Lalu, nilai rate card instagram adalah, tergantung masing-masing influencer atau selebgram ya.Nggak ada yang pasti dan pas, atau yang murah dan mahal.
Ada yang bingung nggak nentukan tarifnya?
Kalau ada, sini kita berpelukannnnn (yang ciwi-ciwi aja, tapinya), yang mahrom, hehehe.
Setidaknya udah sekitar kurang lebih dua tahunan saya mengais rezeki di instagram, tapi entah mengapa saya juga masih sering bingung menentukan rate card saya.
Btw, ini ketiga kalinya saya bahas rate card ya, yang pertama dan kedua sih saya bahas mengenai rate card blogger.
Yang mana, jujur menurut saya jauh lebih mudah menentukan rate card blogger, ketimbang instagram.
Karena blogger itu semacam investasi jangka panjang, selama masih ada platform yang kita gunakan, masih mau merawat domain kita, tidak menghapus postingan berbayar tersebut, selama itu juga keuntungan didapatkan oleh klien.
Berbeda dengan instagram, apalagi di masa sekarang, rasanya kok mau ngasih tarif tinggi, malu juga kalau engangement yang kita hasilkan tidak sefantastis follower kita.
Akan tetapi, mau merendahkan rate, BIKIN KONTEN ITU SYUSYAH JUGA TAUK!
Oh ya, sebelum menulis lebih lanjut, saya mau menyapa teman-teman yang mungkin terheran-heran menanti saya di blognya (Ge eR!!!).
Maafkeun ya belom sempat balas komen bejibun di blog, apalagi berkunjung.
Padahal saya udah kangen berat mau bacain tulisan-tulisan terbaru teman semuanya.
Kangen main ke blog Eno, semoga nanti kalau ke sana, ada banyak postingan yang bisa saya baca sekaligus.
Juga ke blog Mba Inun!
Kemaren baru sempat sejenak ke sana.
Juga blog lainnya.
Duh yeee.. i miss blog walking, tapi waktunya masih memaksa saya melakukan hal lain, hiks.
Tahu nggak sih?
Ah, pasti udah banyak nih yang tahu, kalau fee dari job instagram itu, kadang jauh lebih menggiurkan dari fee blogger.
Meskipun ya nggak selalu juga sih.
Akan tetapi, bagi yang kurang begitu suka nulis, kayaknya pasti sangat mengejar job instagram, di mana kegiatan nulisnya cuman 1 paragraf doang, hahaha.
Akan tetapi, bagi saya yang memang begitu menyukai menulis, rasanya sulit untuk mengabaikan blog, terlebih saya lebih menyukai sesuatu yang bersifat jangka panjang.
Saya nggak tahu juga sih, apakah blog benar-benar akan lebih panjang usianya ketimbang instagram?
Apakah instagram akan ditinggalkan orang someday?
Mengingat dulu juga ada path yang lumayan ramai, lalu ditutup.
Terlebih memang akhir-akhir ini, rasanya instagram itu sepi, kayaknya lari ke tiktok semua deh.
Which is jujur saya kurang demen di sono.
Oh ya, ngomongin job di instagram, saya ingat banget di tahun 2018 lalu, di mana saya baru-baru aja serius dalam dunia blog.
Karena teman blogger banyak yang eksis di instagram, saya jadi ikutan.
Dulu tuh follower saya baru sekitar 1000-2000an.
Lalu tiba-tiba, ada yang nawarin posting foto, dibayar puluhan ribu.
Wowwww, bahagia dong saya.
Bagaimana mungkin nggak bahagia.
Apa sulitnya posting foto iklan, lalu dapat duit.
Sejak saat itu saya mulai ngeh dengan penghasilan dari instagram.
Mulailah saya membangun keaktifan di akun saya yang sudah ada sejak tahun 2013 kali ya.
Lalu sedikit demi sedikit, mulai makin hepi, ketika menerima job posting IG feed campaign XL ya kalau nggak salah.
Konten dan fotonya disiapin klien, saya tinggal posting doang, tapi bayarannya kalau nggak salah 100ribu atau 150ribu ya?
Nggak ada target engangement, dan ditransfer keesokan harinya.
Bahagia nggak sih kalau gitu?
Selanjutnya mulailah saya merambah beberapa job, meski kebanyakan sih receh, puluhan ribu doang.
Kecuali dapat job dari komunitas blogger, biasanya lebih manusiawi dengan fee di atas 100ribu, dan syarat follower masih masuk akal.
Akan tetapi, dulu tuh saya selalu bertekad, cuman mau posting foto.
Saya malu banget posting vidio.
Jangankan liat rekaman wajah saya di vidio.
Dengar suara sendiri aja, rasanya mau kejang-kejang.
Sampai suatu hari, pas masih musim pemilu.
Waktu itu follower saya masih di bawah 5000an.
Ada tawaran job di atas 100 atau 200 ribu ya?
Tapi kontennya vidio pendek.
Maju mundur saya apply, malu rekamnya, tapi duitnya menggoda, hahaha.
Alhasil, saya tergoda juga sodara.
Dan begitulah, dengan berbekalkan edit seadanya, pakai aplikasi inshot, dan sekali setor ternyata di approve.
Seketika konten itu membuka kancing rasa malu saya.
Saya jadi nggak tahu malu lagi dong, nerima aja gitu kalau ada konten vidio.
Bahkaaann, saking nggak tahu malunya, kadang nggak ada yang nyuruhpun, saya pede aja bikin vidio pasang muka pas-pasan saya ini, hahahaha.
Lalu di tahun 2019, saya melihat fenomena banyak blogger yang ikutan follow loop, lalu saya ikutan juga dong.
Dengan penuh perjuangan, lelah begadang, lelah dinyinyirin.
Akhirnya sampai juga saya di 10K follower pertama saya, daann siapa sangka juga semakin membuka lebih banyak penawaran job lagi.
Yang belum pernah malang melintang di dunia kejar duit di instagram ada yang kepo nggak?
Berapa sih fee job instagram?
Sebenarnya beragam sih, sama aja kayak blog.
Namun selama ini, jujur memang lumayan banget sih dibandingkan dengan fee job blog.
Bukan hanya fee-nya lumayan.
Instagram membuat saya lebih berkesempatan mendapatkan kerjasama blog, karena saya sering memberikan penawaran paket sekaligus.
Di mana, jika dapat review produk untuk blog, saya berikan penawaran bonus share di semua medsos saya. Dan akun instagram saya memang menjadi daya tarik tersendiri.
Demikian pula, kalau ada job instagram.
Saya tawarkan paket blogpost sekalian.
Itulah mengapa saya masih bisa dilirik, meski ya sebenarnya saya bukanlah selebgram, nggak kreatif sama sekali malah, selain tulisan mah, saya seadanya aja, hahaha.
Lalu berapa fee yang biasanya saya dapatkan dari job instagram?
Yang jelas belom pernah sampai sejuta sekali job sih, hahaha (receh yak!).
Kali aja habis ini ada yang nawarin job dengan fee di atas 1 juta, uhuk..
Eh aamiin aja ya :D
Yang paling bikin shock itu adalah, pernah dapat campaign 1 feed dengan 1 foto doang, serta 1 slide IGS yaitu vidio maksimal 15 detik.
Tapi fee-nya 800rebo dong.
Saya shock dong, karena biasanya mah paling mentok 500ribu.
Itupun banyaaakkk banget syaratnya.
Enak dong Rey?
Enak sih, meski ada juga banyak nggak enaknya.
Sama kayak kehidupan sih, kadang bahagia dan mudah, kadang juga terasa sulit.
Hari ini dapat job dengan fee yang bikin hepi, kontennya sederhana, kliennya nggak ribet.
Besok bisa saja dapat job dengan gontok-gontokan nawar rate card, lalu setelahnya baru kirim brief yang umum.
Pas waktunya tiba, diminta bikin konten yang mirip contoh yang dikirimkan, di mana konten itu udah jauuuhhh melengceng dari brief.
Belom lagi, revisi bolak balik, kalau revisi foto sih, insha Allah aman, saya selalu stock foto beragam pose saat bikin konten.
Lah kalau revisi vidio?
Apalagi vidio masak-masakan.
Pengen lempar wajan rasanya, hahahaha.
Tapi semua itu memang kayak tantangan sih, kalau kita berhasil melewatinya tanpa drama, selebihnya kalau ada job lagi, udah nggak pakai daftar-daftar lagi kita bakalan langsung ditanya, mau apa enggak?
Jadi kayak repeat order aja deh.
Setelah beberapa lama malang melintang dalam dunia mengais rezeki receh di instagram, saya jadi ingin membagikan beberapa hal penting yang mungkin bermanfaat bagi teman pemula yang baru ingin terjun mengais rezeki di instagram.
So jangan cuman kecanduan beli follower dengan cara bayar sponsor giveaway, tapi isi juga akunnya, bikin konten biar akunnya nggak kayak kuburan (ngomong ama diri sendiri ini mah, akhir-akhir ini saya beneran kewalahan rasanya even cuman posting foto di IG)
Nggak tahu kenapa kok akhir-akhir ini IG beneran sepi deh, jadi males saya upload foto, kecuali job hahaha.
Ini yang paling sering ditanyakan banyak teman-teman.
Baik di grup facebook SMSC, maupun di grup komunitas blogger.
Atau di platform-platform influencer gitu.
Dan saya juga sering menyarankan kepada teman-teman, untuk liat harga pasaran dari situ.
Akan tetapi, seiring pengalaman, saya ogah ikutan harga pasaran.
Saya lebih memilih menimbang 2 hal, yaitu:
Tidak semua konten yang terlihat biasa, bikinnya juga biasa dong.
Seperti yang saya tuliskan di beberapa waktu lalu, di mana bikin konten foto maupun vidio, terutama bareng anak, ya Allaaaahhhh....
Saya ngomel meluluuuu!
Rumah jadi berantakan karena nyiapin perintilan, tahu-tahu udah sore, dikejar waktu sholat, mandiin anak dan segala macam.
Sumpah ya, saya depresi banget rasanya kalau bikin konten melibatkan anak itu.
Sejak saat itu saya belajar satu hal baru, bahwa saat menerima tawaran, saya harus benar-benar memperhatikan brief-nya, ada apa yang dimaui klien.
Lalu saya bisa membayangkan, apa yang harus saya siapkan untuk bikin konten tersebut.
Dan dari situlah saya bisa menilai, berapa harga konten yang saya bikin tersebut.
Jadi faktor awal yang kudu diperhatikan dalam menentukan rate card instagram ya, seberapa harga waktu, tenaga dan ide kita dalam membuat konten tersebut.
Sering juga saya menggunakan IG Ads untuk membantu meluaskan engangement.
Tentu saja hal itu kudu dihitung masuk dalam perhitungan rate card, termasuk waktu yang kita investasikan dalam membangun akun tersebut.
Kalau kemahalan gimana?
Biarin!
Daripada ngasih rate card murah menurut kita, terus kita depresi bentak-bentak anak, duh nggak sebanding rasanya dengan duit yang kita dapatkan.
Setidaknya kalau harganya sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita juga bisa ngerjainnya dengan senang hati.
Jadilah unik.
Yang mudah sih dengan menjadi diri sendiri yang kita sukai.
Asal konsisten, lama-lama kita bisa jadi influencer setidaknya oleh beberapa orang follower kita.
Karena cantik saja bahkan nggak terlalu laku di instagram.
Apalagi yang tampangnya pas-pasan kayak mamak Rey ini? hahaha.
Kreatif, hadeehhh... juga enggak.
Karenanya, saya membawa blog sebagai salah satu kelebihan saya di antara para influencer lainnya.
Bukan sekadar punya blog.
Tapi saya adalah blogger yang aktif, yang tentu saja menjadi sebuah kelebihan di antara influencer lainnya.
Apalagi ya?
Tambahin deh kalau ada lagi, hahahaha.
Capek juga nulis.
Saya tadi udah nulis panjang, nggak sengaja mencet google translate otomatis, langsung tulisan ini jadi separuh Inggris, separuh melayu.
Alhasil saya tulis ulang dong.
Bikin bete.
Udah ah, saya mau nulis draft kerjaan dulu, sebelum dipentungin deadline, hahaha
Kalau temans, punya pengalaman dalam seputar job instagram kah?
Gimana pengalaman nentukan rate card instagramnya?
Share dong.
Sidoarjo, 21 Juli 2020
#TuesdayTechno
Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey
Ada yang bingung nggak nentukan tarifnya?
Kalau ada, sini kita berpelukannnnn (yang ciwi-ciwi aja, tapinya), yang mahrom, hehehe.
Setidaknya udah sekitar kurang lebih dua tahunan saya mengais rezeki di instagram, tapi entah mengapa saya juga masih sering bingung menentukan rate card saya.
Btw, ini ketiga kalinya saya bahas rate card ya, yang pertama dan kedua sih saya bahas mengenai rate card blogger.
Yang mana, jujur menurut saya jauh lebih mudah menentukan rate card blogger, ketimbang instagram.
Karena blogger itu semacam investasi jangka panjang, selama masih ada platform yang kita gunakan, masih mau merawat domain kita, tidak menghapus postingan berbayar tersebut, selama itu juga keuntungan didapatkan oleh klien.
Berbeda dengan instagram, apalagi di masa sekarang, rasanya kok mau ngasih tarif tinggi, malu juga kalau engangement yang kita hasilkan tidak sefantastis follower kita.
Akan tetapi, mau merendahkan rate, BIKIN KONTEN ITU SYUSYAH JUGA TAUK!
Oh ya, sebelum menulis lebih lanjut, saya mau menyapa teman-teman yang mungkin terheran-heran menanti saya di blognya (Ge eR!!!).
Maafkeun ya belom sempat balas komen bejibun di blog, apalagi berkunjung.
Padahal saya udah kangen berat mau bacain tulisan-tulisan terbaru teman semuanya.
Kangen main ke blog Eno, semoga nanti kalau ke sana, ada banyak postingan yang bisa saya baca sekaligus.
Juga ke blog Mba Inun!
Kemaren baru sempat sejenak ke sana.
Juga blog lainnya.
Duh yeee.. i miss blog walking, tapi waktunya masih memaksa saya melakukan hal lain, hiks.
Cerita Pertama Kali Dapat Job Di Instagram
Tahu nggak sih?
Ah, pasti udah banyak nih yang tahu, kalau fee dari job instagram itu, kadang jauh lebih menggiurkan dari fee blogger.
Akan tetapi, bagi yang kurang begitu suka nulis, kayaknya pasti sangat mengejar job instagram, di mana kegiatan nulisnya cuman 1 paragraf doang, hahaha.
Akan tetapi, bagi saya yang memang begitu menyukai menulis, rasanya sulit untuk mengabaikan blog, terlebih saya lebih menyukai sesuatu yang bersifat jangka panjang.
Saya nggak tahu juga sih, apakah blog benar-benar akan lebih panjang usianya ketimbang instagram?
Apakah instagram akan ditinggalkan orang someday?
Mengingat dulu juga ada path yang lumayan ramai, lalu ditutup.
Terlebih memang akhir-akhir ini, rasanya instagram itu sepi, kayaknya lari ke tiktok semua deh.
Which is jujur saya kurang demen di sono.
Oh ya, ngomongin job di instagram, saya ingat banget di tahun 2018 lalu, di mana saya baru-baru aja serius dalam dunia blog.
Karena teman blogger banyak yang eksis di instagram, saya jadi ikutan.
Dulu tuh follower saya baru sekitar 1000-2000an.
Lalu tiba-tiba, ada yang nawarin posting foto, dibayar puluhan ribu.
Wowwww, bahagia dong saya.
Bagaimana mungkin nggak bahagia.
Apa sulitnya posting foto iklan, lalu dapat duit.
Sejak saat itu saya mulai ngeh dengan penghasilan dari instagram.
Mulailah saya membangun keaktifan di akun saya yang sudah ada sejak tahun 2013 kali ya.
Lalu sedikit demi sedikit, mulai makin hepi, ketika menerima job posting IG feed campaign XL ya kalau nggak salah.
Konten dan fotonya disiapin klien, saya tinggal posting doang, tapi bayarannya kalau nggak salah 100ribu atau 150ribu ya?
Nggak ada target engangement, dan ditransfer keesokan harinya.
Bahagia nggak sih kalau gitu?
Selanjutnya mulailah saya merambah beberapa job, meski kebanyakan sih receh, puluhan ribu doang.
Kecuali dapat job dari komunitas blogger, biasanya lebih manusiawi dengan fee di atas 100ribu, dan syarat follower masih masuk akal.
Akan tetapi, dulu tuh saya selalu bertekad, cuman mau posting foto.
Saya malu banget posting vidio.
Jangankan liat rekaman wajah saya di vidio.
Dengar suara sendiri aja, rasanya mau kejang-kejang.
Sampai suatu hari, pas masih musim pemilu.
Waktu itu follower saya masih di bawah 5000an.
Ada tawaran job di atas 100 atau 200 ribu ya?
Tapi kontennya vidio pendek.
Maju mundur saya apply, malu rekamnya, tapi duitnya menggoda, hahaha.
Alhasil, saya tergoda juga sodara.
Dan begitulah, dengan berbekalkan edit seadanya, pakai aplikasi inshot, dan sekali setor ternyata di approve.
Seketika konten itu membuka kancing rasa malu saya.
Saya jadi nggak tahu malu lagi dong, nerima aja gitu kalau ada konten vidio.
Bahkaaann, saking nggak tahu malunya, kadang nggak ada yang nyuruhpun, saya pede aja bikin vidio pasang muka pas-pasan saya ini, hahahaha.
Lalu di tahun 2019, saya melihat fenomena banyak blogger yang ikutan follow loop, lalu saya ikutan juga dong.
Dengan penuh perjuangan, lelah begadang, lelah dinyinyirin.
Akhirnya sampai juga saya di 10K follower pertama saya, daann siapa sangka juga semakin membuka lebih banyak penawaran job lagi.
Nilai Fee Job Instagram Yang Pernah Saya Dapatkan
Yang belum pernah malang melintang di dunia kejar duit di instagram ada yang kepo nggak?
Berapa sih fee job instagram?
Namun selama ini, jujur memang lumayan banget sih dibandingkan dengan fee job blog.
Bukan hanya fee-nya lumayan.
Instagram membuat saya lebih berkesempatan mendapatkan kerjasama blog, karena saya sering memberikan penawaran paket sekaligus.
Di mana, jika dapat review produk untuk blog, saya berikan penawaran bonus share di semua medsos saya. Dan akun instagram saya memang menjadi daya tarik tersendiri.
Demikian pula, kalau ada job instagram.
Saya tawarkan paket blogpost sekalian.
Itulah mengapa saya masih bisa dilirik, meski ya sebenarnya saya bukanlah selebgram, nggak kreatif sama sekali malah, selain tulisan mah, saya seadanya aja, hahaha.
Lalu berapa fee yang biasanya saya dapatkan dari job instagram?
Yang jelas belom pernah sampai sejuta sekali job sih, hahaha (receh yak!).
Kali aja habis ini ada yang nawarin job dengan fee di atas 1 juta, uhuk..
Eh aamiin aja ya :D
Yang paling bikin shock itu adalah, pernah dapat campaign 1 feed dengan 1 foto doang, serta 1 slide IGS yaitu vidio maksimal 15 detik.
Tapi fee-nya 800rebo dong.
Saya shock dong, karena biasanya mah paling mentok 500ribu.
Itupun banyaaakkk banget syaratnya.
Enak dong Rey?
Enak sih, meski ada juga banyak nggak enaknya.
Sama kayak kehidupan sih, kadang bahagia dan mudah, kadang juga terasa sulit.
Hari ini dapat job dengan fee yang bikin hepi, kontennya sederhana, kliennya nggak ribet.
Besok bisa saja dapat job dengan gontok-gontokan nawar rate card, lalu setelahnya baru kirim brief yang umum.
Pas waktunya tiba, diminta bikin konten yang mirip contoh yang dikirimkan, di mana konten itu udah jauuuhhh melengceng dari brief.
Belom lagi, revisi bolak balik, kalau revisi foto sih, insha Allah aman, saya selalu stock foto beragam pose saat bikin konten.
Lah kalau revisi vidio?
Apalagi vidio masak-masakan.
Pengen lempar wajan rasanya, hahahaha.
Tapi semua itu memang kayak tantangan sih, kalau kita berhasil melewatinya tanpa drama, selebihnya kalau ada job lagi, udah nggak pakai daftar-daftar lagi kita bakalan langsung ditanya, mau apa enggak?
Jadi kayak repeat order aja deh.
Hal-Hal Penting Dalam Job Instagram A La Rey
Setelah beberapa lama malang melintang dalam dunia mengais rezeki receh di instagram, saya jadi ingin membagikan beberapa hal penting yang mungkin bermanfaat bagi teman pemula yang baru ingin terjun mengais rezeki di instagram.
Follower penting, tapi engangement juga lebih penting
So jangan cuman kecanduan beli follower dengan cara bayar sponsor giveaway, tapi isi juga akunnya, bikin konten biar akunnya nggak kayak kuburan (ngomong ama diri sendiri ini mah, akhir-akhir ini saya beneran kewalahan rasanya even cuman posting foto di IG)
Nggak tahu kenapa kok akhir-akhir ini IG beneran sepi deh, jadi males saya upload foto, kecuali job hahaha.
Tentukan rate card instagram dengan 2 hal, konten dan engangement
Ini yang paling sering ditanyakan banyak teman-teman.
"Mbak Rey, berapa sih rate card IG untuk follower 10K, saya takutnya kasih harga kemahalan, atau mungkin kemurahan?"Jujur, awal-awal saya menentukan rate card instagram itu, patokannya dari job yang saya apply dari berbagai info.
Baik di grup facebook SMSC, maupun di grup komunitas blogger.
Atau di platform-platform influencer gitu.
Dan saya juga sering menyarankan kepada teman-teman, untuk liat harga pasaran dari situ.
Akan tetapi, seiring pengalaman, saya ogah ikutan harga pasaran.
Saya lebih memilih menimbang 2 hal, yaitu:
1. Konten
Iyaaaa...Tidak semua konten yang terlihat biasa, bikinnya juga biasa dong.
Seperti yang saya tuliskan di beberapa waktu lalu, di mana bikin konten foto maupun vidio, terutama bareng anak, ya Allaaaahhhh....
Saya ngomel meluluuuu!
Rumah jadi berantakan karena nyiapin perintilan, tahu-tahu udah sore, dikejar waktu sholat, mandiin anak dan segala macam.
Sumpah ya, saya depresi banget rasanya kalau bikin konten melibatkan anak itu.
Sejak saat itu saya belajar satu hal baru, bahwa saat menerima tawaran, saya harus benar-benar memperhatikan brief-nya, ada apa yang dimaui klien.
Lalu saya bisa membayangkan, apa yang harus saya siapkan untuk bikin konten tersebut.
Dan dari situlah saya bisa menilai, berapa harga konten yang saya bikin tersebut.
Jadi faktor awal yang kudu diperhatikan dalam menentukan rate card instagram ya, seberapa harga waktu, tenaga dan ide kita dalam membuat konten tersebut.
2. Engangement
Setelah dapat harga konten sesuai harga yang kita pikirkan wajar dan masuk akal sesuai usaha kita, baru deh saya perkirakan, seberapa luas saya bisa memberikan engangement.Sering juga saya menggunakan IG Ads untuk membantu meluaskan engangement.
Tentu saja hal itu kudu dihitung masuk dalam perhitungan rate card, termasuk waktu yang kita investasikan dalam membangun akun tersebut.
Kalau kemahalan gimana?
Biarin!
Daripada ngasih rate card murah menurut kita, terus kita depresi bentak-bentak anak, duh nggak sebanding rasanya dengan duit yang kita dapatkan.
Setidaknya kalau harganya sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita juga bisa ngerjainnya dengan senang hati.
Be unique!
Jadilah unik.
Yang mudah sih dengan menjadi diri sendiri yang kita sukai.
Asal konsisten, lama-lama kita bisa jadi influencer setidaknya oleh beberapa orang follower kita.
Apalagi yang tampangnya pas-pasan kayak mamak Rey ini? hahaha.
Kreatif, hadeehhh... juga enggak.
Karenanya, saya membawa blog sebagai salah satu kelebihan saya di antara para influencer lainnya.
Bukan sekadar punya blog.
Tapi saya adalah blogger yang aktif, yang tentu saja menjadi sebuah kelebihan di antara influencer lainnya.
Apalagi ya?
Tambahin deh kalau ada lagi, hahahaha.
Capek juga nulis.
Saya tadi udah nulis panjang, nggak sengaja mencet google translate otomatis, langsung tulisan ini jadi separuh Inggris, separuh melayu.
Alhasil saya tulis ulang dong.
Bikin bete.
Udah ah, saya mau nulis draft kerjaan dulu, sebelum dipentungin deadline, hahaha
Kalau temans, punya pengalaman dalam seputar job instagram kah?
Gimana pengalaman nentukan rate card instagramnya?
Share dong.
Sidoarjo, 21 Juli 2020
#TuesdayTechno
Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey
Saya mah ngga bikin akun Instagram mbak, soalnya malas urus banyak akun. Salut buat mbak Rey yang bisa urus akun sosmed (Instagram, Facebook, Twitter, dll) juga bisa ngurus blog. Saya cukup urus blog saja, ke Facebook kadang kadang saja.😄
BalasHapusTernyata pernah tembus dapat rate 800 ribu sekali job, lumayan juga ya, kalo mengandalkan adsense Google bisa setahun dapatnya.🤣 Eh malah sekarang tambah turun, sebulan cuma 30 ribu.😂
Misalnya dapat rate card rata rata 500 ribu, sebulan dapat job 10-15 kali, lumayan penghasilan mbak Rey. Sebulan dapat 5-7 juta. Lumayan lah biarpun memang repot bikin foto yang bagus. Belum lagi bikin video biar sesuai tuntutan klien. Eh tapi sekarang sudah banyak stok foto dan video nya ya, makin mudah bikin kontennya.😊
Oh pantesan aku jarang lihat mbak Rey akhir akhir ini blog walking, ternyata sedang sibuk ya mbak. Semoga sibuk bikin konten biar banyak penghasilan.😄
Dah ah, saya juga mau nyari penghasilan, keliling dulu jualan.😄😄😄
Aamiin :D
HapusSebenarnya pengen jadikan pendukung aja, tapi kadang lagi sepi di blog, job IG yang nutupin.
Sebenarnya kalau fokus bisa saja loh membangun salah satunya, yaitu blog atau IG.
Banyak orang yang fokus besarin 1 akun, dan dapat jobnya makin banyak :D
Nggak pernah berniat maen instagram.. soalnya itu mah cuma wat majang hasil foto doang.. Jadi nggak mikirin banget..:-D
BalasHapusTapi, saya setuju kok.. Jangan dijual murah.. Berani lah sedikit supaya bisa dapat lebih
Betul Pak, bikinnya juga pake modal :D
HapusMemang yaa, dunia endorsement atau apapun itu yang berhubungan dengan sosmed, nggak sebatas nge-post "doang" kemudian dapet duit, ada tetesan keringat di balik itu semua 😂
BalasHapusJujur aku sempat tergiur pengen dapet job untuk IG. Sayangnya, tiap kali ditawarin campaign, salah satu syaratnya min punya 2-5k followers. Ciut deh ahahaha karena akun IG ku sendiri masih personal banget sih, kayaknya untuk cari pundi-pundi uang dari sana sepertinya memang belum bisa. Apalagi job IG biasanya mengandalkan jumlah followers, kan. Sementara akunya lebih pengen fokus ngeblog aja deh. Untuk fokusin sharing konten di IG lagi makkk nyerah aku 😂
Makanya aku saluttt dengan teman-teman yang bisa berbagi konten sekaligus full timer di sosmed seperti Mba Rey. Karena effort-nya pasti berjuta-juta kali lipat.
Thank youuu Mba Rey udah berbagi informasi ini. Semoga berguna untuk teman-teman lainnya yang membutuhkan :D
hehehe iyaaaa, sebenarnya dipaksain juga, jadinya kurang fokus, masih belum bisa kayak teman-teman lainnya yang effortny luar biasa, punya akun IG 3-4 dan semuanya aktif, keren emang :D
HapusTernyata lumayan yaaa fee utk IG itu :D. Tapi tetep sih aku mah tau diri, Krn postingan IG aja paling mentok cuma 80an likes. Bisa 100an itu kalo pasang foto muka wkwkkwkwkwk. Ga tau Napa, postingan iseng yg ada muka slalu LBH banyak likesnya drpd yg ga ada muka :D.
BalasHapusSalut sih Ama selebgram yg bisa bener2 jd influencer melalui akun2nya. Ga gampang bisa begitu. Jd dipikir2 ya wajar kalo tarifnya juga mahal :). Belum lagi yg pasang fotonya pake niat bangetttt :D. Gunain drone segala pula. Modalnya aja udh gede :D.
Aku cukup sebagai penikmat konten . Rasanya serius di medsos memang bukan jalanku. Apalagi aku tipe yg msh ga PD bikin video, ato membuat konten yg beda . Gimana mau jadi selebgram hahahaha.
Semangaaat Rey ^o^ ... Kalo konten2 yg kamu buat mah, nth di IG ato blog, aku liat kamu memang serius kok prepare nya. Apalagi cara kamu menulis caption dan tulisan di blog juga g prnh ngebosenin :). mau sepanjang apapun, dibacanya ttp enak aja ... :)
awww makasih Mbaaa..
HapusBtw saya sering banget tuh ikut event, terus kan biasanya ada blogger, ada influencer yang diundang, kebanyakan tuh influencer datang bawa fotografer sendiri loh, kadang mereka bayar rame-rame, 3 orang 1 fotografer gitu :D
Emang niat abis ya :)
Instagram saya gara gara diarahkan sama si facebook. Makanya buat asalan saja. Kiranya ada peti uang juga di sana. Eh IGTV katanya bakalan jadi saingan serius youtube lho...
BalasHapusNah beneran, IGTV juga menarik digunakan :)
HapusSetelah dapet job instgaram, upload foto/video, lalu pusing cari engagement.. hahaha.
BalasHapusJob Ig keliatannya mudah, tapi pas dijalani kadang rempong juga ya, apalagi kalo job bareng anak, mamak pusing. wkwk.. persis yang mba rey alamin.
Pernah si Arfan, entah kenapa susah banget diajak foto. Sampe 2 hari dong belum dapet juga foto yang cucok. emaknya makin pusing dan keki..
Betul banget, udah mah rumah berantakan, belum nyuci, belum nyuapin anak, tau-tau sore.. laper.. tapi belum masak.. ku bad mood banget. wkwk.. tapi pernah juga diajak foto gampang banget, gak nyampe setengah jam udah dapet yang cucok.. kalo kayak gini baru deh mamak happy. haha..
kalo job video, aku maju mundur mau ngambil, tergantung fee sih. wkwk.. soale kan lebih rempong ya.. belum lagi edit videonya, bikin alurnya dll.. hihi..
iyaaa.. mending disesuaikan ya, ketimbang asal terima, abis itu ngehek sendiri bikinnya, mana feenya nggak seberapa :D
HapusPengalaman yang sangat mengesankan mbak. Instagram lagi naik daun, termasuk tiktok.
BalasHapusWalaupun tiktok kelihatannya masih diisi oleh pengguna yang kebanyakan 'alay', namun saya liat para internet marketer sudah mulai masuk dan menyasar tiktok juga. hihi
Iya, kalau tiktok saya belom berani, masih sebatas sesekali buka, agak eneg juga dengan kealayannya hahaha
Hapushahaha tau aja sih mba rey kalau aku ngarep ngarep komen di blog mba rey, kok ga ada perubahan ya. hari ini liat belum ada reply, besok diliat belum juga, aku mikirnya "oohh lagi sibuk beut nih keknya", beneran toh ternyata :D
BalasHapusdapet fee sekian ratus ribu kayak 800tadi udah wow banget mba. dulu aku nggak pasang rate, tiba tiba dibayar mungkin 400 atau 700, lupa sekitar itu, udah lama banget. kaget juga & bersyukur masih ada yang percaya dengan kemampuanku :D
yang penting tetep berkarya sesuai passion aja
awalnya aku nentuin rate card IG mengira-ngira saja perjuangan yang nantinya bakal aku lakukan, misal kalau foto ribet enggaknya, kalau video pasti ini itu butuhnya, tenaga dan konsep juga mungkin, yang menurut aku pas aja.
kemudian joint di platform digital yang sudah ada sistem perhitungan feenya, malah awalnya aku kasih rate "biasa", ternyata menurut platform itu dikasih gedean.
Pakai apa Mba? kadang memang udah ditentukan ratenya, ada juga yang minta rate card dulu :)
HapusWah..bestnya
BalasHapusThanks :)
HapusHi mba Rey salam kenal!
BalasHapusKeren bgt mba bs konsisten di IG dan blog. Byk temen saya yg nyaranin buat konsen di IG aja krn blog mulai susah engagement nya. Tp berhubung IG followernya dibawah 1000 dan blog jg masih gini2 aja, jdnya bingung mau fokus kemana hehe.
Thanks buat insight-nya mba Rey
Salam kenal juga, hihihi iya, blog memang saat ini agak tenggelam, tapi menurut saya akan lebih baik lagi kalau kita mendalami hal yang kita sukai, akan lebih mudah ketimbang hal yang kadang kita nggak nyaman :)
HapusPilih aja dulu mana yang lebih disukai, nantinya kembangin secara konsisten, lama-lama bakal menghasilkan kok :)