Sharing By Rey - Etika dalam sebuah WAG atau Whatsapp Grup memang rasanya sudah banyak dan sering dibahas.
Terbukti saat saya iseng googling, ada banyak banget yang membahas hal tersebut, bahkan ada pula yang membahasnya sekalian curhat tentang perselisihannya dalam sebuah WAG komunitas, berujung dia keluar dari grup tersebut.
Hahaha.
Makin panjang ceritanya deh kalau gitu.
Apalagi, setelah dia keluar dari grup komunitas tersebut, dia sebarin semua isi chat dalam grup tersebut.
Wowww... wowww... wowww...
Kayaknya dalem banget nih masalahnya.
That's why, dalam bergabung ke dalam sebuah, selain kudu nyiapin mental anti baper negatif, kita juga kudu lebih peka untuk mentaati beberapa etika yang bahkan tidak tertulis namun penting diketahui.
Bergabung Dalam Whatsapp Grup
Jujur, saya mulai aktif bergabung di beberapa whatsapp grup sejak saya aktif ngeblog, di tahun 2018 lalu. Sebelumnya hanya ada 2 atau 3 grup yang saya ikuti, yaitu WAG bisnis oriflame.
Setelah serius ngeblog, satu persatu WAG blogger saya ikuti, terutama sejak sering dapat job di media sosial, tambahan ikut WAG yang isinya buat share job, buat saling support medsos.
Pun juga ketambahan beberapa WAG sementara saat ada job saja, yang biasanya akan segera dibubarkan setelah fee job terbayarkan.
Dari kebanyakan WAG yang tanpa saya sadari sudah puluhan yang saya ikuti, hanya di beberapa WAG saja saya aktif ikutan nimbrung, itupun tergantung ada waktunya, atau mood-nya.
Kalau nggak mood, saya skip ikutan aktif, kecuali memang butuh ikutan support blog walking atau media sosial.
Itupun cuman nyetor doang, nggak ikutan nimbrung banyak percakapan.
Namun jika ada mood, saya biasanya ikutan nimbrung, membahas berbagai hal, dari yang berfaedah atau hal-hal tentang blog, sampai yang receh alias hal-hal yang sedang happening.
Demikianlah, betapa WAG jadi hal yang berfaedah hingga sekadar menghibur.
Dan juga, WAG juga kadang bikin baper, meskipun levelnya masih sangat minim, setidaknya buat saya pribadi sih.
Ketika terjadi sebuah miss communication dalam sebuah percakapan, dan itu sering terjadi dengan melibatkan personal yang itu-itu saja, hahaha.
Etika Tidak Tertulis Namun Penting Dalam Sebuah WAG Pekerjaan
Karena jenis WAG yang beragam, dan saya pikir hal-hal pentingnya juga beragam, saya jadi ingin memperkecil lingkup pembahasan saya, dengan membahas etika tidak tertulis namun penting dalam sebuah WAG pekerjaan, baik itu job blogger maupun medsos.
Hal ini dikarenakan beberapa waktu lalu, sebuah WAG yang saya ikuti heboh mengenai seorang leader yang ngamuk oleh suatu masalah, dan hal tersebut melibatkan banyak personal di grup yang di-lead oleh leader tersebut.
Juga, momen di saat saya ikut sebuah WAG temporary job yang juga saya rasa jadi kurang sehat karena kurangnya kesadaran peserta akan etika dalam sebuah WAG, meskipun tak tertulis.
Adapun etika tidak tertulis namun penting dalam sebuah WAG pekerjaan adalah,
Aktif Seperlunya
Ye kan, itu grup temporary buat job, sudah pasti, informasi yang dibagikan oleh admin sangat dinantikan para peserta.
Sebijaknyalah kita untuk aktif seperlunya saja, nggak perlu keterusan bercanda di grup.
Atau menanyakan hal yang nggak penting, apalagi sampai share hal-hal yang nggak ada kaitannya dengan tema job tersebut.
Jika percakapan tidak penting itu dilanjutkan, yang ada percakapan penting dari admin jadi tenggelam.
Hal tersebut yang akhirnya membuat admin mematikan kolom chat, dan tentunya hal tersebut merugikan peserta yang ingin bertanya masalah job tersebut.
Tidak Ikutan Nyelutuk Saat Admin Kesal, Hingga Terkesan Memanas-Manasin Admin
Ini yang terjadi hampir di semua WAG, saat ada peserta yang ndableg dan menyebabkan admin kesal, peserta lainnya malah ikut-ikutan nyelutuk.
I mean, kalau menyemangati admin sih it's OK ya.
Tapi setidaknya pilihlah bahasa yang netral dan mengademkan, jangan terkesan seolah memanas-manasin.
Misal, di sebuah grup job ada peserta yang mangkir menepati deadline yang jauh-jauh hari sudah diingatkan.
Admin tentunya kesal dan mungkin sekejap 'ngomel' di WAG.
"Tolong ya, kalau merasa nggak bisa ngerjain, jangan mundur pas lewat waktu deadline"Dan semacamnya.
Sangatlah tidak elok, jika ada yang ikutan nyelutuk,
"Ya ampun, ada ya yang kayak gitu, nggak tahu apa kalau adminnya pusing"Bagus sih maksudnya, semacam menyemangati admin.
Akan tetapi, jika kita hanya sebagai peserta, dan kita sama-sama seprofesi, amatlah tidak elok rasanya ikutan marahin orang yang nggak ada kaitannya sama kita.
Selain hanya bikin pembahasan jadi makin panjang, pun juga bikin daftar orang sakit hati ke kita makin banyak.
Well, mungkin bagi kita nggak masalah sih dibenci orang, akan tetapi tahu nggak sih, semakin banyak yang sakit hati ke kita, semakin sering sial deh kitanya.
Ye kan, kali aja dia berdoa yang buruk-buruk terus diaamiin in oleh semesta?
Selain itu, duh ye, kita keliatan kayak 'menjilat' banget tahu nggak sih.
Meskipun mungkin tujuan kita sama sekali tidak seperti itu.
Ini juga berlaku dalam interaksi kita di medsos dengan akun yang sering jadi PIC job ya, nggak asyik aja dibaca orang, kayak ada 'jilat-jilatnya', bahahaha.
Nggak perlu kayak gitu kali, kalau kita memang kompeten, dan udah jadi rezeki kita, nggak pernah berinteraksi dengan PIC juga bakalan dipilih kok saat ada job.
Jika memang berniat ingin mengsupport admin, bisa banget kok dengan cara yang netral dan adem, misal kasih ucapan semangat atau sekadar emoticon yang menenangkan seperti *peluk, *tanda love atau semacamnya.
Menghindari Perdebatan Unfaedah Atau Nirfaedah
Cara terbijak untuk lebih 'aman' berada di WAG job, selain mentaati semua peraturan dan paham betul brief yang dibagikan adalah, sebisa mungkin menghidari perdebatan, terlebih yang sama sekali nggak ada faedahnya.
Selain bikin nama kita buruk, pun juga bikin list musuh jadi panjang.
Nggak punya musuh aja hidup kita udah complicated, apalagi tambah panjangin list permusuhan, hahaha.
Makanya, tahan deh nafsu ingin ikutan berdebat.
Kalau nggak puas, mending curcol di blog aja, bahahaha.
(Sama aja Rey!)
Kagak sama lah, kalau di blog kan nggak langsung nyerang, dan memang sebaiknya curcol lah dengan elegan, jangan menjelekan orang secara langsung.
Kalau ada yang tetep baper, ya itu bukan tanggung jawab kita lagi kan :)
Menghindari Ucapan Selamat Yang Tidak Ada Hubungannya Dengan Job
Sering terjadi, WAG job tiba-tiba aktif banget dengan banyak chat, eh pas dibuka ternyata pada heboh ucapin selamat ultah pada seorang peserta.
Ya ampyunnn..
Ngucapin selamat ultah sih bagus, tapi kalau tempatnya nggak pas jadinya juga berlebihan.
Kan kasian chat penting jadi tenggelam oleh ucapan selamat ultah yang sebenarnya bisa kita lakukan di akun medsosnya atau japri aja.
Sebisa Mungkin Selalu Menulis Yang Sopan Dan Menggunakan Emoticon Senyum/ramah
Sekece apapun kita, kalau kita kasar, ya orang bakalan eneg.
Bahkan kadang, kita tidak bermaksud kasarpun, percakapan by chat itu bikin salah pemahaman.
Karenanya, sebisa mungkin menggunakan kata-kata yang sopan, daaannn agar lebih terlihat ramah, jangan lupa selipkan emoticon senyum atau semacamnya.
Bahkan kita marah-marahpun, jika pakai emoticon senyum, dijamin yang baca adem dan lebih malu jika kita tegur demikian.
Saya sering nemu admin kayak gini, sabar dan selalu sopan.
Dan terbukti, peserta yang di-lead nya jadi malu karena merepotkannya.
Demikianlah, mungkin temans ada yang ingin ditambahin?
Sidoarjo, 2 Juni 2020
Sumber : Pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey
Semakin ke sini, saya makin sadar bahwa terlalu aktif di WAG juga ga bagus. Lama2 jadi silent banget bahkan banyak nyekip yang ga perlu. Etika di dunia nyata dan maya emang perlu ya, Mba.
BalasHapusBtw, bener banget yang Mba Rey katakan. Semakin banyak yg sakit hati ke kita, kita makin sial. Makjleb.
Di postingan Mba Rey, saya sering banget nemuin kata2 yang bikin makjleb, bikin saya diam dan mikir.:)
hihihi sama Mbaaa, sayapun akhirnya lebih sering skip sesuatu yang kurang berfaedah, atau yang nggak ada impactnya ke saya.
HapusBukannya berkurang empati, tapi meminimalkan perselisihan :D
Saya jadi keingetan wag sekolah si kk mba rey, jadi setiap guru ngasih tugas, semua wali muridnya itu ngucapin terimakasih, panjang dan pake anime dan lain-lain, setiap bu guru ngomong, anggota langsung jawab hal yang sama (makasih bun, sama-sama) ampe 2 hari grup itu penuh dgn tulisan seperti itu, soal-soal yg dikirim bu guru tenggelam semua, ampe ribet saya nyarinya satu-satu 😅😂 belum lagi, ucapan ramadhan, lebarannya pula (kenapa gak langsung ke wa bu guru aja sih) biar gak menuh-menuhin time line 😅, kasian yg punya kuota sedikit
BalasHapusBlom lagi yg share-share tentang wabah ini, kdg saya jadi gatel buat upload dan ngomong kalo itu hoax, pdhal biasanya hampir cuman baca doang gak pernah aktif ngerumpi disana, karena saya emang gak pernah ngumpul2 di sekolah seperti ibu2 yg laen, jadi mungkin gak se semangat ibu2 yg laen soal ngerumpi di wag inih 😂😁
hahahaha, Nah itu dia, padahal ya seharusnya WAG sekolah itu lebih profesional :D
Hapus== Etika ==
BalasHapusPertanyaan utamanya mah, siapa yang bertanggungjawab menentukan batasan etika itu sendiri?
Etika adalah sesuatu yang berbeda dengan aturan karena seringnya bukan dalam bentuk tertulis. Sifatnya juga tergantung kondisi dan lokasi. Misalkan, kebiasaan makan sambil bunyi itu di Indonesia dan banyak negara Barat kurang sopan, tetapi menyeruput mie tidak berbunyi dianggap tidak pas etika di beberapa kalangan Jepang.
Jadi mana yang dipakai?
Etika itu terbentuk terbentuk biasanya oleh suara "mayoritas" (meski tanpa melakukan voting), keumuman. Bisa dikata mirip menjadi hukum adat yang tidak tertulis tetapi ada
Etika cenderung bersifat subyektif dan tidak bisa disamaratakan. Oleh karena itu dalam sebuah wa group, yang penghuninya beragam, pastinya agak membingungkan kalau harus membahas masalah etika karena tidak semua orang memiliki latar belakang yang sama.
Contoh sederhana lagi, sekarang sudah menjadi kebiasaan mengucapkan selamat ulang tahun atau ucapan lain di grup, mayoritas orang melakukannya. Tidak melakukannya sangat mungkin dianggap melanggar etika bermasyarakat. Hal itu sudah menjadi sebuah keumuman dan etika sering berdasar pada nilai keumuman. Mungkin bahkan Rey yang dianggap tidak beretika karena mengajarkan jangan mengucapkan selamat ultah via wag.
Disanalah bahayanya mengandalkan "etika" karena sifatnya yang sangat subyektif dan "tidak tertulis". Masing-masing standar berbeda.
Cara terbaik mengurus WAG adalah membuat aturan yang sejelas jelasnya dan berlaku umum. Dengan begitu semua paham dan tahu batasannya. Bila memang sebuah etika dirasa perlu diterapkan, maka etika itu harus diubah menjadi sebuah hukum/aturan yang mengikat dengan begitu semua orang paham bahwa ia tidak boleh atau boleh melakukannya.
Saya tidak melakukan yang Rey sebut di atas. Tapi, agak kurang sreg saja kalau dipandang bahwa mengucapkan selamat ultah dalam sebuah wag diasumsikan sebagai "pelanggaran etika". Kalau sebagian besar orang di wag itu tidak mempermasalahkan soal ucapan selamat ultah di grup, lalu dimana pelanggaran etikanya?
Bahkan, sebenarnya bisa jadi Rey lah yang dianggap melanggar etika karena tidak mengikuti "suara mayoritas" di wag tersebut. Bila semua orang melakukannya, dan tidak aturan yang melarangnya, maka apa yang "disetujui" seperti itu bisa menjadi etika disana. Yang tidak sesuai dengan itulah yang justru tidka mengikuti aturannya.
Bukan sebaliknya, dimana mayoritas mengikuti pendapat satu orang yang tidak punya wewenang. Etika tidak terbentuk dengan cara demikian.
wohooooo, ini bahasannya dalem amat Pak qiqiqiqiqi.
HapusKalau yang saya sebutkan di atas sebenarnya sederhana aja, yaitu bagaimana kita berlaku agar tidak merugikan orang lain, meskipun itu nggak salah-salah banget :D
Dengan saling menghormati dan tidak merugikan pihak lain, kedamaian dalam sebuah WAG bisa terjaga :)
kalau untuk grup kantor, jika ada tim yang guyon ae isinya, dan mulai ngawur kemana-mana, aku akan 'skak mat', baru mereka akan diam
BalasHapuskalau grup job sosmed aku ngikuti ngalir aja sama percakapan member member, ya memang ada guyonannya
yang bikin agak nggak enak atau timbul miscom karena ketikan di chat dan kalau ngomong langsung beda, mungkin maksud ngetik nadanya biasa, tapi bagi orang yang baca artinya bisa nyindir orangnya
Nah itu bener Mba, misscom bikin masalah :D
HapusSaya jujur sampai sekarang belum ada gabung group WA mba jadi nggak ada pengalaman yang bisa dibagikan karena memang nggak ikut group even group keluarga juga saya nggak ikut 🙈
BalasHapusTapi dari kacamata saya, ikut group WA itu nggak jauh beda seperti ikut komunitas, yang membedakan hanya medianya online atau offline. So, akan selalu ada kemungkinan di mana kita akan ketemu teman-teman yang nggak sejalan sama kita 😁 dan mungkin akan membuat nggak nyaman. However, kalau saya prinsipnya selama hal tersebut nggak merugikan saya maka akan saya biarkan. Sebab akan sulit rasanya untuk meminta teman-teman sejalan dengan kita 😆 apalagi prinsip dan pola pikir setiap dari kita berbeda. Apa yang kita pikir benar, belum tentu untuk mereka benar dan sebaliknya 🙈 jadi paling hal hal yang menurut saya benar itu saya lakukan untuk diri saya sendiri tanpa berharap orang lain mengikuti cara saya 😂
Nah, cuma kalau groupnya memang khusus bahas pekerjaan (bukan group for fun) akan lebih baik untuk samakan persepsi dulu diawal. Mungkin bisa disamakan dengan meeting serius secara profesional. Kalau dalam meeting kan kita nggak bisa bercanda karena kita sedang bahas pekerjaan. Terus nggak bisa asal ceplas ceplos hehe. Jadi mungkin kalau memang groupnya dibuat khusus untuk bahas pekerjaan yang notabene masuk dalam area serius, ada baiknya saling samakan persepsi dan tujuan. Mau dibawa ke mana group-nya dan goalnya apa. Dan it's okay untuk info ke teman-teman lainnya ide apa yang mba punya, siapa tau bisa sampai pada satu visi misi yang sama atas dasar mufakat (bukan paksaan) ehehe 😆
Intinya semua pasti bisa dibicarakan kalau memang merasa nggak nyaman 😍 and thanks for sharing mba. Sudut pandang mba, dan komentar dari teman-teman lainnya menambah insight baru untuk saya juga 😁❤
Hahahaha betul sekali, intinya jangan sampai merugikan orang banyak.
HapusDan memang, pada akhirnya saya memilih diam aja, aktif seperlunya :D
Saya beberapa kali agak baper di sebuah grup, tapi memang memilih menghindari konflik jauh lebih bijak :D
Komunikasi itu penting, cuman memang kalau ada konflik mending di selesaikan personal ya, japri gitu :D
kalau di grup wa temporary untuk urusan job sih saya termasuk yg silent kalau ngga ada hal penting yg perlu diungkapkan.. kalau di grup kantor juga kurang begitu aktif.. beda halnya di grup hura2 , grup pertemanan dan sebagainya, kadang suka banyak bacot :D ..
BalasHapus-traveler paruh waktu
Hahaha nah bener tuh, kalau grup buat santai-santai memang lebih baik aktif, kalau yang formal tuh yang sebaiknya aktif seperlunya :D
HapusMungkin aku termasuk orang jadoel kali ya, bahkan wa grup aku cuma punya 1 dong untuk saat ini, wakakkaka....wa grupku itu cuma wag keluarga inti, yaitu yang isinya bapak ibu adek kakak yang mencar di beda2 tempat.. masalahnya kenapa aku ga banyak2 wag? Karena nomor aku sering banget expired kak rey jadilah kalau share nomor hp ke orang rasanya itu beraaaaad banget hahaha, mana aku orangnya parnoan lagi, ya gitulah karena sering ganti2 nomor hp lantaran lupa ga kuisi pulsa setelah keseringan pakai wifi makanya aku belum tertarik banyak joint wag :D
BalasHapusMungkin juga karena aku blom ada anak yang usia sekolah kali ya jadinya blom keinvite ama grup2 yang berhubungan dengan sekolahan anak hehe
tar klo anak uda sekolah mungkin bakal beda lagi ceritanya yang mau ga mau musti keinvite suatu wag, ahahha
Klo wa grup blogger aku malah ga ada gabung sama sekali. Belum gabung deng, ga tau kalau suatu saat nanti mungkin ada butuh join...mana tau kan someday butuh joint kerjaan yang berhubungan dengan internet dan perlu support system dari balik layar hehe..tapi saat ini sih belum, jadi ga tahu juga ada kejadian apa aja di wag-wag hehe
Tapi memang sih klo pun suatu saat nanti andai-andainya ada acara joint wa grup segala, mungkin seringnya aku bakal beraktivitas seperlunya aja, malah cenderung silent bae...eh malah kadang ga nyekrol sama sekali deng, jadi meminimalisir kehebohan apa aja yang terjadi di linimasa hehe...
Karena ada kalanya ga tau suatu hal itu lebih menentramkan djiwa #tsaaaaaah
wakakakkakaak, problem sejuta umat wifi banget tuh Mbul :D
Hapusdi mana nomor WAnya gantiii mulu :D
Kalau saya memang udah cinta mati ama 2 nomor yang udah lama saya pakai sih, jadinya diingat-ingat mulu jangan sampai mati nomornya :D
Tapi memang semakin banyak grup semakin mumet, kalau ga perlu mending skip deh hahaha
Mbak Rey, saya suka dengan tulisan ini dan berharap grup yang saya kelola seideal harapan yang tertulis dalam post ini. Terutama di bagian "----Aktif Seperlunya----" ini yang saya harapkan. Saya mengalami sendiri situasi yang ditulis di bagian aktif seperlunya.
BalasHapusBanyak yang terlalu aktif sampai lupa info apa yang saya sampaikan, mau tegur salah, akhirnya Japri satu - satu, ajak ngobrol secara personal. Syukur ada yang sadar, ada yang sadarnya seminggu doang, macam - macam dha kalau jadi admin grup yang isinya orang yang berasal dari berbagai latar belakang. Benar sabar memang dibutuhkan bangat untuk seorang admin... thanks mbak...
Duh kenapa komentar saya jadi kacau begini, sorry mbak...
Hapushahahhaha, semangat bapak guru :D
HapusBetul sekali itu, menjadi admin itu kadang serba salah.
Tegas salah, dibiarkan juga salah.
Makanya memang butuh banget yang namanya kesadaran diri mengenal etika yang kadang memang tidak tertulis dalam sebuah WAG :D