Dan timeline-pun jadi ramai membicarakan hal tersebut, dengan kampanye boikot produk dari perusahaan kelas dunia tersebut.
Saya hanya bisa tersenyum membaca banyak tulisan tentang hal tersebut, di mana gelombang boikot selalu menyertai sesuatu yang 'menyimpang'.
Sebelumnya, sudah ada beberapa perusahaan kelas dunia yang melakukan dukungan terang-terangan kepada kelompok tersebut.
Sebut saja, Starbucks.
Justru kalau nggak salah, Starbucks mengumumkan hal tersebut sejak beberapa waktu yang lampau.
Media sosial bergolak saat itu, termasuk beberapa friendlist facebook saya, yang kerjaannya memang freelance dan banyak menjadikan starbucks bagaikan kantornya bekerja.
Sontak saja ybs kecewa dan memutuskan nggak akan lagi ke Starbucks.
Okeh deh, hahaha.
Demikian pula dengan The Body Shop, yang sukses membuat kecewa banyak orang, salah seorang friendlist instagram saya menuliskan kekecewaannya dan mengajak follower-nya untuk stop menggunakan produk The Body Shop.
Lalu beberapa waktu kemudian, saya melihat insta story-nya yang memamerkan beberapa produk favoritnya, dan di antara produk itu ada produk The Body Shop.
Oke lagi deh, hahaha.
Tentang Taro Snack, Unilever Dan Kisah Masa Lalu
Lalu kemudian Unilever, sungguh membuat saya ikutan sedih, bagaimana tidak, saya adalah konsumen dari banyak produknya.
Logo baru Unilever, btw warna pelangi itu dipilih sebagai simbol LGBTQ, sebal nggak sih karena warna kesukaan saya tuh :') |
Mulai dari body care, skin care hingga makanan.
Dan rasanya begitu sulit berpaling, karena saya familier sejak kecil dong.
Bahkan, Unilever tersebut membuat saya mengingat kembali masa lalu, saat masih single dan masih punya pacar, eaaaa..
Saat Si Pacar Jadi Distributor Kecil-Kecilan Produk Unilever
Jadi, si pacar itu dibesarkan dengan didikan yang memaksa dia wajib pandai bertanggung jawab dengan keuangannya.
Saya rasa hal ini yang banyak dilakukan parah ayah ke anak lelakinya.
Sewaktu kuliah, bapaknya memberikan dia semua uang kuliahnya, jadi si pacar wajib memanaj sendiri uang tersebut.
Kalau boros?
Ya tanggung sendiri.
Alhasil, si pacar boros pastinya, hahaha.
Jadilah dia, kuliah baru setengah jalan, tapi duit kuliah udah habis.
Belum lagi, kuliahnya molor.
Bentar!
Mengapa coba ya saya mau-maunya berhubungan dengan lelaki yang kuliahnya molor, padahal dulu saya pengagum lelaki cerdas.
Eh tapi si pacar dulu cerdas sih, hanya saja setelah masuk ke dalam mata kuliah teknik sipil secara mendalam, dianya ngos-ngosan, hahaha.
Kembali ke topik!
Karena itu, si pacar memutar otak untuk bisa terus kuliah, dan beruntung dia diajak teman kuliahnya untuk usaha distributor produk secara kecil-kecilan.
Dan produk itu adalah produknya unilever.
Kebetulan, bapaknya si pacar punya rumah petak tua yang tidak ditinggali, dan rumah itu akhirnya dijadikan gudang oleh sang pacar.
Bukan hanya si pacar yang senang kerja seperti itu, meskipun kerjaannya sebenarnya berat banget.
Si pacar harus mengantar sendiri produk tersebut ke warung-warung dengan motor.
Namun senangnya, jadi punya duit dan saya juga bisa beli produk yang saya butuhkan dengan harga yang jauh lebih murah dari pasaran.
Daaannnn, saya bahagia banget bisa memborong banyak snack favorit saya, yaitu si TARO SNACK.
Kisah Taro Snack, Camilan Legendaris Yang Sering Berpindah Majikan
Jadi kemaren itu, saya baca tentang ramai kampanye boikot produk Unilever setelah saya menghabiskan 1 bungkus besar Taro Snack.
Source : shopee |
Berbekalkan bujukan pada si kakak, kalau dia hanya boleh cicipin 2 keping Taro saja, hahaha.
Ye kan, daripada dia batuk lagi dan menulari adiknya, pun juga adiknya bakal ikutan kalau kakaknya makan sesuatu jajanan.
Si adik udah keranjingan cokelat lantaran saya iseng ngasih cicip cokelat, dan akhirnya selalu jadi saingan saya dalam menghabiskan cokelat.
Makanya, saya sama sekali nggak mau sedikitpun si adik tahu rasa dari Taro, karena jujur si adik masih jarang terpapar MSG.
Dan begitulah, saya mengatakan kalau jajanan itu pedas, sehingga si adik nggak berani minta.
*Plak, dasar mamak pembohong, wakakakaka.
Setelah menghabiskan Taro snack tersebut, saya jadi merasa bersalah sendiri, karena membaca boikot produk unilever.
Ye kan, saya mengira kalau Taro itu produk Unilever, secara belasan tahun lalu saya suka borong Taro yang dijual si pacar, di mana itu adalah bagian dari produk Unilever.
Sampai seorang sahabat komen di tulisan saya, bahwa Taro bukan produk unilever lagi.
Saya sampai mengais sampah dong demi mencari bungkus Taro tersebut untuk membaca nama produksinya.
Dan syukurlah bungkusnya belum kotor-kotor banget (makanya Rey, bungkus plastik itu dicuci terus dijadikan kreasi, hehehe), lalu saya baca daaann ternyata Taro memang bukan produk Unilever lagi.
Seketika lega bercampur sedih juga, hahaha
Ya iya kan..
Taro dan unilever itu udah jadi seperti bagian dari masa lalu saya.
Masa-masa si pacar punya banyak uang koin, bahahahaha.
Memang ya, orang jualan itu keuntungannya receh, tapi selalu ada.
Masa-masa saya main ke gudang dan melihat si pacar beserta temannya packing banyak barang buat di antar ke warung atau toko kecil.
Sungguh dulu saya mengira si pacar bakalan meneruskan usaha itu, biar saya aja yang jadi karyawan.
Ternyata setelah lulus, merasa amat sayang dengan ilmunya dan memilih kerja nggak menetap di berbagai proyek-proyek hahaha.
Sejarah Taro Snack
Sungguh random ya tulisan saya kali ini, sampai bahas camilan micin favorit kayak gini, hahaha.
Taro adalah sebuah merk makanan ringan dari TPS Food. Taro merupakan salah satu merk makanan ringan atau snack yang paling terkenal di Indonesia.
Ini Taro asli nggak sih?, saya belum pernah sih beli Taro ginian, source : Tokopedia |
Taro mulai diproduksi pada tahun 1984.
Namun, pada bulan Juni 2003, merk Taro dibeli oleh Unilever.
Ini yang menjelaskan mengapa saat si pacar jualan produk unilever, si Taro juga ikutan dijual.
Nantilah pada tahun 2011, Taro kembali dibeli oleh TPS Food.
Taro sangat dikenal dengan tema petualangan penuh imajinasi, dan terbuat dari tepung gandum, jagung, dan kentang, serta bahan-bahan lain yang berkualitas.
Melalui Taro lah, TPS Food banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang fokus untuk pembentukan karakter untuk anak-anak berusia 7 – 12 tahun.
Bentar, saya nggak masuk dong ya, ah anggap saja saya masih 12 tahun, hahahaha.
Taro boy digambarkan sebagai anak yang tangguh, cerdik, dan peduli.
Taro memiliki beberapa variasi produk, yaitu:
Taro Net
Kelebihan snack ini adalah tidak bikin haus dan tidak lengket di tangan, klaimnya sih gitu.
Tapi saya kalau makan pasti banyakin minum lah, biar nggak batuk, hahaha.
Kalau lengket memang enggak ya, karena bumbunya beda dengan snack micin lainnya yang penuh bumbu lengket di tangan.
source : tpsfood.id |
Taro sangat terjamin kualitasnya, lebih dari 30 tahun berpetualang bersama anak Indonesia, dan terbuat dari tepung gandum.
Ada beberapa rasa, yaitu: Potato BBQ, Seaweed, Italian Pizza, Cowboy Steak, dan Cheese Blast.
Ukuran:
Dan ada beberapa ukuran, yaitu: Small pack 9 g (kecuali Cheese Blast), Medium Pack 40 g, dan favorit saya adalah Family Pack 70 g (Potato BBQ & Seaweed)
Taro Net 3D Potato
Taro jenis ini berbentuk 3 dimensi yang unik, yang bikin kegiatan ngemil jadi lebih seru.
Kombinasi lezat kentang asli dan bumbu rasa barunya bikin nagih.
Desain packaging-nya pun penuh petualangan dengan warna yang menarik.
Source : tpsfood.id |
Dan juga sama terbuat dari tepung kentang.
Terdiri dari beberapa rasa, yaitu: Jungle Chicken dan Tornado Cheese.
Ukuran: 20, 40, dan 70 g.
Taro Net Potato Waffel
Snack kentang berbentuk waffle yang seru, yang terbuat dari kentang asli, bukan hanya perisa kentang.
Potangan snack pas di mulut remaja.
Lebih tebal, sehingga menambah kerenyahan.
Source : tpsfood.id |
Rasa: Barbeque Seaweed dan Smoked Beef & Cheese.
Ukuran: 15 dan 35 g.
Taro Corn Puff
Kalau yang ini bentuknya unik dan bergelombang, dan jadi pertama di Indonesia.
Kombinasi rasa manis dan asin ala popcorn, pas buat anak muda jaman sekarang. Berbahan dasar jagung pilihan yang ringan di mulut.
Source : tpsfood.id |
Rasa: Roasted Corn dan Salted Caramel.
Ukuran: 9 dan 35 g (hanya Roasted Corn).
Dari beberapa variasi Taro di atas, hanya Taro Net lah yang selalu memikat untuk saya cemilin, biar kata buat anak kecil, tapi saya suka, hahaha.
Sedihnya, membaca dari beberapa berita online, nasib Taro ini menyedihkan karena terkena pailit.
Sedih juga ya kalau Taro snack legendaris ini bakalan hilang dari peredaran.
Secara, namanya tuh udah melekat banget di pikiran masyarakat Indonesia.
Sama dengan Chiki yang mana semua camilan micin di sebut Chiki hahaha.
Kalau saya, semua Chiki yang paling menarik ya si Taro ini.
Biar kata ada Lays, Chitato dan segalanya.
Rasa dan tekstur Taro khususnya Taro Net selalu yang paling enak menurut saya.
Kalau temans?
Sidoarjo, 27 Juni 2020
Sumber :
- https://tpsfood.id/product/taro/ diakses Juni 2020
- https://id.wikipedia.org/wiki/Taro_(makanan_ringan) diakses Juni 2020
- Pengalaman pribadi
Gambar : berbagai sumber di google
Dulu suka aku sama yang namanya Taro cuma sejak ada Citato saya hampir tidak pernah makan Taro lagi....Udah lama dah pokoknya...😊😊
BalasHapusCitato sama Taro satu PT atau tidak yee....Apa beda yaa..Maklum tahunya makan doang Gw.🤣🤣🤣
Alesannya suka Citato karena bentuknya bundar kaya emping dan pedes2 gitu deh....Padahal Taro juga ada katanye yang pedas..🤣🤣🤣🤣
Chitato juga enak Kang, cuman memang saya lebih suka Taro karena rasanya lebih pas sih, nggak terlalu asin dibandingkan Chitato atau lainnya :D
HapusChitato kayaknya produknya Indofood deh, se bapak mereka sama Chiki dan Cheetos :D
Etdaahh, saya familier banget ama jajanan micin wakakakaka
Saya baru tahu kalo taro ternyata banyak varian rasanya, dari taro corn puff, taro potato waffel, taro 3D potato, taro cheese blast. Yang aku tahu ya hanya taro ciki saja yang harganya seribu di warung.😂
BalasHapusKalo soal boikot produk Unilever karena induk perusahaannya mendukung lagibete memang jadi dilema karena banyak sekali produk nya yang kita pakai sehari hari. Mau nyuci ada rinso dan Molto, mau keramas pakai Sunsilk, mau kinclong pakai fair and lovely, mau mandi pakai Lifebuoy, dan mau masak pakai Royco sama produk sejuta ibu ibu yang dibesarkan bagai anak sendiri yaitu kecap Bango.🤣
Kalo beneran mau boikot, takutnya yang susah bukan Unilevernya tapi malah yang boikot, kecuali memang tinggalnya di hutan lindung.🤣
hahahaha, saya kecapnya pakai ABC sih, kalau produk lainnya memang marajai rumah tangga banget deh unilever itu :D
HapusBahkan sejak kecil udah penuh dengan produk unilever :D
Setahu aku taro itu dari pt tiga pilar..soalnya duku sering wawancara #ehhh
BalasHapusTernyata di bawah uda dijelasin juga tentang tps food ahhaha, maklum uda terdistraksi duluan ama logo unilevernya yang sempet ada sejarah di masa lalu tentang beli merek dsb nya itu
Tapi sekarang uda balik tiga pilar lagi kan? E h iya pa ga ni, aku googling lagi ah ahhahahah
Ngomongin taro, aku suka yang rasa seawed alias rumput laut, asin micinnya tuh nendang dan nagih huahahha, klo rasa lain aku kurang suka
Tapi klo dah disodorin yang seawed, sebungkus gede bisa diembat sendiri deh gw hahhaha
Udah balik say, cuman dengar kabarnya pailit tuh, semoga masih terus bisa produksi ya.
HapusHahaha, saya seringnya sebungkus gede buat sendiri sih *tutup muka :D
Says fokusnya ke cari duit itu, soalnya saya baru benar benar bisa memanaj keuangan setelah genap berusia 28 tahun sebelumnya jangan cerita.
BalasHapusTaro ini juga kenangan masa sekolah dulu hmm...
hihihi, tapi kebanyakan anak laki dididik kayak gitu ya, meskipun ortunya pasti sadar, kalau anaknya pasti ngabisin duit tersebut sebelum waktunya, tapi tetep diberi kepercayaan :D
HapusKayaknya saya beneran kudet, karena ketinggalam berita viral semacam ini. Sempat dengar sih tapi nggak kepo lebih jauh jadinya nggak jelas.
BalasHapusSekarang jadi kepo, maksudnya mendukung lgbt itu gimana ya?
Saya jarang makam taro mbk rey, karena saya lebih suka coklat, kue sama es krim jadinya kalau pergi ke toko yang dicari ya itu. Chitato apalagi, mahal euy😁
Tapi sedih juga ya kalau taro sampi ilang, karena dulu saya juga sering lihat iklannya di tv.
Iya, mereka mendukung dengan agar kaum tersebut diakui keberadaannya, kan bahaya tuh :(
HapusPadahal terang-terangan dilarang oleh agama manapun.
Taro paling terjangau deh, kalau Chitato mihil hehehe
Yaampun, aku juga baru tahu kalau Taro punya berbagai varian, sejauh ini yang aku tahu cuma yang Net aja 😂
BalasHapusSempet denger juga kalau Taro pailit, terus buru-buru ngecek ke minimarket terdekat, ternyata masih ada produknya. Sedih juga kalau hilang dari pasaran walaupun aku bukan tim Taro. Mohon maaf, aku tim Cheetos Jagung Bakar 😂
Tapi tetap, Taro itu salah satu snack masa kecilku. Snack legendaris ya 😆
Waaahh Cheetos jagung bakar itu enyak jugaaa, kok jadi kebayang masa kecil deh, itu salah satu favorit juga hahaha
HapusEnyak kan kak! Campur nasi juga enak kalau lagi nggak ada sayur wkwkwk #setengahMiris
Hapuswaaduuhh, saya malah belom pernah sama sekali cobain pakai nasi hahaha.
HapusBiasanya pakai kacang telur mah kalau nasi :D
Sebenarnya aku cuek sama adanya komunitas atau orang yang LGBTQ, Mbak. Ada sih temenku yang gay, aku tetep baik sama dia, tapi bukan berarti aku mendukung dia terus jadi gay. Harapanku sih suatu saat nanti dia kembali ke jalan yang benar.
BalasHapusJadi maksudku LGBTQ itu memang fenomena yang ada, tapi itu merupakan hal yang menyimpang. Memang ada orang yang LGBTQ, tapi sebagai sesama manusia sih aku berharap kalau suatu saat mereka sadar kalau apa yang mereka lakukan tuh gak bener. Jadi sedih banget aku kalau bukannya dibimbing ke jalan yang benar, eh malah tindakan salah mereka itu didukung. Dan yang lebih bikin kecewa, yang melakukan hal itu adalah brand sebesar Unilever. Mana mayoritas barang yang aku pakai produknya Unilever semua pula. Kalau mau boikot sih kyknya susah. Soalnya dulu pernah pakai produk bahan makanan brand lain tapi rasanya gak seenak punyanya si Unilever. Kan jadi galau.😔
Kalau saya jujur belum pernah tahu kalau punya teman yang menyimpang gitu, kalaupun ada, kayaknya saya parno kalau dia dekat sama anak saya.
HapusKalau saya sendiri mah cuek.
Sebagai pribadi, saya menghormati keadaan orang lain, karena saya tahu mereka begitu karen ada sebabnya, malah saya prihatin, tapi sebagai seorang ibu saya harus membentengi anak-anak dari pergaulan semacam itu, semoga mereka diberi hidayah olehNya ya :)
Ya ampuuuun reeeey, kamu bener2 penggemar taro yaaa hahahahah... Aku suka juga, tp ga semua rasa. Yg pasti kalo terlalu asin banget aku ga makan. Pusing lgs hihihihi .
BalasHapusBtw yg taro di repack ulang, aku prnh baca sih, itu sbnrnya ga disarankan. Ada pakar dari BPOM waktu itu diinterview dan ksh penjelasan kalo taro yg begitu dia ga sarankan untuk beli, Krn sbnrnya itu ga bisa dilacak apakah taronya ato produk2 lain yg di repack msh dalam masa belum exp, ato beneran itu produk dari taro sendiri.. ga ada izin BPOM nya juga :). Itu kata dia loh yaaaa, bukan kataku. Makanya jujur aku ga tertarik beli yg repacking. Mending beli yg kemasan utk dijual beneran. Jelas exp, izin BPOM dll nya :). Temenku juga ada yg jual ini kok. Dan aku ga ada masalah. Tp keinginan utk belinya blm ada aja :D.
Masalah Unilever mndukung LGBT , mau gimana yaa.. lah kenyataannya banyak bgt perusahaan besar dunia yg memang mendukung mereka. Aku sendiri ga mndukung LGBT. Tapi ga bisa dipungkiri, temen2ku dikantor aja banyaaaak yg gay, petinggi2 di kantor apalagi. Malah ada staff yg ganti kelamin, kantorku ttp menerima mereka :D. Salah satu alasanku kluar, ya sbnrnya Krn ga setuju Ama konsep dukungannya sih
Tapiiii aku g akan pernah ngajak2 org lain utk boikot produk perusahaan yg mendukung ini, dan aku jg g akan mutusin pertemanan dengan temen2ku yg gay. Buatku ya, ini mah masalah pribadi. Kalo yg gay, itu masalah dia Ama Tuhan nya. G ada urusan Ama aku :p. Jadi ngapain ngajakin boikot segala :D. Ga ada gunanya. Toh semua pekerja di sana blm tentu LGBT kan . Akupun harus akui, temen2ku yg LGBT ini sbnrnya ttp temen yg asik banget utk ditemani terlepas dr kelainan seksual mereka :)
Hahahaha, Taro yang original nggak terlalu asin sih menurut saya, masih asin Chitato hahaha.
HapusPaksu tuh yang suka beli camilan micin repack atau kiloan, cuman memang jenis Taro belum pernah, seringnya yang apa sih yang rasa jagung itu loh.
Kalau baca-baca memang kebanyakan orang gitu lebih ramah ya, dan ada loh yang bisa nyembunyiin, nggak diperlihatkan gelagatnya ke semua orang, bahkan ada yang kalau laki tuh sampai nikah, punya anak, tapi juga punya pacar lelaki di luar hahahaha
aku sekilas liat postingan di sosmed soal boikot unilever tapi belum sempet baca full.
BalasHapusehhh ternyata gara gara campaign dia toh
taro ini jajanan jaman aku kecil juga mba, harganya dulu masih murah beud ya hahaha
nah yang nggak aku perhatiin sekarang adalah kemasan barunya, aku nggak perhatian kalo yg sekarang ada tambahan tulisan "net", dan soal taro pailit aku baru tau ini, kalo pailit anak anak yang akan datang nggak bisa ngerasain jajanan ini lagi ya.
jajanan taro yang versi kiloan itu aku sendiri juga nggak ngerti palsu atau asli, aku pernah beli tapi ciki yg lain, chitato kalo ga salah, untuk rasa persis mbak, sama enaknya, malah aku pikir bisa jadi nih orang beli dari pabriknya yang kemasan kiloan gede gede terus dijual balik dengan diecer seperti ini
hahahaha, Taro memang lebih terjangkau sih, rasanya juga lebih sederhana ketimbang Chitato atau lainnya yang lebih asin menurut saya :D
HapusNah iya, banyak ya yang kiloan juga jualan kayak gitu deh.
Paksu sering beli tuh :D
Dr semua jenis cemilan2, Taro termasuk favorit aku. Dan aku paling suka yg rasa original dan seaweed.
BalasHapusBtw aku baru tau ternyata Taro sempat pindah tangan ke Unilever gara2 postingan Mba Rey..
hihihi iya, saya juga malah kira ini punya unilever :D
HapusDetail banget gaya investigasinya. He he.
BalasHapusSoal boikot produk karena saya bukan orang yang suka bergantung pada satu merek tertentu jadinya tidak terlalu peduli pada jenama. Jadi mudah saja meninggalkannya.
Toh, masih banyak produk lokal atau UMKM yang bisa jadi alternatif.
Jajanan masa kecil saya Chiki dan Gizanda. Sayangnya Gizanda hilang dari peredaran, entah ke mana.
Sekarang jajanan saya cukup seblak atau pentol atau tahu walik yang dijual para tetangga di lingkungan rumah. He he.
Kecap? Masih bisa beralih kepada produk lokal.
Jauh sebelumnya saya sudah berupaya tidak beli produk buatan jenama tertentu karena alasan prinsipil. Itu sejak lajang. 😂
Sekarang tambah wawasan. Kenarin bingung dengan isi beranda yang bahas soal unilev. Kudet, he he. Sekarang sudah jelas ada apakah gerangan. Sayang memang. Seharusnya bisnis jangan dicampur dengan urusan gitu. Jadi riweuh.
waaahh Gizanda? pernah dengar deh kayaknya?
HapusChiki itu legendaris banget Mba, sammpai jadi nama makanan semua camilan micin.
Taropun dibilang Chiki hahahahah
Tarooo salah satu cemilan favorit aku di masa kecil selain Chiki balls. Cuma sayangnya entah mengapa Taro Net yang sekarang nggak seenak dulu. Kayaknya ada rasa masa kecil yang hilang gitu ): Makanya sekaranga aku beralih ke Cheetos, yang rasanya konsisten nggak pernah berubah hahaha. Tiap kali makan cheetos anakku juga suka nimbrung. Sebelum dia masuk sekolah, sama sekali nggak pernah coba ciki2an. Sampai akhirnya dia PG, teman2nya banyak yang ultah di sekolah terus dapet bingkisan yang isinya ciki2an. Yasudalah, gapapa. Mungkin udah saatnya mencoba cemilan micin ya nakk ((:
BalasHapusTerus aku juga inget ada satu cemilan serupa Taro namanya Kenji, harganya juga sekitar 500 perak doang waktu aku SD. Tapi nggak berapa lama Kenji hilang dari pasaran hiks
Btw, yang itu sepertinya Taro asli, Mba Rey. Soalnya setauku sekarang banyak yang jual kiloan gitu. Temanku juga ada yang jualan cemilan jadul kiloan, kayak ciki2an gini sama Momogi gitu :D
Wah ngomongin Taro aja jadi flashback ke mana-mana yaa hihi kangen berattt dengan masa kecil itu.
hahahaha iyaaa, sebenarnya saya suka hampir semua camilan micin, cuman memang Taro paling teringat di hati eaaa.
HapusNah iya, kayaknya memang lebih hambar rasanya ya? tapi kok saya malah suka karena nggak terlalu asin :D
Anak-anak saya yang gede jga makan sih, tapi nggak banyak, udah terkontaminasi soalnya, pas di sekolah sering makan chiki kalau ada yang ultah hahahaha
Saya dulu gak suka Taro Mba, karena terlalu ringan dan cepet abis. Isinya tuh kurang banyak soalnya 😂. Tapi sejak ada yang varian Taro Net Potato Waffel itu saya jadi suka soalnya lebih tebel dan kriuk.
BalasHapusSayangnya, setiap nyari disini yang variant waffel itu sering kosong, padahal itu taro versi terbaiknya (menurut saya)
Ya ampuunn Mba, saya malah belom pernag kayaknya cobain yang lain itu, terlalu suka yang biasa hahaha
Hapusyaampun, kalo ngomongin unilever kayaknya produk yang ku pake unilever semua deh.. wahahaha.. tapi entah kenapa dari dulu gak suka sama chiki taro, lebih suka chitato, chitos, dan semacamnya gitu lah..
BalasHapusoiya, ngomong2 taro yang kemasan kiloan (gambar dari tokopedia) itu kayaknya taro asli deh.. temen kuliah ku jualan kayak gitu soalnya, semua merk chiki ada.. haha.. menurut temen2 ku yang udah beli sih katanya asli. rasanya sama.. :D
Ahh Tyaaaa, kusuka berteman denganmu, jadi kalau ada jajanan chiki, semua buatku hahahahahaha
HapusLho, Taro pernah jadi brandnya Unilever to? Saya baru tahu, Mba.
BalasHapusTaro juga kesukaan saya, Mba Rey. Terutama rasa rumput laut. Nggak bisa beralih ke rasa yang lain hehehe.
hahaha iya Mba, ternyata udah balik ke induknya :D
Hapussnack masa kecilku itu taro, chiki balls, dan krip-krip. tahu gak krip-krip? itu semacam mi anak mas, tapi remah2an saja lalu bumbunya pedas asin hahaha entah gak jelas dia itu remahannya mie apa saja yak?! temenku malah bercanda katanya itu mie yang diinjak2 baru dibungkusin satu2 hahaha
BalasHapuswakakkakaka, eh kayaknya pernah makan deh saya, waktu si kakak dapat kotak snack pas ultah temennya :D
HapusHalo mba, salam kenal! Nemu tulisan ini waktu lagi coba nginget2 nama varian taro yg pernah ada tp terus udah ga diroduksi lagi.... Barangkali mbaknya ingat? Bentuknya ngga kayak taro net yg sekarang tapi seperti bunga berongga agak tebel, tekstur sih seperti halnya chiki. Rasanya enak banget...
BalasHapusHalo juga, maaf baru balas, eh iya ya, saya ingat tuh, tapi saya nggak ingat sih kalau itu juga Taro, memang enak sih :D
HapusWah kerren mbak, semangat yah lnjutkn bakat menulisnya. Saya tdi lagi nostalgia sambil makan taro terus googling mau nyari kemasan taro yang versi 90an. Jadinya mampir kesini deh, tulisanya keren mbak, tapi sy tdk ambil pusing soal unilever yg pro lgbt :D. Dan menurut sy lgbt itu memang penyakit.
BalasHapusMakasih ya :)
Hapus