Sharing By Rey - Menjelang lebaran tiba, saya malah kepikiran hal yang nggak ada sangkut pautnya dengan lebaran.
Yup, kerja.
Saya pengen kerja, minimal kerjaan yang mendatangkan pemasukan tetap setiap bulannya.
Agar saya bisa mandiri, minimal secara finansial buat diri sendiri.
I know, saya malu untuk mengeluh, saya malu kepada Allah.
Malu kepada sahabat-sahabat saya yang sungguh luar biasa meng-support saya sekuat tenaga dan sebisa mereka.
Creameno yang tak pernah berhenti meringankan beban saya dan menyemangati saya.
Sahabat-sahabat lainnya, yang selalu support dan perhatian dalam berbagai bentuk.
Ada yang rajin chat menanyakan kabar saya, menanyakan apakah saya mau curhat, mereka akan dengan senang hati mendengarkan.
Ada juga yang mengirimkan buku healing yang baru saya baca separuh, saking waktu selalu keisi dengan lainnya.
Ada pula yang menawarkan saya bantuan tiket buat saya pulang ke Buton, agar bisa menenangkan diri.
Huhuhu..
Saya tidak pernah sendiri.
Meski air mata masih sering menetes, huhuhu
Entah itu sedih atau terharu.
Sejak awal puasa, papinya anak-anak pergi dari rumah, hanya sekali pulang minggu lalu.
Selama itu nggak ada kabar, saya chat kadang nggak dibalas, atau kadang dibalas
"Terserah kamu"Ya Allah, sakit banget hati ini.
Iya juga kalau dia pergi tapi ninggalin duit.
Saya harus drama dulu meminta, sampai melibatkan kakaknya yang akhirnya juga lama-lama kesal sama saya, karena kedramaan saya.
Padahal, gimana saya nggak drama?
Saya nggak punya uang untuk ngasih makan anak-anak.
Dan saya nggak punya siapa-siapa di sini.
Sedih tahu nggak sih.
Di saat pandemi seperti sekarang, terlebih mendekati lebaran seperti sekarang.
Saya nggak bisa melukiskan bagaimana sedihnya hati ini, setelah akhirnya tahun ini nggak bisa juga melihat mama dan bapak.
Sesungguhnya saya butuh bahu untuk menangis.
Butuh pekukan menenangkan.
Untuk sejenak melepaskan beban di dada ini.
Tapi jangankan meringankan rasa rindu buat kedua orang tua, pun juga mengatasi ketakutan diri akan virus ini.
Yang ada saya malah sendiri kelelahan, kesepian dan kadang kelaparan di sini
*sedih banget tahu nggak sih.
Dalam air mata saya mengadu kepada Allah, dan Dia begitu sayangnya kepada hambaNya, lalu dikirimkannya sahabat-sahabat yang baik hatinya, anak-anak yang lucu dan pertolongan akan semua masalah saya.
Karena itulah, saya jadi lebih realistis, saya ingin bekerja, saya ingin berhenti menangis.
Saya harus mandiri.
Akan tetapi saya baru tersadar, kalau saya bukanlah seorang single, ada 2 anak yang harus saya pikirkan, siapa yang bakal menjaga mereka jika saya bekerja.
Jika Bekerja Dari Rumah
Sebenarnya, selama ini saya juga bisa menghasilkan uang dari rumah saja, akan tetapi, untuk biaya hidup kami bertiga, sama sekali belum memenuhi.
Terlebih saya berencana untuk benar-benar mandiri, ingin mencari tempat tinggal sendiri.
Seorang sahabat saya sampai sudah membokingkan saya sebuah kamar kos, masalahnya sepertinya dia lupa, kalau saya adalah seorang ibu berbuntut 2 alias punya 2 anak.
Bekerja dari rumah memang memungkinkan, akan tetapi agak sulit jika semua saya handle sendiri.
Bisa mungkin, tapi kesehatan saya akan jadi taruhannya.
Sementara saya sendirian, siapa yang bakal jaga anak-anak jika saya sakit?
Beberapa hari lalu, anak-anak bahkan terlantar saking asam lambung saya naik, dan itu berteoatan dekat waktu buka puasa dan si adik belum ganti popok.
Ya Allah...
Nasib saya..
Terlebih nasib anak-anak saya..
Jika Bekerja Di Luar
Sejujurnya saya juga nggak punya bayangan mau kerja di mana, mengingat usia saya udah nggak memungkinkan bisa nemukan pekerjaan, ditambah dengan status punya 2 anak.
Saya rasa semua perusahaan akan berpikir berkali-kali untuk menerima saya bekerja, terlebih di masa pandemi sekarang ini.
Akan tetapi, saya butuh uang buat hidup bertiga, karenanya mengapa tidak saya coba terlebih dahulu? Meskipun juga saya kembali bingung.
Terus, kalau saya kerja di luar, siapa coba yang bakal menjaga anak-anak?
Pilihannya adalah daycare, akan tetapi itu sangat mahal, dan saya masih pesimis bisa dapatin pekerjaan dengan gaji yang bisa buat bayar kontrakan, bayar daycare, bayar sekolah si kakak dan makan sehari-hari.
Ya Allah, kalau dipikir-pikir, sungguh nasib saya begitu ngenesnya ya :(
Bekerja Untuk Bersiap
Beberapa orang teman mungkin heran, mengapa saya sedemikian ngototnya mau kerja dan berpisah?
Jawabannya adalah untuk mempersiapkan sejak awal.
Keadaan ini bukan sekali terjadi, hampir 6 tahun lalu, kejadian serupa terjadi.
Papinya anak-anak memutus komunikasi begitu saja.
Dan beberapa waktu kemudian, firasat saya terbukti, dia malah sibuk mengejar wanita lain.
Selain itu, saya hanya ingin hidup tenang.
Saya lelah memperjuangkan cinta.
Sungguh, saya ingin sekali saja dalam hidup saya, merasakan yang namanya diperjuangkan, bukan terus menerus memperjuangkan.
Jadi saya putuskan untuk menyerah berjuang, dan menyerahkan semua kepada Allah.
Tentunya sambil berusaha, menjadi wanita yang mandiri.
Karena hidup akan terus berjalan, apapun yang terjadi.
Mungkin orang-orang bertanya, mengapa saya nggak pulang saja ke orang tua?
Entahlah, saya kasian sama orang tua.
Mereka sudah tua.
Terlebih orang tua saya berbeda dengan orang tua lainnya.
Mama bahkan mematikan hapenya, dan sudah sangat jarang menyalakannya.
Beberapa hari lalu akhirnya sms yang (banyak) saya kirim akhirnya dibalas, itupun singkat, hanya bilang "makasih kabarnya".
Saya jadi baper takut membebaninya lagi, makanya saya putuskan untuk berusaha sendiri dulu di sini.
Tapi entahlah...
Saya bingung.
Mau kerja tapi galau.
Galau kerjanya di mana?
Anak-anak siapa yang jaga?
Aaahh sudahlah..
Doakan ya teman, semoga saya diberikan jalan yang terbaik, aamiin.
Sidoarjo, 18 Mei 2020
#BPNRamadan2020 day 29
Gambar : Canva edit by Rey
Kalo saya kemaren itu mba, bikin apa gitu. Jual makanan, jadi bisa kerjanya di rumah sambil jagain anak-anak 😂. Atau jual baju online mungkin 😂, kalo dulu segala kerjaan yang bisa dilakukan dirumah saya lakukan mba, jual buku, makanan, baju, reseller frozen food, apapun walo kadang hampir gak ada untung karena duit nya habis buat bensin, karena saya antar sendiri dari rumah ke rumah. Mungkin nanti kalo anak-anak udah bisa ditinggal baru saya bisa kerja diluar.
BalasHapusWalopun ortu dan mertua tinggal sekota, tapi saya digariskan untuk tidak bisa meminta pertolongan dari mereka dan mereka sepertinya juga gak mau.
Dulu saya seolah hidup sendiri, gak punya siapa-siapa. Hanya kadang ada yang kasian ke saya. Sayapun sangat-sangat menghargai, orang yang ngebantu saya tanpa pamrih seperti kk ipar saya yang udah banyak membantu tanpa embel-embel pertanyaan. Bahkan seperti temen blogger kita pun, mba eno. Saya pun merasa takjub, bahkan saudara sendiri tak pernah terpikir untuk ngebantu seperti yang mba eno lakukan. Yang ada uang yang sudah terlanjur diberi pun, sempet2nya diminta lagi
Saya malu ngerepotin orang. Betapa hancur harga diri ketika dulu saya ngebantu orang lalu sekarang tiba-tiba harus mengemis dengan orang yang bahkan lebih susah dari saya. Bahkan jika sekarang orang itu kondisinya jauh lebih baik dari saya 😅
Masha Allahhh, makasih banyak sharingnya Mba :*
Hapusaminn, semoga diberikan pilihan yang terbaik nantinya
BalasHapusAamiin, makasih yaaa :)
HapusAamiin. Semoga mba Rey selalu diberikan kemudahan2 dalam menyelesaikan masalah yang ada. Sehat selalu ya, Mba.😊
BalasHapusAamiin, makasih Mba :)
HapusMenyerah berjuang bukan berarti beneran menyerah, tapi justru berjuang buat hal lain yaitu kesehatan dan ketenangan mbak rey... jadi insyaAllah pilihan dan ikhtiar sekarang yang paling baik.
BalasHapusSoalnya kata siapa manusia itu harus terus berjuang mencintai meskipun nggak berbalas. Kalau tubuh dan pikiran capek, mending menyehatkan diri ya mbak.
Kerabat dekat saya kebetulan ada di posisi yang sama. Harus bekerja dengan pilihan tidka bisa keluar, karena harus menjaga anak dan orangtua yang sedang sakit. Beliau memilih jadi reseller frozen food, macam2 snack. memang mengandalkan gosend untuk pengirimannya. (Frozen food ini temannya yang jadi agen, jadi dia bisa ambil dulu sebelum bayar). Sebelumnya sempat berjualan di kios, tapi karena pandemi, terpaksa harus tutup.
Saya cuma pembaca yang baca blognya mbak dari beberapa bulan lalu, komen juga baru-baru ini. jadi saya nggak bisa menyamai perasaan yang mbak Rey rasakan sekarang, tapi saya sungguh berdoa buat kelancaran mbak dan anak-anak.
Semoga dilancarkan ikhtiarnya, dan selalu diberi kesehatan. Karena anak tentu paling bahagia ketika melihat orangtuanya sehat.
Masha Allah, makasih banyaaakk yaaa :*
HapusKok gw sedih ya bacanya. Semoga segera dapat solusi terbaik mbak Rey.
BalasHapusAamiin, makasih ya :)
HapusSemangat ya Rey.. aku hanya bisa hantu lwt doa, semoga kamu bisa nemuin solusi yg terbaik buat semuanya. Aku tau ga mudah, apalagi dgn posisi ada 2 krucils. Tp yakinlah selalu Allah ga akan kasih cobaan yg melebihi kemampuan kita. #send you a virtual hug :)
BalasHapusBetul Mbaaa, Alhamdulillah selalu takjub melihat kebesaranNya :)
HapusAkan selalu ada jalan bagi siapapun yang berusaha dan nggak mengenal kata menyerah, itu salah satu kalimat yang paling sering saya baca dan dengar di mana-mana mba :D saya tau mungkin terkadang mba merasa malu untuk meminta pada-Nya, tapi ibu saya pernah bilang, justru pada DIA-lah satu-satunya tempat untuk kita meminta ~ nggak boleh malu, nggak boleh gengsi, pada DIA sang pemberi segalanya, dan tempat setiap dari kita bertumpu untuk diberikan keberkahan hidup yang kita inginkan <3
BalasHapusSemoga, nanti diantara malam-malam penuh tangisan, mba bisa menemukan jalan terbaik untuk mba yang tentunya juga terbaik untuk anak-anak mba ~ :) satu quote yang paling saya suka, "Keep giving your best, and let God care the rest." -- so, semangat mba :3
Awww.... hanya bisa bilang tengkiuuuu sooo mucchhh sayyyy :*
HapusAmin, segera dibukakan jalan solusinya.
BalasHapusKalau semisal sembari ada kesempatan kerja ikut orang, apa ngga dicoba buka usaha kecil-kecilan dulu dirumah, kak ?.
Misalnya jual makanan cepat saji atau masakan rumahan sekalian dikonsumsi untuk keluarga sendiri.
huhuhu, kalau makanan sebenarnya saya kurang bisa, Rey ama dapur itu musuhan hahahaha
HapusAamiin, semoga ada jalan keluar yang baik ya kak
BalasHapusmenurutku juga kerja di rumah aja dl. walau capenya pasti berlipat2..inshaallah gak terasa anak2 besar kok ntar. selain nulis2...bisa juga bikin makanan kecil2an. ..makanan kayak ayam tepung juga byk peminatnya kak. klo memungkinkan si emang ada yang banuin 1 org ya
tapi kalau tahap awal agak susah emang gaji nya ya.
Aamiin makasih yaaa :)
HapusAmin, semoga saja mbak Rey bisa kuat menghadapi ujian ini, yang sabar ya mbak.
BalasHapusAku juga sekarang lagi nyari pekerjaan tapi mungkin juga sulit karena pandemi Corona ini, tapi Alhamdulillah masih ada usaha sampingan di rumah, lumayan buat kebutuhan sehari-hari. Istri biasanya yang mengurus tapi sejak aku nganggur ya jadi berdua.
Alhamdulillah ya, saya salut banget sama pasangan yang selalu kerja sama, saling mendukung :)
HapusSaya juga kak,,,gara gara corona jadi dirumahkan kerjanya wkwkw
BalasHapusSemangat :)
HapusRoda kehidupan berputar, Jadi jangan terlalu larut dalam duka...Dan Berambisi ingin melakukan tindakan yang belum tentu kita mampu mengerjakannya. Karena setiap manusia sudah diberikan rezekinya masing2 oleh Allah. S,W,T.😊😊
BalasHapusIntinya semangat, Sabar dan jangan pernah lupa bersyukur apapun keadaan kita. Dan tak perlu ragu untuk mengadu kepada Allah.S,W,T apapun peluh yang selalu membebani hidup kita.😊😊 Semangaaattt!!!..💪💪💪👏👏
Awww.. tengkiuuu pak ustadz :D
HapusMbak Rey adalah perempuan dan ibu yang berani, pintar, dan kuat. Saya yakin semua akan tertasi. Hanya bisa mendo'akan dari jauh. Semoga Allah berikan jalan keluar dari pintu terbaik.
BalasHapusAamiin, masha Allah..
HapusMakasih ya :)
Hanya bisa mendoakan yang terbaik, insyaAllah mba Rey dimudahkan jalannya. Peluk jauh mba. Semoga Allah selalu menjaga mba Rey dan anak2. Maaf belum bisa kasih saran solusi, krn mba Rey lah yang paling tahu kondisinya. Semoga kuat menghadapi ini semua. Tangguh dan semangat.
BalasHapusMaaf lahir batin ya mba :))
Maaf lahir batin kesayangan, aamiin ya Allah :*
Hapus