Sharing By Rey - Pelecehan seksual pada anak sejatinya terjadi sejak zaman dahulu kala, bahkan mirisnya, di zaman dahulu sangat jarang ada orang tua yang mau bereaksi keras.
Even anaknya melaporkan hal tersebut, orang tua kebanyakan hanya mengelus dada dan udah.. gitu saja. Apalagi kalau kasus pelecehan tersebut dilakukan oleh oknum yang masih keluarga, dengan kedudukan lumayan, hmm...
Hal ini saya tuliskan, karena beberapa waktu lalu saya menonton video youtube milik Pita's Life, seorang vlogger dari Bitung, Sulawesi Utara yang saat ini telah menikah dengan orang Amerika dan menetap di sana.
Iya, saya memang kadang menonton video-video Pita di chanel youtube-nya, meskipun nggak terlalu sering, dan beberapa hari lalu saya nggak sengaja menonton salah satu videonya yang berisi curhatan kesal terhadap keluarganya.
Dari video itu, membawa saya ke videonya yang lain, yang dibuat sudah setahun kemarin kalau nggak salah, yang mana di situ, sang vlogger menceritakan secara rinci, bagaimana pelecehan seksual pada anak yang dialaminya saat masih SD dulu.
Sumpah, saya yang nonton saja jadi ikutan kesal, geram, pengen ambil tongkatnya polisi, lalu pukulin anunya si oknum itu biar pecah *sadis biarrrrin!
I mean, duuuhhhhh!!!
Mengapa sih selalu kalah sama yang namanya maunya anunya?
Itu anu itu... namanya KEMALUAN!
MALU
M A L U
M AAAAA L UUUUUUU...
Tapi bisa-bisanya dia obral sana sini, uhhhhh... geraaammm!!!
Pelecehan Seksual Pada Anak Di Zaman Dulu
Cerita si Pita tersebut, membuat saya kembali ke masa kecil saya.
Alhamdulillah, sependek ingatan saya, saya begitu beruntung tidak pernah mengalami pelecehan yang menjijikan seperti itu.
Duh, saya yang dengar ceritanya saja loh, sampai sekarang ini merinding, kebayang si Pita membawa cerita itu selama bertahun-tahun.
Bagaimana caranya dia berdamai dengan perasaan jijiknya, sementara dia harus menikah dan tentunya sedikit banyak akan terbayang akan kejadian menjijikan tersebut.
Ketika Saya Mengalami Pelecehan Seksual Di Masa Kecil
Akan tetapi, saya pernah bahkan beberapa kali juga dilihatkan anunya laki-laki yang menjijikan tersebut, oleh beberapa anak lelaki di saat itu.
Waktu itu saya masih sekolah SD kalau nggak salah, saya nggak ingat kelas berapa.
Tapi saya ingat betul bagaimana saya 2 kali dihadang di jalanan, saat hendak ke warung disuruh bapak membeli sesuatu.
Karena keadaan sepi, pas papasan sama si anu gatal itu, dengan pedenya dia panggil saya, lalu buka celananya dan pamerin anunya.
Untungnya, saya sejak kecil itu sering diancam oleh bapak, kudu fokus dan nggak boleh melakukan kesalahan. Karenanya saya selalu siaga.
Terlebih memang sudah beredar gosip di kalangan anak-anak kalau si anu itu kegatalan, minta digunting anunya biar putus *geram!
Saya jelas saja kaget dan lari.
Dan syukurlah si anu itu kayaknya takut, dia ikutan lari menjauh.
Kedua kalinya juga kurang lebih sama, dan bahkan lebih menakutkan, karena saya bertemu dia di sebuah jalan setapak yang sepi dan rimbun.
Beruntung saya sigap, kabur dan setengah berteriak, sehingga si anu gatal itu nggak jadi mengejar saya dan melakukan hal yang menakutkan.
Ketika kalinya, oleh anak laki-laki lainnya, cuman untungnya dia liatinnya dari dalam rumah, sementara saya di jalan, ya gampang, saya cuekin aja pura-pura nggak lihat.
Takut melaporkan pada orang tua
Yang saya kesalkan jika mengingat hal itu, saya begitu takut melaporkan pada orang tua, even sama mama. Nggak tahu kenapa, kok ya takut saja gitu.
Mungkin saya takut, menghadapi reaksi orang tua, yang mungkin malah balas memarahin saya.
Sama juga yang terjadi pada si Pita tersebut, dia malah lebih parah, sampai dilecehkan dan membekas banget.
Lebih parah lagi, terjadi hingga 2 kali dengan oknum yang sama, dan pernah juga dengan orang lain yang lebih dari yang saya alami.
Setelah ketiga kalinya dia nggak tahan lagi, si Pita marah dan teriak-teriak kepada orang tuanya, menceritakan semua yang dia alami.
Apa yang terjadi?
Orang hanya berkumpul dan bergunjing.
Setelah itu that's it!
Nggak ada tindak lanjut lebih, misal melaporkan ke pihak berwajib atau diberi hukuman apa gitu.
Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, dan si Pita mencoba menceritakan masalah tersebut, mungkin juga sebagai healing buat dia untuk berdamai dengan traumanya.
Apa tanggapan keluarganya?
Malah dia yang disalahkan, dibilang ganjen dan munafik, huhuhu.
Pelecehan Seksual Pada Anak Dan Kaitannya Dengan Ruang Tidur.
Saya nggak tahu sih ya zaman sekarang, kayaknya sih masih ada juga, bahkan mungkin lebih parah.
Tapi zaman dahulu itu, rasanya banyak anak-anak lelaki yang melewati masa pubernya dengan kegatelan, meskipun nggak semua.
Padahal ya, zaman dulu itu nggak seterbuka sekarang.
Jangankan internet yang dengan mudah menampilkan gambar dan adegan nggak senonoh, bahkan TV saja jarang.
Satu-satunya yang mudah didapatkan ya cuman novel, tapi kan nggak semua orang suka membaca.
Kalau dipikir-pikir, bisa jadi salah satu penyebal hal itu dikarenakan oleh kamar tidur.
Lah kok bisa?
Iya, kebayang kan, zaman dulu itu trend banyak anak banyak rezeki itu masih booming, sementara itu tidak didukung dengan tempat tinggal yang layak.
Maksudnya, kamar-kamarnya.
Saya sering mendengar, seorang saudara saya bertengkar dengan suaminya, dan berkata, tidur diliatin anak-anak. Duh risih sebenarnya ya, tapi memang itulah yang terjadi.
Sampai sering bertanya-tanya, bagaimana bisa orang tuanya hamil? sementara di rumah banyak orang dan tidak ada kamar khusus?
Lalu muncullah dagelan bahwa, orang dulu mah sakti.
Bersentuhan sandal saja juga udah bisa hamil.
*sigh.
Cerita anak kecil yang aneh karena melihat kegiatan dewasa ortunya
Sebelumnya saya mau cerita lagi, waktu saya masih STM, saya punya tetangga yang anaknya cowok, masih kecil, sekitar usia 3 tahunan deh kalau nggak salah.
Saya dulu, sukaaa banget ama anak kecil, jadinya saya sering ajak anak itu main sama saya, kadang ibunya jadi keenakan dan nitipin tuh anak ke saya untuk dijagain, dan karenanya sering banget tuh anak tidur sama saya.
Tapi, lama-lama saya kesal, karena tuh anak semacam ada yang aneh dengan kelakuannya.
Kalau ngeliat cewek tiduran, dia suka banget naik ke atas badan orang, lalu nindih orang, terus pantatnya goyang-goyang deh.
Euyy, jijay rasanya.
Itu anak kecil loh, masih polos, tapi tingkahnya aneh gitu.
Akhirnya kejawab oleh kakak tirinya yang tinggal serumah dengannya dan sudah menikah juga.
Katanya anak itu memang kayak gitu kelakuannya, soalnya dia tidur sekamar ama orang tuanya.
Dan seringnya ortunya nggak kenal waktu beradegan dewasa, di depan anak tersebut.
ooomaaiiii... jijaaayyy!
See!
Masalah kamar atau ruang tidur!
Hubungan suami istri memang penting.
Tapi jangan lupa diri juga napa?
Jaga anak-anak dari hal yang belum pantas mereka lihat.
Agar anak-anak nggak tumbuh jadi anak dengan kelainan seksual, terus melakukan pelecehan pada anak lainnya.
Masih untung mah kalau kelainan seksual hanya terjadi selama lonjakan masa puber, kalau keterusan sampai dewasa gimana?
Seperti kasus banyaknya bapak-bapak suka pamer anu di pinggir jalan, hiii
Pelecehan Seksual Pada Anak Dan Pasal Tentang Ruang Tidur Dalam RUU Ketahanan Keluarga
Ngomongin pelecehan seksual pada anak yang berkaitan dengan ruang tidur, saya jadi teringat akan salah satu pasal yang bikin banyak orang jadi kontroversial, selain patriarki yang sama sekali saya nggak tahu di mana letak patriarki tersebut.
Ialah pasal yang mengatur bahwa setiap keluarga wajib memiliki tempat tinggal layak huni, yang mana layak huni tersebut meliputi ruang tidur terpisah antara anak dan orang tua.
Pasal 23
.....Lalu bagaimana dengan orang yang belum mampu?
(2) b. memiliki ruang tidur yang tetap dan terpisah antara Orang Tua dan Anak serta terpisah antara Anak laki-laki dan Anak perempuan;
Tenang, kan juga disupport oleh pemerintah!
Pasal 36
.....
(4) Rumah susun umum dan rumah bersubsidi yang layak huni sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memiliki karakteristik antara lain:
b. memiliki ruang keluarga dan ruang tidur yang tetap dan terpisah antara Orang Tua dan Anak serta terpisah antara Anak laki-laki dan Anak perempuan;
Tapi di sini saya nggak akan membicarakan pasal-pasal ini secara detail, saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya baca, betapa pemerintah juga aware dengan masalah pelecehan seksual pada anak, yang bisa jadi berawal dari ruang tidur tersebut.
Kalau menurut saya, disikapi dengan baik saja, menjaga anak dari hal-hal yang belum pantas dia lihat atau dengarkan.
Bukan semata dengan melihat orang tua berhubungan, tapi juga mendengarkannyapun sebaiknya dihindari.
Lihatlah mata anak-anak kita, begitu polos, begitu suci.
Jangan rusak mereka dengan kebodohan kita sebagai orang tua yang tidak bisa menahan hawa nafsu.
Sesungguhnya ancaman pornografi itu bukan hanya terletak pada teknologi seperti gadget dan TV atau semacamnya.
Akan tetapi, kadang dalam rumah, kita sebagai orang tuanya sendiri pelaku utamanya.
Buktinya?
Zaman dulu mah mana ada internet?
TV juga jarang.
Tapi anak-anak kecil terutama remaja yang semacam mengalami kelainan seksual entah karena lonjakan hormon saat puber atau semacamnya, banyak juga beredar.
Dan tahu nggak sih, trauma karena pelecehan seksual itu sulit dihilangkan.
Apalagi kalau pelecehannya terlalu 'serem'
So, mari kita lindungi anak-anak kita dengan sebaik-baiknya.
Oh ya, yang kepo dengan video si Pita, saya bagikan aja di bawah ini ya.
Oh ya, yang kepo dengan video si Pita, saya bagikan aja di bawah ini ya.
Akan tetapi dari sisi lain, mengenai perkembangan mental seorang anak gadis yang seolah tidak mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya.
Oh ya, seperti biasa..
Postingan kali ini saya collab dengan blogger kesayangan dari Kendari yaitu Diah Alfa Saadah pemilik blog diahalsa.com.
Baca postingan Diah tentang pelecehan pada anak (Stop Pelecehan Seksual Pada Anak!)ini ya
Semoga yang positif bisa bermanfaat, dan yang negatif bisa diabaikan.
Sidoarjo, 4 Maret 2020
@reyneraea untuk #RabuParenting
Sumber :
- Pengalaman pribadi
- Youtube channel milik Pita's Life
Serem memang, trauma pelecehan itu biasanya akan membekas seumur hidup biarpun seseorang sudah menikah.ðŸ˜
BalasHapusbanget, bahkan banyak yang akhirnya depresi, dan bunuh diri, tanpa pernah orang lain tahu ternyata dia depresi karena pernah mengalami pelecehan seksual :(
HapusSerem emang, dan memang seharusnya anak punya kamar terpisah agar lebih privasi
BalasHapusBetul, lagian sudah seharusnya kan orang tua menjaga pandangan anaknya :D
Hapusjaman sekarang emng semakin parah ya, harus ekstra waspada.
BalasHapuswww.rajaunik.co.id
Bukannya dari dulu :D
HapusSebetulnya bagi yg beragama Islam, ga usah sampe 'harus' dibuat UU gini, karena Rasul juga memang memerintahkan untuk memisahkan kamar orangtua dan anak, saat si anak berusia 3 tahun.
BalasHapusBagi yg kurang mampu ya minimal dipisah pake sekat lah. Dulu saya termasuk keluarga pas2an, tapi bapak saya berusaha untuk bikin kamar buat anak2nya. Sampe rela ngaduk pasir sendiri, ngebangun sendiri, ngecat sendiri.
Pelecehan seksual itu trauma nya duhh susah banget diilangin Mbak.
Nah kan, tapi yang terjadi, bahkan orang-orang mengutamakan nafsu, *sigh!
HapusItu kok bisa ya Mbak ada orang yang melakukan hubungan suami istri di depan ankaknya. Walaupun masih kecil, tetap akan terekam dalam ingatan sang anak. Harusnya kan masa golden age diisi dengan hal positif yak.
BalasHapusbanyaaakkk yang kayak gini loh :(
HapusKalau anak sekecil itu sudah bisa melakukan hal yang tak senonoh, pasti mencontoh dari orang sekitarnya (ortu, etc) karena anak kecil itu kan peniru ulung katanya :( sedih kalau sampai meniru hal-hal yang sepatutnya nggak ditiru ~
BalasHapusBy the way, menurut saya pisah kamar itu perlu banget mba. Tanpa harus ada RUU sekalipun, memang sudah seharusnya anak-anak pisah kamar dari ortu dan anak laki juga pisah kamar dari anak perempuan. Biar masing-masing bisa mandiri dan mengenali dirinya sendiri dengan baik dan benar :)
Kalau di KR ada istilah begini mba, "Punya dulu kamarnya sebelum punya anak." karena memang sebegitu pentingnya pisah kamar meski ada orang-orang yang mungkin nggak mampu untuk punya rumah size besar (that's why mereka berpikir keras sebelum punya anak). Dan hal ini nggak beda jauh sama, "Punya dulu garasinya, baru beli mobilnya biar nggak parkir di jalan gara-gara nggak punya garasi di rumah." alias kalau bisa dipersiapkan dulu apa yang dibutuhkan sebelum melakukan sesuatu agar nantinya nggak terjadi hal-hal yang nggak diinginkan. Hehehe.
Semoga dengan semakin ke sini, akan semakin banyak yang aware ya mba <3
Sedihnya ya, saya betul-betul miris membaca tanggapan orang-orang yang menolak RUU itu, kebanyakan bapak-bapak, dan berpendapat, negara tidak boleh ikut campur kamar tidur masyarakat.
HapusLah negara nggak bakal ikut campur kalau memang selama ini nggak pernah ada kasus yang bikin miris.
kenyataannya pelecehan seksual, bahkan pemerkosaan anak yang dilakukan saudara sendiri atau bahkan ayah kandung sendiri, santer terjadi di mana-mana, ampun deh heart breaking banget hiks
dua kali hilang komentarku.
BalasHapusLah, kok bisa? :D
HapusTulisan inspiratif, apalagi saya punya anak perempuan. Gak kebayang...
BalasHapusOya maaf mbak, saran aja. Sebaiknya ganti kata "anu" di atas dengan penis. Itu bukan bahasa saru koq. Sekedar saran, abaikan bila tidak berkenan.
Iya Mba, sebenarnya punya anak laki juga serem, secara zaman now si eljieljian makin bebas berkiprah, atas nama HAM, lalu munculnya kelainan demi kelainan, yang juga mengancam anak lelaki hiks.
HapusIya Mba, sebenarnya saya nyebut anu itu bukan karena merasa saru sih, cuman saya terlalu geram rasanya :(
Pentingnya pemahaman terhadap adab sebagai orang tua seharusnya diulang-ulang terus agar orang tua ga terlampau nggragas.
BalasHapusPlus, anak-anak biasanya takut untuk bilang karena orang tua yang judgmental. Seperti kisah dari Mbak Prita sendiri.
Namun, untuk masa sekarang di mana informasi sudah gampang diakses tidak pemikiran kita sebagai orang tua sudah semestinya diupgrade agar bisa belajar mendengarkan.
Betul banget , sedih rasanya melihat anak-anak yang kurang perhatian kayak gini :(
Hapuswaduh hehe seperti bangga ya menunjukkan itu. saya sendiri sebagai kaum adam malu haha
BalasHapusBanyak loh yang seperti itu, bahkan orang yang sudah tua, alias bapak=bapak juga ada yang kayak gitu, kayaknya sih kelainan, bisa jadi sejak remaja udah kayak gitu, dibiarin malah makin parah
HapusKak Rey, ternyata saya belum komen disini *pletaaakk*
BalasHapusduuh iya Kak, sungguh kejam itu ya pelecehan seksual pada anak.
nonton video Pita ini juga bikin gemesss Kak, tega sekali itu iparnya, huuuhh! sampe 2x gitu, ckckkck. kejaaammm.
tentang pisah kamar anak dan ortu, betul juga itu, duuhh ngeri-ngeri sedap deh klo anak lihat aktivitas gitu apalagi anak yg udah mulai ngerti, secara kan ya, children see children do :(
makanya sama si bapak itu klo sudah mulai mepet, sudahlah sini ke kamar sebelah ajah lah, bahayaaaaa....*upssss
hahahhaa, nah iya say.
HapusKadang yang luput itu suami istri yang nggak tahu kalau anak-anak juga manusia :D