Sharing By Rey - Belajar dari rumah akhirnya menjadi keputusan banyak sekolah, termasuk sekolah anak saya.
Setelah kami deg-degan bin was-was sejak hari Sabtu lalu, sibuk 'menyenggol' ustadz/ahnya melalui WAG, dengan mengirimkan segalah berita update tentang virus corona.
Sok nggak tahu malu deh kami para ortu, padahal kami ya sadar, mungkin sekolah juga udah jauh lebih update tentang virus ini.
Akan tetapi, karena kegalauan kami, terus saja diberondong dengan segala macam update berita.
Menjelang tengah malam, Gubernur Jatim, Ibu Khofifah Indar Parawansa, akhirnya mengeluarkan keputusan himbauan agar sekolah se Jawa Timur diliburkan, atau belajar dari rumah saja.
Sekolah anak saya sungguh telat merespon hal itu, dan saya sudah pasrah, dengan memutuskan (paksa) agar si kakak izin aja.
Subuhnya, baru deh saya bahagia, ternyata sekolah akhirnya memutuskan bahwa anak-anak belajar dari rumah saja.
Saya bersorak, meskipun akhirnya hanya sementara, karena diteruskan dengan pengumuman ada materi pelajaran yang di share setiap hari ke anak-anak melalui WAG, dan itu sungguh bikin saya lumayan pengen pingsan, hahaha.
Ekspektasi Dan Realita Belajar Dari Rumah
Ada banyak ekspektasi dan realita yang saya alami, tentang belajar dari rumah karena virus corona ini, di antaranya,
Ekpektasi : Anak jadi lebih aman dari virus corona
Realita : Sedikit lebih aman sih, tapi tetap khawatir karena pak suami masih berhubungan dengan dunia luar
Salah satu alasan terbesar atau ekspektasi kami para ibu, mendesak sekolah agar meliburkan anak-anak adalah, karena anak-anak adalah mahluk yang sedikit lebih sulit menjaga dirinya.
Meskipun sudah diberi sounding, apalagi karena di sekolah banyak orang, orang yang lumayan sering bepergian ke luar negeri pula.
Kan bikin parno banget.
Apalagi si kakak, saat Kamis lalu mulai menunjukan gejala batuk, diteruskan dengan saya jadi sakit tenggorokan, hadeh.
Realitanya?
Iya sih, insha Allah anak lebih aman di rumah, tapi juga nggak bisa dikatakan sepenuhnya aman, karena si pak suami masih sering berhubungan dengan dunia luar, dan saya tahu banget bagaimana sulitnya si beliau itu diajarin hidup bersih, hadehhh..
Untungnya sih kalau pulang, saya sudah siap sedia, meminta beliau segera mandi, bajunya dipisahkan dan di rendam dulu sama alkohol, bahahahahaah.
Lalu saya berpikir, percuma juga ya, kalau suami ketularan, otomatis kami semua ikutan ketularan, even dia udah mandi dengan bersih :D
Ah tapi sudahlah, semoga Allah melindungi kita semua.
Saya percaya, seganas apapun virus corona tersebut, akan tetapi dia tetap ciptaan Allah, dan hanya Allah yang mengizinkannya menginfeksi yang dia inginkan.
Ekspektasi : Pagi saya jadi terasa lebih santai
Kalau hari biasa, saya bahkan rela tidak tidur lagi, jika saya tidur sore dan terbangun di pukul 11 atau 12 malam untuk sholat Isha dan ngeblog.
Ye kan, saya takut kebablasan dan si kakak kesiangan lalu ditinggal yang antar jemput.
Jadi saya rela begadang sampai siang, setelah si kakak berangkat, saya urus si adik, dan setelah beres saya ajak tidur lagi.
Karena si kakak nggak sekolah, ekspektasi saya, pagi bakal terasa lebih santai, bangun agak telat sedikit juga nggak apa-apa.
Kalau biasanya pukul 4.30 harus sudah bangun, sekarang boleh kali bangunnya pukul 5 aja.
Kenyataannya, kemarin dia malah terbangun di pukul 4.30, sholat Subuh, dan seperti biasa, dia nggak mau tidur lagi.
Hal itu berarti saya harus segera siapin sarapan, siapin tugasnya mau ngapain saja, karena mamak sok idealis dia nggak boleh nonton TV maupun main gadget.
Alhasil, ya sama aja sih dengan hari biasa, saya jadi harus begadang atau harus bangun tepat waktu.
Iya sih, insha Allah anak lebih aman di rumah, tapi juga nggak bisa dikatakan sepenuhnya aman, karena si pak suami masih sering berhubungan dengan dunia luar, dan saya tahu banget bagaimana sulitnya si beliau itu diajarin hidup bersih, hadehhh..
Untungnya sih kalau pulang, saya sudah siap sedia, meminta beliau segera mandi, bajunya dipisahkan dan di rendam dulu sama alkohol, bahahahahaah.
Lalu saya berpikir, percuma juga ya, kalau suami ketularan, otomatis kami semua ikutan ketularan, even dia udah mandi dengan bersih :D
Ah tapi sudahlah, semoga Allah melindungi kita semua.
Saya percaya, seganas apapun virus corona tersebut, akan tetapi dia tetap ciptaan Allah, dan hanya Allah yang mengizinkannya menginfeksi yang dia inginkan.
Ekspektasi : Pagi saya jadi terasa lebih santai
Realita : Sama saja dengan hari biasa.
Kalau hari biasa, saya bahkan rela tidak tidur lagi, jika saya tidur sore dan terbangun di pukul 11 atau 12 malam untuk sholat Isha dan ngeblog.
Ye kan, saya takut kebablasan dan si kakak kesiangan lalu ditinggal yang antar jemput.
Jadi saya rela begadang sampai siang, setelah si kakak berangkat, saya urus si adik, dan setelah beres saya ajak tidur lagi.
Karena virus corona, belajarnya dari mana saja, termasuk dari lantai :D |
Karena si kakak nggak sekolah, ekspektasi saya, pagi bakal terasa lebih santai, bangun agak telat sedikit juga nggak apa-apa.
Kalau biasanya pukul 4.30 harus sudah bangun, sekarang boleh kali bangunnya pukul 5 aja.
Kenyataannya, kemarin dia malah terbangun di pukul 4.30, sholat Subuh, dan seperti biasa, dia nggak mau tidur lagi.
Hal itu berarti saya harus segera siapin sarapan, siapin tugasnya mau ngapain saja, karena mamak sok idealis dia nggak boleh nonton TV maupun main gadget.
Alhasil, ya sama aja sih dengan hari biasa, saya jadi harus begadang atau harus bangun tepat waktu.
Ekspektasi : Anak bisa belajar dengan santai di rumah.
Realita : Dari Hongkong? Adanya makin stres karena maminya sok rempong
Ekspektasi kedua, saya pikir si kakak bakalan lebih santai belajar dari rumah, ye kan kalau di sekolah terlalu formal, meskipun saya lihat tidak seformal dulu juga.
Di rumah, si kakak nggak bakal terlalu diikat waktu, dan bebas mau sambil tiduran atau gimanapun.
Realitanya?
Hari pertama sih tugasnya nggak terlalu banyak, cuman tugas ngaji yang sumpah bikin kepala makin pusing.
Entahlah saya yang gagal paham, atau memang si ustadzahnya terlalu sibuk, atau sistemnya yang masih dicobain, sudah komunikasi kurang lancar, plus datanya banyak yang salah pula.
Saya sih cuek, tapi si kakak nanya terus,
"Kok gini sih, Mi? Kan harusnya gitu, kemarin kan sudah gini, blaa..blaa..blaa.."Bikin kepala makin pusing aja.
Giliran ditanyain, ustadzahnya bilang iya-iya saja, hadehh..
Dan karena semua koordinasi melalui WAG orang tua, kerjaan saya jadi terbengkalai.
Kebetulan saya juga ada job lain, ada yang mengharuskan foto dan video, dan jika sudah demikian, menyiapkan wajah segar it's a must!
Dan saya bingung sendiri, karena pas wajah segar harus memilih antara ngambil foto dan video dulu, atau urus si adik, atau dampingi si kakak ngerjain tugas sekolah?
Alhasil pilihan jatuh ke si adik dulu, baru si kakak, setelah itu, wajah udah kuyu banget hahahaha.
Dan mamak jadi esmosi sendiri, ngomel-ngomel lalu si kakak jadi stres sendiri liat mamaknya yang ibu rumah tangga tapi rempongnya ngalahin direktur hahaha.
Ekspektasi : Si kakak di rumah bisa bantu jaga adiknya
Realita : Iya sih, tapi banyakan berantem dan jejeritannya.
Ekspektasi lainnya adalah, dengan adanya si kakak di rumah, bisa bantuin jagain dan temanin si adik.
Realita?
Oh my god!
Rasanya, mata saya bisa berkurang dikit nih sipitnya, gara-gara melototin si kakak dan si adik.
Tiap menit berantem, jejeritan, nangis melengking.
Menit berikutnya gantian si kakak yang teriak, dia ditabok adiknya dong, terus dia balas, adiknya nangis jerit-jerit kayak di patuk ayam, ckckckckck.
Kadang pengen pinjam lemari hibernasi, biar saya hibernasi 10 tahun, bangun-bangun anak-anak udah gede dan nggak lagi saling jejeritan, hahahaha.
Belajar Dari Pesan Praktisi Homeshooling
Demi kewarasan, saya lalu iseng googling dan menemukan pesan dari seorang praktisi Homeschooling, Aar Sumardiono yang mengatakan bahwa, ada sejumlah hal yang bisa dilakukan oleh orangtua ketika mendampingi anaknya belajar banyak hal, dari dalam rumah.
karena virus corona, mamak Rey kerempongan sendiri buat ngerjain job |
Hal pertama : orang tua harus menanamkan dalam pikirannya, bahwa mendampingi anak belajar dari rumah itu bukanlah sebuah beban, akan tetapi jadikan sebagai kesempatan untuk menjalin hubungan bersama anak.
Jika ada masalah komunikasi, inilah kesempatan bagi orang tua untuk mendekatkan diri dengan anak.
Hal kedua : Dengan mencoba bekerja sama dengan anak sebagai tim yang saling membantu mencari solusi bersama saat terjadi kesulitan.
Hal Ketiga : Belajar dari rumah sebaiknya dilakukan dengan mengobrol dan berkomunikasi, bukan mengawasi atau memerintahnya saja.
Semakin santai kita lakukan dengan anak, semakin mudah dilakukan.
Hal keempat : Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah, dengan cara membuat kesepakatan soal aturan main dengan anak.
Dengan begitu, anak akan merasa lebih senang karena kemauannya didengarkan orang tua, dan keinginan orang tuapun bisa dipenuhi oleh anak
That's it!
Aslinya sih masalah saya itu adalah, manajemen waktu dan prioritas.
Meskipun saya jujur sulit memilih prioritas itu yang mana? karena kesemuanya sama pentingnya.
Mau nggak mau sih, saya harus memanfaatkan kesemua hari belajar dari rumah si kakak untuk jadi lebih menyenangkan, agar level stres saya turun dan demikian pula si kakak.
Caranya?
Dengan memulai membuat jadwal bersama, jadwal lama terpaksa sementara tidak bisa terpakai.
Juga membuat aturan bermain bersama, menurunkan ekspektasi saya yang ketinggian, dan menikmati waktu bersama anak yang sedang belajar dari rumah karena virus corona.
Semoga wabah virus corona ini, memberikan hikmah dan kenangan terindah bagi saya dan si kakak tentunya, dan semoga wabah ini segera berlalu, dan semoga kita semua dilindungi selalu olehNya, aamiin.
Sidoarjo, 18 Maret 2020
@reyneraea untuk #RabuParenting
Di tempat kerja saya sudah libur Mak Rey? Tapi di tempat kerja kakak perempuan saya masih masuk aja, padahal kamu sekeluarga mengkawatirkannya. Ya? Semoga kita semua diberikan kesehatan dan perlindungan dari tuhan amin. Dan semoga virus Corona segera berlalu . Amin. 🤲🤲🤲
BalasHapusaamiin.
HapusLiburnya ngga merata ya, padahal memang sebaiknya di rumah dulu saja ya :)
Anak saya juga sekolah diliburkan malah mainnya hape melulu, bikin mamaknya marah, bapaknya juga kena imbas. Mana kuota internet juga jadi cepat habis karena anak saya mainnya YouTube melulu mbak.😂😂😂
BalasHapushahahahahahahahah
HapusSaya kabur aja dulu aahhhh wkwkwkwkw
Tosss dulu Mba Rey! Suamiku juga masih harus bekerja di luar karena memang nggak memungkinkan untuk WFH. Sementara tadi pagi aku baru aja ambil lembar aktifitas yang harus dikerjakan si bocah selama dua minggu di rumah. Aku senang karena seenggaknya dia ada aktifitas lain selain main, karena saya cepat bosen kalau diminta temenin main mobil-mobilan hahahaha
BalasHapusSoal rutinitas juga tetap sama, rempongnya juga sama. Bedanya nggak bisa ke mana-mana dulu ya sementara waktu ini.
Semoga wabah ini cepat berlalu dan kita sekeluarga semua selalu dilindungi Tuhan ya *aminnn!*
Aamiin.
HapusIya bener ya, kalau main terus juga bosan, tapi kalau diselingi belajar anak-anak juga jadi lebih semangat plus nggak ngehang kalau nanti masuk.
Lagian ini libur sekolah belum pasti sampai kapan.
Anak saya akhirnya kudu didampingi terus belajar dari rumah :D
Terkadang, jika ditelinga anak-anak kata libur itu, adalah kata bersantai dirumah. bukan belajar. hehhe
BalasHapusahahaha iya ya, jadinya anak agak sebal kalau disuruh belajar :D
HapusPoint ini " orang tua harus menanamkan dalam pikirannya, bahwa mendampingi anak belajar dari rumah itu bukanlah sebuah beban" mengingatkan ini, terkadang memang sangat sulit dalam keadaan sudah lelah, pikiran sudah sulit untuk berpikir..akhirnya merasa dipaksa.
BalasHapushahahaha, iya, masalahnya memang pakar menilainya dalam keadaan normal, mereka nggak nilai dalam keadaan luar biasa haha :D
Hapusaslinya kurang ennak adanya isu corona ini, semua orang latah dan seakan takut. tapi yasudah semoga slalu baik baik saja mba
BalasHapusAamiin :)
Hapusngebaca ini jadi ngebayangin gimana ramenya rumah mbak rey dengan teriakan teriakan kakak dan adek, belum lagi kalau mamanya ikutan melerai dengan teriak juga
BalasHapusdirumah nggak beda jauh kalau ada sodara yang main, ramenya aduhaii :D
aminn, semoga virus corona ini segera berlalu
hahahaha iyaa, dan ternyata jadi gambaran hampir di setiap rumah, di grup WAG sekolah anak juga gitu, pada ngeluh :)
HapusAamiin ya Allah
Alhamdulillah tempat kerja saya diberlakukan WFH Mbak. Tapi dirumah jadi harus fokus sama anak
BalasHapusHhahahaha, sesungguhnya WFH itu nggak enak sama sekali qiqiqiq
HapusEyaampyun knapa aku malah ngakak y, itu loh yg pas bagian ada job edit foto dan video tp tampang harus segar is a must, but in reality akhirnya jadi kuyu gegara rempong ngurus si kakak melalui panduan ustadzah di wag...asli ini daily life khas mamak2 blogger bingits haha
BalasHapusAku meskipun anak masih batita semua, tapi juga sama riweuhnya, sama aja ma hari2 biasa rempongnya tuh, makanya kudu stok hiburan yg buanyak biar tingkat stress dpt ditekan, khususnya bisa streamingan film dg damai pas pasukan bocil bobok, tp boboknya itu og ndilalahnya ga pernah barengan jamnya, andai kebetulan pas barengan rasanya mamak pend tereak horeeerrr
hahaha, iya Mbul, muka saya itu mudah banget lelah, soalnya kantung matanya tebal, jadinya kalau lelah dikit, duh langsung keliatan banget seremnya.
HapusKan nggak enak juga foto buat job, tapi tampang serem gitu hahaha.
Waduuuuh seperti dalam battle field ya mba :))) rame banget pasti ~
BalasHapusTeman-teman saya juga sudah pada mulai curcol semua, katanya mereka berharap Corona cepat hilang, biar anak-anak bisa sekolah lagi, karena ternyata mengajarkan anak-anak di rumah itu nggak semudah yang dibayangkan dan mereka jadi kangen sama gurunya anak-anak ehehehehe :"""D
Tapi saya salut sama mba, meski berjibaku dengan banyak kegiatan, ternyata masih kuat post blog sehari satu dengan berbagai macam topik yang ada :3 dedikasi yang ruarrr biasa ~ So, semangat terus mbaaaa, you can do it! <3
hahahaha, iyaa..
HapusHampir semua mamak-mamak pada ngeluh nih.
klau blogpost tiap hari rasanya udah terbiasa, dan lebih mudah sebenarnya, yang kewalahan itu balas komen dan blog walking hahahaha.
Tapi tetep dijalani dengan gembira sih, malah jadi semacam hiburan :D
Ternyata realita gak seindah ekspektasi ya, Mbak. Hehehe. Anak-anaknya Mbak Rey ini macam aku dan adekku pas masih kecil lho, doyan banget berantem dan jejeritan.
BalasHapusAku pun sebenarnya takut juga sama virus ini, Mbak. Apalagi suami gak WFH, ditambah kerjanya di bandara pula. Melepaskan suami pergi kerja rasanya seperti melepas suami pergi perang. 😂
Semoga wabah virus ini cepat berlalu ya, Mbak. Dan semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan dijauhkan dari serangan virus apapun. Aamiin.🙏
Wah iya ya, semoga selalu dalam lindunganNya, karena sebagaimanapun, kuasa Allah lebih besar , semoga wabahnya segera berlalu, aamiin :)
Hapus