampir sama dengan mama saya, mereka bukan pendengar yang baik, mereka pasti akan menyalahkan saya dan berkata, "siapa suruh?"
Seperti kemarin, kakak saya bilang saya yang bodoh, saya iseng dong nanya,
"Ya sudah, kalau kamu ada di posisi saya, apa dong yang kamu lakukan?"
"Kamu yang bodoh, kalau saya jadi kamu ya saya cuek, saya pergi dong jalan-jalan, dandan cantik, menghibur hati!" kata kakak.
"Bagaimana dengan anak-anak? terlebih di tengah pandemi virus begini?"
"Makanya, dari dulu kan sudah saya bilang, tinggalkan saja laki-laki kayak gitu,..." jawabnya asal.
"Katanya nggak boleh kembali ke belakang, nggak ada gunanya juga?"
"Sudah ah, saya malas sama kamu" langsung ditutup telponnya.Saya hanya bisa menyeka air mata dan mengelus dada, sambil berkata pada ponsel,
"Tutuplah, nanti juga kamu bakal berdering kok, dan biasanya kan gitu, kalau butuh kuping ya pasti telpon, kalau orang butuh kuping, kamu ogah"
Ya demikianlah, sengenes itu sebenarnya saya, saya hanya bisa meng-update berita saya dengan mengadu kepada mereka kalau lagi berantem sama suami, agar mereka tahu apa penyebabnya jika memang suami kelepasan dan mencelakai saya, tapi sejujurnya, saya sama sekali nggak berharap keluarga bisa membantu saya dengan bijak.
Dan itu terjadi pada kedua belah pihak keluarga.
Jika keluarga saya hanya mau membantu agar saya segera pisah, pisah doang tapi nggak tahu ke depannya gimana.
Sementara keluarga suami hanya membantu masalah ekonomi, lalu ujungnya menyalahkan saya,
"Kami sering bantu uang loh buat si Rey!"Padahal ya mereka bantuin pak suami, bukan saya.
Bantuin saya itu kecuali mereka kasih duit buat saya beli baju, tas, sepatu, make up dan semua kebutuhan pribadi saya.
Atuh mah.
Tapi sudahlah, saya sama sekali tidak menyalahkan keluarga yang tidak bisa membantu sesuai kebutuhan kami, toh juga setelah menikah semua masalah seharusnya bisa diselesaikan sendiri.
Saya hanya menggambarkan, bahwa saya tidak punya siapa-siapa yang bisa dijadikan teman mencurahkan isi hati.
Sementara, saya merasa ada batu besar di dalam diri saya, menghimpit dada saya setiap hari, bahkan sebelum virus corona mengjangkiti saya, rasanya dada ini udah sesak duluan, huhuhu.
Ketika Curhat Ke Sahabat Bukan Solusi Yang Tepat
Meskipun saya tidak terlalu 'beruntung' punya keluarga yang bijak mendengarkan keluhan saya, bukan berarti semua orang seperti itu.
Sebenarnya saya punya banyak teman yang bahkan mengajukan diri untuk mendengarkan semua keluh kesah saya, terlebih setelah saya memilih menekuni dunia blogger.
Banyak temans blogger yang selalu menghubungi saya, menanyakan keadaan saya, menanyakan apa yang saya butuhkan, bahkan seperti yang pernah saya ceritakan dulu, bahkan ada yang mengirimkan uang saat saya kelaparan, dan nggak punya duit di saldo OVO/Gopay.
Mereka sebaik itu sebenarnya, Allah kan tidak pernah memberikan tantangan tanpa bonus, saya tak merasa di'perhatikan' oleh suami dan keluarga, tapi Allah mengirimkan sahabat-sahabat yang baik hati.
Hanya saja..
Mereka sahabat, bukan keluarga.
Dan jujur saya kurang nyaman membukakan masalah pribadi kepada orang lain, dan selama ini, hanya ada 1 orang sahabat yang saya bukakan masalah saya, itupun karena saya yakin dia amanah, insha Allah.
Mungkin ada yang berkata,
"Lah, kamu nggak mau cerita sama teman, tapi kamu nulis di blog, bukannya sama aja tuh malah membuka untuk semua orang?"Beda ya temans, apa yang saya tulis di blog ini cuman luarannya doang, saya juga tahu kok mana batasan yang harus dituliskan, mana yang enggak.
Yang tentu saja batas tersebut berbeda di setiap orangnya.
Menghibur Diri Adalah Jalan Yang Terbaik
Memang, masih ada jalan lain yang memungkinkan, misal berpisah.
Akan tetapi, untuk saat ini, hal itu masih belum memungkinkan, karena ya you know-lah, bagi seorang ibu rumah tangga tanpa pemasukan rutin kayak saya, memaksakan berpisah itu, berarti saya harus memikul resiko untuk mengambil alih semua kebutuhan keluarga.
Meskipun dalam undang-undang diatur bahwa seorang ayah wajib menafkahi anaknya meski sudah berpisah dan anaknya ikut siapapun.
Akan tetapi, UU tetaplah UU, kenyataannya yang mematuhi jarang.
Karenanya, menghibur diri adalah sebuah pilihan satu-satunya yang bisa saya lakukan, dan jujur banyak wanita lain yang berada di posisi seperti saya lakukan.
Ada beberapa cara yang bisa istri lakukan dalam menghibur diri, di antaranya :
1. Menulis dan menulis
Ini mah cara saya, karena saya suka menulis.
Dengan menulis, seolah saya bisa curhat sama seseorang dan mendapatkan feed back sesuai keinginan.
Akan tetapi, hal seperti ini tidak serta merta bisa kita lakukan, tergantung lingkar pertemanan dan juga sikap kita dalam media sosial.
Saya beruntung banget punya lingkar pertemanan yang amat sangat positif, yang selalu 'memaklumi' tulisan curhat saya yang menurut kebanyakan orang adalah 'aib'.
Meskipun ada satu dua orang yang mungkin risih dan menuangkan kerisihannya melalui tulisan di wall pribadinya.
Akan tetapi, selama dia tidak menyinggung saya langsung, it's OK sih.
Saya juga memahami jika orang-orang risih, karenanya saya selalu bilang, skip, unfollow atau kalau perlu unfriend, nggak apa-apa kok :)
Pun juga tergantung dari track record saya yang memang selalu menggunakan media sosial buat kepentingan diri, bukan buat ngurusin orang, lagian... mending ngurusin lemak sendiri deh biar ramping hahaha.
Yup, menulis bagi saya adalah cara untuk menghibur diri, self release dan tidak jarang saya mendapatkan banyak masukan dan semangat melalui komentar para sahabat.
Terimakasih sahabat yang baik, semoga Allah membalas kebaikan kalian :)
2. Curhat kepada yang nyaman.
Saya tidak tahu sih ya, curhat yang nyaman itu kepada siapa, karena setahu saya kalau kita curhat ke teman wanita, kebanyakan feed back-nya itu kadang terlalu 'keras'.
Ya mungkin juga bukan hanya wanita sih, lelaki juga.
Kebanyakan sampai terlalu mendalami sampai kebawa baper, dan tanpa sadar memaksakan kehendak si yang curhat wajib mengikuti semua sarannya.
Mungkin itu yang bikin wanita jadinya lebih nyaman curhat kepada lawan jenis, terlebih kalau yang dicurhatin lawan jenis yang juga punya masalah sama, klop sudah deh.
Klop kebablasannya maksudnya hahahaha.
Tapi, saat para istri berada di posisi saya, di mana nggak ada pilihan lain, memang mau nggak mau mereka kudu nyari sesuatu yang bisa nampung curhatannya, tentu saja dengan feed back yang nyaman.
Apa gunanya curhat, kalau malah bikin makin bete, iya nggak sih?.
3. Melakukan hal yang menyenangkan hatinya
Entah belanja dengan kalap, makan dengan kalap.
Sayangnya hal ini terbatas untuk pilihan seorang istri yang punya keuangan lebih.
Kalau saya mah, meski ingin, tapi masih harus memikirkan hari esok diri dan anak-anak, so tentu saja hal tersebut belum bisa jadi pilihan saya.
4. Balas dendam dengan balas mengecewakan
Jujur, kalau saya pikir-pikir, dari beberapa orang wanita dengan status istri yang suka curhat ke saya, sepertinya pilihan ini merupakan pilihan yang banyak dipilih.
Maksudnya sih baik, agar suami memahami perasaannya.
Kalau suami cuek, ya balas dicuekin.
Kalau suami pelit, ya balas dipelitin.
Kalau suami selingkuh, ya balas diselingkuhin *iya sampai segitunya.
Bahkan, ada juga yang suami cuek pun dibalas dengan selingkuh.
Dari yang awal maksudnya bikin suami cemburu, sampai deh kebablasan hahaha.
Jujur, kadang saya juga ingin seperti itu, cuek dibalas cuek.
Atau cuek dibalas saya dekat aja sama lelaki lain, biar dia cemburu.
Seperti dulu, sebelum nikah dia melarang saya nggak boleh sama sekali jalan sama teman laki.
Padahal ya teman saya ya most laki.
Akan tetapi saya sering terpikirkan.
OI REY, INGAT ANAK WOII! lololol.
Ya begitulah, pada akhirnya memang mau nggak mau, kita sebagai istri harus bisa menemukan cara positif untuk menghibur diri, karena being waras bagi seorang ibu itu penting adanya.
Ibu selalu berhadapan langsung dengan anak, dan saat ibu lagi kalut, dampaknya sangat buruk ke anak.
Kalau temans, punya cara apa, sebagai istri menghibur diri?
Share yuk :)
Sidoarjo, 27 Maret 2020
@reyneraea untuk #FridayMarriage
Sumber : Pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Unsplash dan Canva edit by Rey
no. 1 itu, hiburan paling paten kalo buat saya mba :D, kalo dari pengalaman saya sendiri, laki2 bukan gak mau komunikasi, tapi lebih ke timingnya, ada naik turunnya, dan yang musti kita pelajarin itu, kapan waktu yang tepat, kapan waktu kita maju untuk berkomunikasi, kapan waktu yang tepat untuk kita menghibur diri atau menyenangkan diri sendiri saja tanpa suami. Dan, kapan kita mundur untuk sama-sama diam (karena suami itu kalo lg ada masalah diluar, biasanya diam). Kalo ngadepin suami yang kurang ngerti (yg gak mau nambahin beban pikiran istrinya) dia bakal semakin diam bukannya ngejelasin alasan diammnya, itu yg kadang bikin istri tambah uring2an. Meskipun kita dulu yang musti berpikir keras dan bnyk mengerti. Tapi kalo ketemu suami yang sama2 ngerti (gimana pola pikir pasangan), mungkin gak seberat itu kita mikirnya
BalasHapusTerimakasih Mbaaa :)
HapusIya sih, sebenarnya memang saya sering mikir dan belajar juga untuk memahami serta menerima karakter suami yang pendiam, yang selalu menutupi semuanya, meski akhirnya ya kacau hehehe.
Cuman memang, itu tadi, tiap orang punya karakter.
Saya yang selalu nggak tenang kalau ada masalah, sementara suami yang selalu nggak mau berbagi masalah, tapi juga tidak bertanggung jawab maksudnya nggak beres.
Lalu setelah nggak beres dia kabur lepas tangan.
Hhh...
Jadi seorang istri memang berat, kudu menaklukan perasaannya sendiri, kekalutan dirinya, dan berusaha memahami suami :)
Eeheem!! Keselek biji kedongdong.🤣🤣
BalasHapusGw kaya lagi berkaca diri baca tulisan ini..🤣🤣
Memang masalah dalam rumah tangga itu komunikasi dan pemahaman antara keduanya. Meski terkadang yaa begitu deeh!, Saya juga ngalamin orang seminggu bisa dua kali terkadang.
Mungkin benar apa yang mbak Rey tulis Komunikasi penting, Tetapi jika kita sudah tekankan malah Faktanya buat suami mengalah dengan pergi atau diam mungkin bukan solusi juga yaa.
Berbeda dengan saya salin berkomunikasi, Bahkan tak takut saling berdebat cuma yaa suka nggak ada yang mau mengalah. Yaa memang beda-beda setiap rumah tangga, Jika sudah berdebat atau bertengkar.
Dan kalau saya tak pernah lari atau pergi jika berdebat beda pendapat. Meski terkadang suka menahan diri agar jangan sampai memukul istri. Karena jika saya emosi atau berdebat diluaran saya suka mukul orang jika berbeda pendapat, Yaa itu mungkin kekurangan saya. Meski dirumah saya tidak seperti itu.
Jadi kalau komunikasi nggak menemukan solusi, Yaa saling diam. Bisa 2 sampai 3 hari baru main maaf2pan. Begitu seterusnya kalau lagi baik main sayang-sayangngan. Kalau lagi sebal yaa diam2man.🤣🤣🤣
Curhat sama keluarga saya mungkin hampir sama, nggak ada solusi jadi percuma saja. Cuma jadi tontonan mereka doang.
Curhat sama Teman, Sahabat, dan Fans2 saya. Waalaaahh!! Paling ogah saya terlebih teman dumay enggak banget kali. Karena menurut saya bukan solusi juga..🤣🤣
Karena saya paling nggak suka urusan keluarga saya dikorak-korek. Sama keluarga saja ogah apalagi sama orang lain.🤣🤣
Meski terkadang banyak teman curhat tentang rumah tangganya ke saya.....Tetapi saya tetap ogah curhat balik kemereka.........Dan terkadang ada juga yang bilang keluarga saya harmonis. Padahal mah nggak juga kalii.🤣🤣🤣
Mungkin kalau istri saya kesal sama saya dia akan diam selama 2 hari....Ditegur masih diam juga yaa sudahlah ntar juga baikan lagi...Yang sudah2 seperti itu.🤣🤣
Yaa jadi kalau istri saya kesal ke saya solusinya diam dirumah tanpa bicara.....Saya juga pun demikian, Jadi main lihat-lihatan saja atau pletot2tan berdua.
Kalau saya tidak kuat yaa saya katain....."Apa lihat2 kamu"..
Dia malah lebih galak ....."Nggak usah Sok GR loh"!!...Galakan dia malah.🤣🤣🤣
Eehh ini malah gw yang curhat yaa....🙄😲😲 Maaf deh mak Rey...Misi aaahh!!..🏃🏃🏃🏃
Mamah Dedeh curhat dong, eh salah satria ya, jadinya papah satria dong.😁
Hapushahahahaha, betul banget nih.
HapusSebenarnya, tidak semua wanita suka didiamkan loh, wanita itu sebenarnya maunya dibicarakan dengan sabar dan lembut.
Tapi masih mending mah kalau Kang Satria nanti maaf-maafan, saya mah nggak ada maaf-maafan, saya sendiri yang negur, dan memang karakternya paksu sih yang nggak pandai minta maaf.
Sebenarnya saya bisa menerima, setidaknya mencoba dan belajar menerima semua sifatnya.
Masalahnya adalah, sifat dan karakternya itu terbawa dalam dunia kerja, dan membahayakan masa depan anak-anak.
Itu yang jadi masalah sih, kalau untuk diri saya mah, asal masa depan terjamin, setidaknya buat sekolah anak aja deh, saya mah udah sabar aja hadapinnya, tapi kenyataannya tidak, semakin hari semakin membahayakan anak :(
Etapi kadang kalau dengar curhatan orang tuh, semacam ada pelajaran juga ya buat kita, saya sering banget dicurhatin, lalu saya belajar dari kisah teman-teman yang curhat itu :D
Eehh lupa..Yaa intinya setiap rumah tangga pasti selalu saja ada masalah dan kebahagian pula....Dan setiap orang punya cara tersendiri dalam mengatasi rumah tangganya. Baik manis atau pahit.😊😊🏃🏃🏃🏃
BalasHapusMakasih atas petuah bijak nya pak ustadz.😊
HapusPak Satria , kalau saya mau minta pencerahan, kira2 bisa via online ngak yah... :)
Hapus@ Satria =
HapusBhuwaaaahahhaaaw ...
Lucu yaaa saling plotot2an giru.
Kayak adegan sineteon 🤣🤣🤣
Kemarin habis syuting iklan soalnya mas Himawan.��
HapusBetul sekaliiihh, mereka sendiri sebenarnya yang bisa mutusin, orang lain paling cuman mendengarkan atau kasih masukan jika diminta :D
HapusPernah nanya ke istri kok kamu kayaknya gak pernah kesel or marah ke aku. Padahal aku rasa sih aku kadang ngeselin.
BalasHapusKata dia aku kalo kesel tinggal ke kamar mandi. Gosok dinding n lantai kamar mandi.
Pake sikat gigimu
Mantap istrinya bang day.😁
Hapus😁😁😁
HapusTerus gimana bang, harusnya jawab saja, lha sikat gigi inikan untuk cium bibirnya kamu, jadi sama ajakan.🤣
Hapusberarti semakin bersih kamar mandinya Bang Day , itu artinya......
HapusMantap banget tuh istrinya bang day. Sekali-kali boleh juga aku coba kalau lagi sebel sama suami.😂
HapusHahaha, malah ada yang ngikutin.🤣
HapusWakakakakakak, enggak ah, malas banget nanti saya bayangin sendiri hiiii
HapusKomunikasi itu penting banget ya bagi suami istri di kehidupan berumah tangga. Kakak kandungku dan kakak iparku kalau ada masalah selalu diam saja dan masalahnya nggak selesai-selesai.
BalasHapusTetap semangat menulis, Mbak Rey. Agar tulisan-tulisan Mbak Rey bisa menginspirasi semua orang untuk tetap melakukan hobi menulis.
Betul banget!
HapusMari kita semangat menulis :)
Hmmm, baca tulisan mbak kok jadi ingat beberapa tahun lalu. Ada tetangga sebelah saya yang curhat masalah dengan suaminya.
BalasHapusSuaminya itu orangnya pendiam, dia kalo ngomong kalo diajak ngobrol saja, kalo tidak ya diam saja, namanya juga pendiam ya.
Jadi kalo ada masalah memang agak susah komunikasi karena memang orangnya pendiam, kalo ngambek ya gitu, kadang pulang ke rumah ortunya, sampai berminggu-minggu atau sebulan.
Nah tetangga sebelah saya juga kebetulan wataknya keras dan tidak mau mengalah, jadi cocok kan, orang keras kepala sama orang pendiam.😂
Suatu hari dia curhat sambil nangis, katanya sudah ngga kuat, bahkan dia nitip kalo misalnya dia meninggal dunia tolong anaknya dirawat saya saja, jangan sama suaminya. Kaget dong saya. Opsi cerai sepertinya tidak ada dalam pikirannya.
Oh ya, suaminya juga seperti kebanyakan orang, ngga mabuk, judi juga ngga, main perempuan juga tidak, orang pendiam gimana mau grepe-grepe.🤣
Akhirnya setelah dia curhat, aku kasih saran saja coba ikuti kemauan dia (maaf ngga bisa kasih tahu masalahnya apa). Dia tadinya sih nolak, tapi aku kasih saran jangan keras kepala.
Alhamdulillah sekarang tetangga sebelah saya sepertinya sudah bahagia sih, dia sama suami udah akur lagi. Ekonomi juga sudah membaik, soalnya dia punya dua rumah dan juga mobil, daftar haji juga sudah. Anak-anaknya juga senang.
Jadi saran saya kepada mbak Rey, coba apa sih apa yang sebenarnya diinginkan oleh suami mbak lalu coba turuti kemauannya asalkan tidak kelewatan. Biarpun pendiam pasti mbak tahulah, kan suami sendiri.
Eh, tapi ini hanya saran saja lho, tak usah dilakukan, apalagi ini hanya saran dari anak SMP saja.
*Kaboorrr 🏃🏃🏃
Terima Kasih Mas , atas pencerahannya, ternyata Mas ini selain punya warung Tegal ( warteg ) juga punya jiwa yang bijaksana. :)
Hapushahaha ih si Kang Nata meragukannya.
HapusBetul banget ya, inspiratif juga pencerahannya :D
Thank you novelis, eh salah, novelisnya kan lagi di Italy :D
Kalau boleh sekedar bertanya, Dari lubuk hati MBak yang paling dalam, Apa sih yang Mbak inginkan ?
BalasHapusDan kalau boleh sedikit agak ekstrim, Bersediakah Mbak dikasih saran agak ekstrim...? #ingat ekstrim loh, bukan Ess krimmm.... :)
Wow, guru Nata datang, pasti sarannya super duper nih.😱
HapusApa maumu katakan saja. Bila kau bosan, kau marah katakan saja.
HapusWalau berat hatiku melupakan dirimu, Jangan kau bersandiwara kepadakuuu!!...
Bosan mungkin itu sifatmu...Benci bila ingat dirimu.
Bosan terserah apa maumu..
Jalanku masih panjang.😂😂
Grifnya...G,A,F,EM..Kirain lagu...😂😂😂😂
Hahahha, kok pas juga saya abis dengar lagunya Nike Ardila ya? eh bentar, itu lagunya Nike Ardila bukan? :D
HapusYang kuat ya, mbak Rey.. Sini sini peluk online aja.. 😭😭😭😭
BalasHapusKalau aku gak bisa komen apa-apa, Mbak Rey. Nikah aja masih baru. Aku cuma bisa bantu doa aja ya. Semoga kondisi rumah tangga Mbak Rey segera membaik. Semoga Mbak Rey, suami, dan anak-anak bisa bahagia selama-lamanya. Aamiin.🙏
Wow, berarti pengantin baru dong mbak Roem.😊
HapusJadi ketahuan.🙈
HapusTerimakasih yaaa, semangaaatt :*
HapusEmang kenapa kalo ketahuan.🤔😁
HapusCuna bisa berkomentar, semoga semuanya segera baik-baik saja.
BalasHapusSemua bisa dibicarakan.
Yang tabah kak Rey
Aamiin, terimakasih ya blogger bertopi :D
Hapuspelukku untuk pelikmu mbak, nyontek judul lagu :)
BalasHapusberhubung aku belum berkeluarga, hiburan buat diri sendiri kalau ada masalah yang menjengkelkan, keluar sama sahabat happy happy bentar, ya seperti yang dibilanng mb rey, curhat tadi,tapi ga semua sahabat aku curhatin, yang dipercaya aja
trus instropeksi diri juga, mungkin dari akunya yg salah atau apa yang perlu dibenahi
Awww... thanks yaaa :)
HapusNo 4 disarankan jangan, karena dendam tiada akhir. Mending nulis saja biar pengunjung ramai terus dapat hasil dari blog. Balas dengan karya, balas dengan kesuksesan yang hakiki..karena kebanyakan orang berhasil dihargai
BalasHapushahaha, betul banget.
Hapusmenulis adalah self healing yang paling baik :)
Ada banyak cara untuk menghibur diri yang bisa mba lakukan, dan semoga salah satu caranya betul-betul ampuh membuat mba Rey merasa nyaman :) Tapi memang paling nyaman itu menulis ya mba hehehe, karena buat saya, menulis pun sebuah hiburan setelah lelah menjalani aktivitas keseharian :D
BalasHapusBy the way, saya harap saya masih bisa baca blog mba Rey 5 tahun ke depan hehehe, mendadak kepikiran kalau tiba-tiba mba Rey nggak update atau blognya hilang, waduuuh bisa sedih saya karena nggak ada bacaan :"""">
Huhuhu, terimakasih banyak kesayangan, i know i am blessed to know you :*
HapusMbak reyy,
BalasHapusGegara pernah sekali terdampar disini diarahin dari facebook, (lupa waktu itu cari atau baca apa) aku jadi nagih dong baca yg Friday marriage,
Cuma keknya baru ini komen,
Insyaallah sebentar lagi mau nikah, makanya penasaran dengan semua postingan Friday marriage,
Walau kadang abis baca, kok ngerii yaa hahaha
Tapi baca yg begini supaya ntr aku gak begitu,dijadiin pelajaran aja, daripada selalu baca yg indah bikin diabetes yekaann...
Apapun masalah mbak Rey, semoga bisa diselesaikan yaa,
Tetap yakin bahwa Allah Ta'ala tidak akan menguji hambaNya diluar kemampuan,
Semangat mamiii
Btw kita satu grup di social media walking dan temenan ig juga hahaha
Duuhh jangan ngeri dong hihihi :D
HapusSaya membagikan kisah saya sebenarnya agar teman lainnya bisa merasa terkuatkan jika yang berada di posisi yang sama, tapi jika belum menikah, sebaiknya dijadikan bayangan, dipersiapkan pernikahannya, di komunikasikan sebelumnya.
Meskipun mungkin besok ada yang miss juga setidaknya udah ada yang diantisipasi :)
Btw makasih yaaa udah baca-baca di sini :)
Kok sama ya mbak. Aku awalnya keras. B anggep suamiq sabar. Trnyata dy sulit berkomunikasi. Skrg aq jadi sabar bgt, tetep aja komunikasi g baik. Malah aq nya jadi terlalu memaklumi, jadi mellow, melas, sering sedih sendiri. Jadi merasa kehilangan diri sendiri. Aq bukan aq lagi. Gmn ya ngomongnya. Jadi bingung sendiri. Hehe
BalasHapusPelukkkkk..
HapusSama banget nih, tapi saya percaya, tidak ada perjuangan tanpa hasil, selama kita terus berjuang, untuk kebaikan, maka kebaikanlah yang akan kita dapatkan :)