Meskipun, hal tersebut tentu saja tidak semudah menuliskannya.
Khususnya buat saya.
Si wanita (sok) sempurna alias selalu menganggap kekurangan manusia itu wajar, selagi tidak merugikan orang lain.
Akan tetapi, saat kekurangan kita mulai merugikan dan membuat tidak nyaman orang lain, sebijaknyalah kita bisa memperbaiki diri, setidaknya bisa menutupinya dengan hal-hal lain yang menjadi kelebihan kita.
Itu menurut saya.
Masalahnya, tidak banyak yang sepakat dengan pemikiran saya, kebanyakan orang menganggap, kalau kekurangan pasangan itu wajib diterima, seperti kita menerima kelebihannya.
Demikian juga dengan pasangan saya.
Dia adalah penganut pemikiran seperti itu.
Dan di situlah letak tantangannya.
Kekurangan Pasangan Yang Bikin Tidak Nyaman
Sepertinya sih saya udah pernah bahas nih, beberapa kekurangan pasangan di postingan terdahulu, bahkan minggu lalu juga saya membahas salah satu kekurangannya yang sumpah bikin saya pengen lari ke Mars dulu dah.
Apalagi kalau bukan pasangan yang membosankan !!!
Duh yaaa...
Meskipun pada akhirnya, saya sendiri yang kudu berdamai dengan semua itu, tapi kalau boleh dibahas nih ya, sumpah gregetan banget.
I mean, iya sih!
Diterima kekurangannya.
Tapi kalau bikin nggak bisa nafas?
Memang butuh keikhlasan tingkat universe deh!
Yang lebih parah lagi, makin hari kelakuan si pasangan itu udah kek ABG lagi.
Oh stop!
Jangan bilang kalau itu namanya puber kedua.
Kagak ada tuh yang namanya puber kedua, emangnya mau tumbuh 2 jakun di leher apa?
Maksud saya, kekurangannya yang lalu tuh, sudah sangat membuat hidup orang jadi berantakan, anak-anak tentunya.
Selain membosankan (menurut saya) si pasangan itu orangnya lebih suka jadi follower saya, padahal dia laki loh.
Pun juga suka banget menunda-nunda pekerjaan, kerja seadanya aja.
Lalu berakhir dengan nggak bisa ngomong kalau diajak komunikasi. Diam aja sampai kiamat datang.
Hobinya tidur! Padahal nggak pernah ada di rumah, sekali ada di rumah, anak-anak kangen, eh dia ajak bercengkrama sebentar, lalu tiba-tiba hening.
Ternyata dia ngorok, dan anak-anak nonton youtube sampai tengah malam.
Padahal, saya udah lama banget malas banget ngecek ponselnya.
Lupain dulu deh dengan selingkuh atau mesra-mesraan sama wanita lain di chatingan, I DON'T CARE anymore!
Akan tetapi, yang saya takutkan adalah, gambar-gambar atau bahkan vidio porno yang ada di ponselnya, tau sendiri kan bagaimana grup yang isinya laki semua?
Isi WAGnya kalau nggak gambar porno, vidio porno atau meme-meme vulgar gitu.
Daaann, sebalnya, dia lupa kalau anaknya udah menjelang remaja.
*Sigh.... sigh.... sigh....
Hobinya tidur, pas bangun bete sama saya karena merasa karirnya kacau sementara usianya makin tuwah.
Ya kaleeeee karir bagus, mimpi mulu!
Bermimpi itu bagus, tapi bukan juga kitanya bobok mulu biar mimpi teroooosss!
Saking sukanya tidur mulu, pas bangun tuh, kerjanya ngasal aja dikejar waktu.
Blio sih baik banget (bagi kacamata banyak wanita lain).
Karena, jarang kan ada suami yang mengurus dirinya sendiri, kalau di rumah urusin anak-anaknya, meski ujungnya ditinggal bobok.
Pas pulang ke rumah, sebelum berangkat, dia pasti masakin kami dulu.
Habis itu saya kesal.
Selain hal-hal yang pernah saya tuliskan dulu yaitu tentang suami yang bantuin kerjaan istri.
Saya jadi males makan karenanya.
Gimana enggak?
Dia baik banget dong, masakin kami sup ayam jagung campur brokoli.
DAAANNN..... CAMPUR ULAT BEBERAPA EKOR SODARAH!
Di lain waktu, dia masak makanan yang saya suka, teri kering campur kacang.
Di lain waktu, dia masak makanan yang saya suka, teri kering campur kacang.
Saya udah semangat mau makan, meski kesal karena liat ada laosnya.
I hate laos jika berada di makanan yang enggak tepat.
Dan lebih bete lagi pas nyendok ke piring, saya shock melihat sesuatu yang aneh.
Ada kaki seribunya sodaraaaa!!!!!!
Astagaaaa...!!!
Itu belum termasuk ayam kecap yang amis, saking nyuci ayam nggak bersih.
Ikan gurami goreng yang pahit dan amis banget, saking dia nggak bersihin isi perutnya serta cuci dengan bersih.
Saya jadi ingat kemarin baca postingan di facebook, tentang beberapa makanan yang dibeli di warteg, ada benda dan hewan macam-macam.
Mulai dari ada staplesnya (ini mah biasa kali ya), ada bungkus shampo sachetan segala, sampai kunci dong kegoreng!
Belum ketambahan hewan menjijikan, kayak ada kaki seribu di gorengan, bahkan sampai ada cicak yang kegoreng, howeekkk!
Duuuhhh..
Saya tuh ya kadang iseng berpikir, pengen ke tempat kerjaannya (btw sampai saat ini saya nggak tahu dong dia kerja di mana, apalagi gajinya berapa?, dia nggak pernah ngasih tahu, dan saya terlalu malas berantem hanya untuk sekadar tahu), pengen gitu ke sana.
Bantuin kerjain tugasnya.
Bikin laporan mungkin?
Lalu saya salah-salahin laporannya, dan langsung kasih ke bosnya.
Hanya demi memberi tahu, begitulah rasanya jika pasangan kita ingin membantu kita, tapi justru malah bikin masalah :(
Ya karena hidupnya yang suka menunda kerjaan, doyan molor, akhirnya pas kebangun dan waktu tinggal sedikit, dia gedubrakan asal aja.
Dan memang cara kerjanya itu ya gitu, ngasal.
Yang gitu-gitu itu sebenarnya.
Baik sih baik, tapi tidak sampai ke tujuannya.
Sama kayak tulisan saya tentang suami istri yang memaknai cinta.
Tapi ini versi lebih berat lagi.
Bukan lagi masalah suami mendefinisikan cinta ke istri itu dengan setia dan bertanggung jawab, sementara definisi cinta yang diinginkan istri adalah perhatian.
Bukan..
Ini lebih ke pilihan.
Jika memang suami memang nggak bisa memberikan perhatian, setidaknya berikanlah nafkah yang cukup, agar istri fokus ke kodratnya sebagai ibu, yaitu mengasuh anak sebaik-baiknya, nggak perlu lagi menomor sekiankan anak-anak karena kudu ngerjain deadline kerjaan karena butuh uang.
Atau, kalau memang nggak bisa atau belum bisa memberikan uang yang cukup, tolonglah istri agar bisa ikhlas mengerjakan kodratnya mengasuh anak, sekaligus membantu keuangan yang seharusnya jadi kodrat lelaki.
Cukup dengan mengerti kemarahannya, mendengarkan keluh kesahnya, memeluknya saat menangis.
Astagaaaaa... saya bisa meneriakan pada dunia, betapa saya HAUS BANGET AKAN PELUKAN TULUS!
Serius!
Saya butuh seseorang memeluk saya untuk meringankan beban saya.
Itu berat banget ya Allah...
Tahu nggak sih, saya bahkan sering nggak tidur malam, saking kerjain job, atau sibuk browsing cari job, demi uang.
Demi meringankan bebannya, yang memang saat ini lagi down banget keuangannya?
Masalahnya, adalah...
Si pasangan itu nggak bisa berikan keduanya, dan memaksakan semua harus baik-baik saja.
Dia tidak suka kalau saya ngomel, saat dia di rumah, padahal saya ngomel karena saya capek dan ngantuk banget masha Allah.
Dia tidak suka saya meneriaki anak, padahal itu terjadi saat saya sedang tidak baik-baik saja.
Saya capek, saya ngantuk, saya lapar, tapi saya dipaksa jadi ibu sempurna layaknya bidadari.
Itu loh maksud saya.
Kekurangan si pasangan itu, memang selayaknya saya harus terima, karena manusia memang nggak ada yang sempurna.
Tapi kekurangannya bikin saya pengen bunuh diri, dan bahkan saya sudah pernah lakukan hal itu, si Eno tahu tuh, ada di salah satu cerita di buku yang akan diterbitkan oleh Eno, insha Allah.
Masalah prinsip, yang dulunya dia setuju-setuju aja dengan prinsip saya, sekarang memaksakan prinsipnya, tapi sama sekali nggak bertanggung jawab.
Ujung-ujungnya kacau, dia kabur.
Nunggu beres dulu, baru balik, sama sekali nggak pernah mau punya inisiatif memperbaiki, maunya semua otomatis membaik dengan sendirinya.
Gitu, kayak sekarang karirnya buruk, nyalahin saya.
Ya kali ada pekerja yang hebat dengan sifat seperti itu?
Kabur setiap kali ada masalah?
Ah pokoknya, kekurangan pasangan tuh sangat memberatkan saya banget, meski akhirnya saya nggak punya pilihan jalan keluar, atau lebih tepatnya belum punya.
Berdamai Dengan Kekurangan Pasangan Di Mata Kita
Pada akhirnya, seperti yang saya tuliskan minggu lalu.
Nggak ada jalan pulang!
Sudah menikah, ibarat kata Ale-nya Anya di Critical Eleven.
Oke deh, itu kepanjangan, Rey!"Saya menyebrangi jembatan kecil untuk menikah dengannya. Dan saya sudah membakar jembatan itu untuknya, saya nggak bisa kembali, kecuali saya membangun kembali jembatan itu!"
Hahaha.
Sudah menikah dan punya anak.
Alasan klasik wanita yang nggak punya pemasukan tetap dan jauh dari ortu, hahaha.
Meskipun saya pengen menghilangkan alasan 'karena anak' itu.
Karena akhir-akhir ini saya sudah dipenuhi bisikan yang bikin saya jadi benci anak-anak.
Saya merasa mereka adalah penyebab kesengsaraan tak berpintu ini.
Karena mereka, saya nggak bisa ngapa-ngapain meski saya pengen bunuh diri aja rasanya, hiks.
Lalu saya berpikir, atau lebih tepatnya memaksa diri untuk berpikir.
Well, masih sebatas memaksa diri untuk berpikir seperti itu sih, tapi setidaknya udah ada pengingat di hati saya, saat saya benar-benar capek."Anak-anak adalah harta terbesar saya, apapun yang saya putuskan, mereka adalah pegangan saya nomor satu!"
Saat saya ngantuk.
Saat saya ketakutan akan masa depan mereka.
Pikiran itu sedikit banyak bermanfaat bagi saya.
Ya, saya harus berjuang.
Harus bisa berdamai dengan keputusan diri yang memilih lelaki seperti itu untuk menjadi teman hidup saya.
Meski mungkin saya salah pilih, tapi saya kan manusia.
Manalah saya tahu kalau ternyata lelaki yang saya pilih dengan mengorbankan seluruh hidup saya itu bakal berubah di kemudian hari seperti sekarang?
Kebahagiaan anak-anak adalah mami dan papinya.
Saya sering banget bertanya sama kakak, even kayak tadi malam papinya mukul dia dengan keras, sampai pantatnya bengkak.
Saya tanya, dia suka ada papi atau enggak?
Si kakak diam saja sambil menangis.
Wich is saya tahu banget, kalau dia seperti itu, berarti dia nggak bisa memilih.
Begitulah.
Pada akhirnya, belum ada jalan lain selain berdamai dengan kekurangan pasangan.
Mencoba mengerti dan bertahan sampai batasnya.
Batas jodoh atau usia.
Who knows kan ya?
Apa mungkin batas jodoh saya dengan suami adalah saat kami dipisahkan maut nanti?
Atau mungkin setelah anak-anak dewasa nanti?
Who knows?
Yang harus saya lakukan adalah, berdamai seperti saya mencoba berdamai dengan sifat pasangan yang amat sangat membosankan itu.
Yang harus saya lakukan adalah, berdamai seperti saya mencoba berdamai dengan sifat pasangan yang amat sangat membosankan itu.
Meski ini lebih berat sih ya.
Tapi, kalau selama 11 tahun saya bisa bertahan?
Mengapa sekarang saya harus menyerah?
Sudah tahu 'why' nya mengapa saya berjuang, yaitu kebahagiaan dan masa depan anak ada di papinya.
Yang perlu saya lakukan adalah berjuang untuk ikhlas.
Yang perlu saya lakukan adalah berjuang untuk ikhlas.
Karena hei, lelaki itu pilihan saya sendiri!
Dan kita semua adalah manusia, di mana saya juga punya kekurangan pastinya.
Apa ya kekurangan saya?
Etdaaahh, kalau mikirin kekurangan orang sergep aje kamu Rey! hahaha.
Kekurangan saya?
Saya terlalu panikan orangnya.
Saya terlalu takut akan masa depan, jika tanpa persiapan.
Saya pelupa parah, (bahkan kayaknya saya ada penyakit semacam alzheimer atau semacamnya, kapan-kapan saya tulis deh bagaimana parahnya kepikunan saya ini)
Saya maunya semua sempurna dan teratur.
Saya selalu memaksakan diri untuk sebuah kesempurnaan padahal fisik saya tidak mumpuni :(
Saya nggak sabaran.
Saya nggak kuat tekanan, tapi saya nggak lari kayak si pasangan sih.
Palingan saya pingsan, menyiksa diri bahkan pengen bunuh diri, hahahaha.
Saya nggak bisa romantis, saya benci sesuatu yang bau, saya benci suami bau ketek, bau rokok lebih-lebih, dan saya tidak bisa berkompromi dengan itu, sudah berkali-kali saya coba, yang ada saya migren.
Saya sulit membaca perasaan saya, apakah saya beneran cinta sama suami, kalau cinta mengapa saya nggak bisa berkompromi dengan hal-hal kecil kayak bau itu?
Kalau sudah marah, saya malas bicara (astaga, sama juga ternyata ya dengan si pasangan, bedanya saya diam tapi nggak pergi, menunggu dia mau membuka percakapan, meski itu adalah impian semata, alias kagak mungkin terjadi kalau bukan saya yang harus mempukpuk hati sendiri, lalu mengajaknya bicara).
Saya orangnya perhitungan (banget malah!) astaga..
Kemaren saya belikan dia hadiah ultah, lalu saya marah karena saya ultah dia nggak ngasih saya apapun, SAMA SEKALI!
Ultah kami dekatan betewe, sama-sama di bulan Juli.
Bahkan cokelat kecil atau Beng Beng seribuan, dikasih pita gitu kek, saya udah mewek tuh, meski output-nya adalah, ngakak dulu nggak berhenti.
Iya kan, saya itu kekurangannya kek anak kecil banget.
Bentar... bentar...
Astagaaa... banyak juga ya kekurangan saya, hahahaha.
Gitu maunya dapat orang sempurna, ckckckck.
Lalu di sudut hati saya lainnya, sebuah suara lantang anak kecil berteriak.
IYA, KEKURANGAN SAYA BANYAK, TAPI SAMA SEKALI NGGAK MERUGIKAN ORANG LAIN!
DAN SAMA SEKALI NGGAK MEREPOTKAN PASANGAN!
Ya iya lah...
Saya kalau marah, diam, ya udah diam dan marah aja.
Si pasangan ikutan diam, ujung-ujungnya saya juga duluan yang kudu ajak bicara, dan tentu saja TANPA PERNAH MEMBAHAS MASALAH YANG SAYA KESALKAN TERSEBUT.
Karena kalau saya bahas, dijamin dia kabur nggak biayain anak-anaknya kayak bulan puasa dulu.
Gimana?
Udah seberapa toxic kah hubungan kami? hahahaha
Doain saya kuat ya.
Dengan menghilangkan cinta, menggantinya dengan rasa sayang, seperti kata bapak Anton.
Saya pikir itu juga sangat membantu, menganggapnya seperti sahabat-sahabat saya lainnya.
Iya, kalau saya bisa sedemikian pengertiannya pada sahabat karena saya sayang mereka sebagai sahabat saya.
Mengapa saya nggak bisa melakukannya kepada si pasangan?
Saya mengerti dia, karena saya sayang dia.
He is my bestfriend.
Semoga dikuatkan untuk berdamai dengan kekurangan pasangan di mata kita.
Aamiin.
Btw, benar juga ya, kenapa banyak suami yang melarang istrinya kerja.
Soalnya kalau istri kerja, dia nggak segan-segan memutuskan hal-hal yang gaje kayak gini.
Sayapun berpikir.
Kalau seandainya saya punya kerjaan atau pemasukan tetap, nggak pake nunggu dah.
Langsung saya cari kontrakan sendiri.
Dan say babay dengan santainya.
How about you, temans?
Sidoarjo, 21-08-2020
Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey
Memang manusia itu tidak ada yang sempurna ya mbak dan jika menikah tentunya harus bisa menerima kekurangan nya. Tapi jika dilakukan terus menerus mungkin kadang membosankan. Eh tapi mbak Rey kan sudah 11 tahun menikah, seharusnya sih sudah biasa dan bisa bertahan. Kasihan anak anak kalo sampai berpisah.
BalasHapusSeperti saya yang suka main hape. Istri saya awalnya juga suka marah marah, tapi setelah saya dapat uang dari hape waktu di mywapblog akhirnya dia diam saja, lumayan waktu itu bisa buat jajan sehari-hari sama beli hape baru.😂
Btw, keren juga grup WhatsApp si bapak, kalo di WAG saya malah dilarang share gambar apalagi video gituan, jika share akan diperingatkan, kalo nekad terus auto banned padahal isinya hampir lelaki semua, paling yang cewek hanya tiga empat orang.
Wahh iya, intinya apapun kekurangan kita, sebaiknya jangan merugikan orang laibn secara terus menerus, kalau perlu malah bisa ditutupin dengan kelebihan lainnya kayak Mas Agus sering pegang hape tapi dapat duit, bukan dapat selingkuhan *eh :D
HapusTernyata sulit juga ya menerima kekurangan pasangan. Betul banget kalau tidak ada manusia yang sempurna. Jadi dunia pernikahan itu tak selamanya indah ya.
BalasHapusBener banget, butuh perjuangan :)
Hapusterkadang banyak sifat sifat pasangan yang belum bener bener muncul ketika masih pacaran, ketika pacaran dan misal sudah tau kekurangannya dan bisa mengatasi, sepertinya akan berpikir "ketika nanti nikah aku sudah kebal diginiin", tapi kadang pas udah nikah malah tingkat kekurangannya jadi kayak nyebelin hati
BalasHapusmungkin kudu tolerir atau "bersahabat" dengan kekurangan tadi, seperti yang mba rey bilang tadi. meskipun ada berat beratnya (dikit)
semoga ada jalan keluar yang baikkkk nantinya
hehehe iya benerrrr...
Hapuskalau pacaran tuh mungkin tekanannya belum seberat pas udah nikah kali ya, jadi belum kebongkar.
Memang seharusnya kalau cari jodoh itu dari traveling Mba Inun, biasanya orang terlihat jelas karakternya kalau traveling apalagi di alam :D
hahahaha aku akan sering sering traveling ah :D
Hapuskali aja kan ya hehehe
sesama traveler, lebih asyique :D
HapusAwalnya saya ketawa baca pembukaan artikel ini sampai pertengahan. Apalagi pas bagian masak sayur ada ulatnya, amis dll. Tapi makin ke bawah kok saya ikutan sedih😩
BalasHapusKarena saya belum melalui kehidupan pernikahan jadi saya cuma berdoa aja semoga mbak rey selalu kuat dan diberi kebahagiaan lagi sama pasangan seperti dulu di awal pernikahan atau pas lagi pacaran. Semoga anak-anaknya tumbuh menjadi penyemangat buat mbak rey juga. Semoga keluarganya bisa baik-baik terus ke depannya😊
Semangat mbak rey💪💪
Aamiin, tengkiuuu Astria :*
Hapus1. Awalnya sedih baca artikel ini, Tetapi makin kebawah saya lebih banyak tertawanya yaa...🤣🤣🤣
BalasHapusDari masak campur ulat...Eeh salah ada ulatnya. Ditambah ada kaki seribu...Duuhh2! Gimana ceritanya itu bisa nyasar dimangkok atau dipiring.🤣 🤣 🤣
Ini artikel campur curhatan juga yaa..🤣 🤣 Damai dengan pasangan yaa memang suatu kewajiban karena apa? Kita sudah berumah tangga bukan dalam tahap pacaran. Enak apa nggaknya harus kita terima. Sebelum kita mengkritik pasangan lihat juga diri kitakan.
Sang wanita ingin suami pengertian terhadap dirinya. Dan memahami perasaan serta keinginannya. Tetapi terkadang semua ini tak semudah membalik telapak tangan. Sang suami malah menghindar bahkan tak pulang2 sekalinya pulang diam seribu bahasa.😊😊
Mungkin jika sudah begitu lihatlah juga diri kita, Biasanya type seperti itu lebih ingin tak mau pertengkaran panjang. Meski menghindar itu bukan solusi. Tetapi sebagai istri juga seharusnya bisa menyiasati kapan sang suami full berada dirumah dengan kondisi yang santai atau enak untuk diajak bicara.😊😊 Dan kitanya juga harus tegas meyakinkan sang suami, Jika masih seperti itu dan tak berubah itulah kekurangan pasangan yang harus kita pahami. Tetapi bukan berarti tidak bisa dirubah. Jika sering diintimidasi secara positif insyaallah mungkin bisa walau semua secara bertahap.
Masalah bau....Katanya yang bau2 malah enak.🤣🤣🤣🤣
Bau ketek dan bau rokok.....Heemm!! Untung sejak orok gw udah hobi pake parfum, walau harus digosipin cowok ganjen.🤣🤣 Gw Malah ngomel sama istri kalau baju gw bau apek.😊 Kalau bau Rokok gw waktu masih merokok kalau diuaran merokok pulang kerumah langsung mandi dan nggak ngerokok lagi....Tapi itu dulu sewaktu masih merokok.😊
Tapi saya berhenti merokok karena niat, Bukan ingin dipuji istri, Karena niat itu pula jadi dapat kasih sayang lebih.😊😊
2. Intinya begini nyonya Rey. Kamu juga harus bersyukur dengan diri kamu yang bisa mendominisasi terhadap sang suami. Meski suami sendiri lebih banyak menghindar bisa juga mungkin menghindar untuk kebaikan.
HapusBegitupun sang suami juga harus lebih bersyukur, Karena punya istri yang bisa bertanggung jawab lebih banyak ketimbang dirinya.
Dan juga mungkin Tuhan lebih tahu, Dirimulah yang sanggup menghadapi type lelaki macam yang kamu sebutkan diatas. Makanya berjodoh, Walau kamu sendiri juga tahu kekurangan atau keresahan yang ada pada dirimu.
Jadi intinya setiap orang punya problem dalam hal rumah tangga yang berbeda-beda termasuk bentuk masalahnya. Kan kalau semua masalah sama kehidupan itu yaa tidak berwarna jadinya Rey.😂😂 Begitupun perdamaian atau berdamai dengan kekurangan pasangan pastinya setiap orang berbeda-beda juga.😊😊
Makasih banyak atas tausiyahnya pak ustadz.🙏
HapusIkutan manggut-manggut 😁
Hapus*puk puk Mba Rey, You really need a hug Mba 🤗
Sepertinya banyak cowok yang saya kenal emang begitu mba, tukang tidur dan suka menjauh kalo ada masalah. Tapi biasanya sih gpp endingya, malah perasaan mereka jadi lebih baik setelahnya. Karena mereka memang saat itu sedang butuh ruang. Cuma masalahnya ada di komunikasi, mereka tuh suka diem-diem aja justru pas lagi ada masalah atau lagi butuh waktu untuk sendiri, dikiranya cewek itu semacam orang yang bisa nebak pikiran cowok, sama seperti ketika cewek ngarep si cowok bisa membaca pikirannya soal perhatian.
Padahal yah beda, cowok kalo udah kerjaannya tidur, diem, perhatiannya ke cewek kayak orang amnesia, berarti dia butuh jarak, kalo cewek udah diem berarti dia butuh di deketin. Sederhananya mungkin seperti itu
Bener gak wejangan saya Pak Ustadz ???
Betul bu HJ.Rini sungkem bu..🙏🙏😊😊
Hapus@KangSat : Makin sering baca tausiyah si ustadz ini, saya jadi ngerti, mengapa waktu muda, pacarnya segambreng.
HapusOrang memang pintar ngomong. pola pikirnya terbuka, atau mungkin, si kangustadz ini jadi punya pola pikir terbuka karena udah kenyang terhadap relationship beragam karakter wanita kali ya.
Bener juga kata temen saya dulu, banyak pacar nggak selalu buruk, asal bisa jaga diri, justru kita jadi kenal banyak karakter dan cara menghadapinya :)
@Mba Rini : Iya Mba, sebenarnya kalau butuh waktu sih, saya bakal kasih, masalahnya meski udah pergi berhari-hari, tetep nggak ada komunikasi juga, gimana masalah bisa terurai? :(
Sebelum aku baca lanjut postingan ini,
BalasHapusmelihat judulnya aja aku tau ini berat. "Berdamai dengan kekurangan pasangan".
Sungguh mati sebuah hal yg paling sulit. Kita mesti melatih diri utk mengalahkan egois,
Mengajarkan diri utk menahan rasa marah, bahkan sampai menjurus pada benci.
Ini pasti sulit dan menyakitkan. tapi, balik lagi perjalanan hidup harus terus dilanjutkan.
Pilihan yang udah kita pilih pasti awalnya atas dasar CINTA.
Tak ada manusia yg sempurna, siapapun dia, termasuk diri ini.
Mbak, dulu pun aku alami hampir sama, anehnya aku kalo udah gak suka, aku diem. Tapi lama kelamaan
aku sendiri jadi gak kuat. Sampailah dipuncak.
Akhirnya aku minta pasangan untuk jalan berdua. Waktu itu kami ke pantai, n aku beranikan diri untuk bilang apa yang
aku gak suka selama ini dari dia. Terus aja aku nyerocos ampek puas. Terakhir bagian pasangan
yang ngeluarin unek2nya.
Mbak, aku kira selama ini aku aja yg kesal ama sifatnya, eh, ternyata ada juga sifatku yang
dia gak suka. Iya, manusia gak ada yg sempurna.
Jadi intinya ; KOMUNIKASI. Bagaimana pasangan tahu n mengerti apa yang kita gak suka dari dia,
kalo kita diam? Memang kita lelah, dan seringkali jengkel, sejengkel-jengkelnya hrs terus ngengetin,
harus terus dikasih tau. Tapi itulah, mengubah sikap seseorang itu paling sulit. Apalagi itu udah terbentuk
menjadi tabiat. Butuh dukungan, kerjasama dari kedua belah pihak. Barangkali begini [ini pengalaman pribadi]
Akhirnya ada sebuah pepatah atau apalah:
Hidup ini tak hanya sekedar mencari sesuap nasi,
Mengisi lumbung-lumbung penuh dengan
pundi-pundi uang,
tapi,..
Hidup ini mesti diisi dengan
Sekeranjang kebahagiaan,
Sekeranjang Cinta,
Sekeranjang kasih sayang,
Sekeranjang pengertian
Dan doa-doa yang tak pernah berkeputusan.
Doa n harapanku mbak Rey tetep kuat, sabar n jangan dikasih bates y nanti habis :) slm....
Waaahhh makasih banyak Mbaaa.. means a lot buat saya :*
HapusKalau menurut saya memang kami butuh ruang Mba, sejak punya anak, kami bahkan sama sekali nggak bisa ngobrol dengan tenang.
Si kakak itu suka nimbrung saat kami mau ngobrol, even malam pun si kakak tidurnya malam.
Setelah punya anak 2 lebih parah lagi, jadinya kami makin jauh :(
Tapi memang mau nitipin anak nggak tahu ke siapa, si adik itu nggak mau sama orang lain sama sekali :D
😭
BalasHapusNiatnya pengen sekali komen tapi setelah baca.
Ah sudahlah.....
hihihihi, kok ga jadi?
HapusRey, so sorry baca ceritamu :(. Jujur sediiih banget. Dan aku jadi malu menuliskan kekurangan pak suami yg sangat remeh, tp aku sering sebel, suka naro handuk abis mandi di tempat tidur -_- ...
BalasHapusAku salut sih sbnrnya Ama tekadmu untuk tetep bertahan demi anak2 . Krn aku mungkin ga bisa seperti itu. Apalagi dengan sikapnya yang tidak menafkahi kluarga, itu aku anggab kesalahan yang sangaaaaat fatal. Okelaah dia sedang tidak bisa menafkahi, tp kan bisa jelasin ke istri ada masalah apa sebenernya, solusinya gimana nih, aku hrs bantu apa, apa aku jaga anak2 dulu dan istri bekerja karena aku harus akui istriku LBH credible dan bisa bekerja daripada aku.
Tapi masalahnya di sini dia menutup pintu komunikasi :(. Trus mau solusi apa yg bisa dicapai kalo ga mau bicara hal sepenting ini ?:( Ini siiih sbnrnya yg aku susah untuk trima dan bertahan kalo jadi kamu Rey.
Ok tapi aku ngerti, ga semudah itu buatmu decide meminta cerai Krn toh kalo kamu bekerja masalah selanjutnya anak2 yg ga mungkin ditinggal sendiri kan yaaa :( ..
Keep strong ya Rey.. walo mungkin sedikit mustahil , tapi tetep lah berdoa semoga pak suami bisa berubah, setidaknya mau dulu diajak komunikasi dan mencari solusi. Dan menunggu keajaiban itu DTG, aku doain rezekimu dimudahkan untuk bisa mencari tambahan income untuk keluarga dan semakin sabar terhadap anak2. *Bighug Rey...
Waahh Mba, masalah itu udah berlalu saya, meski kadang masih juga lupa naruh handuk, tapi mungkin karena kami LDM, jadi lebih aman sekarang hahahaha.
HapusIya Mba, masalahnya saya jauh dari ortu, pun juga ortu saya udah tua Mba, ortu suami juga begitu.
Jangankan mau cerai ya, mau memutuskan kerja di luar aja bingung, anak-anak siapa yang jaga?
2 anak means kudu bayar daycare 2 kali, yang ada gaji cuman buat bayar daycare hahahaha.
Jadinya mencoba bertahan, coba di pause kekecewaannya, coba nerima semua ini, dan fokus ke solusinya meski jujur kagak tahu solusinya apa, orang yang diajak ngomong kabur mulu, kalaupun di rumah, saya ajak ngomong, dia malah ngamuk, bantingin ini itu, etdaahh.. ngalahin bapak saya.
Udah jauh-jauh ke Jawa saking trauma ama lelaki, nyatanya dapat lelaki yang nggak lebih baik dari bapak saya hahahaha
dari judul aku bisa nebak bakalan komen apa, aku bakal komen, ya jangan fokus di kekurangan dong. Bila perlu ditulis juga kebaikannya. Tapiiiii
BalasHapusSetelah baca sampe akhir, gak tau lagi aku baca tulisan ini, gak terasa air mataku netes. Betapa kuatnya kamu mbak :(
Sungguh sebagai perempuan dan seorang Ibu aku jadi mewek. Hiks
Pengen ketemu dan memelukmu dan anak-anak. :( Teruslah menulis dan bertahan mba. Jangan lupa jaga kesehatan meski sungguh2 ngejar rezeki di masa ini.
Awww... baru baca mama Luiii, tengkiuu so much :*
Hapus