Berbeda dengan penyakit fisik, penyakit mental yang butuh 'dokter' itu kadang sulit dideteksi.
Terlebih dengan masih kurangnya pemahaman orang tentang pentingnya kesehatan mental, meski kita udah sampai di tahun 2020.
Sabtu, 01 Agustus 2020 lalu, saya mengikuti live instagram di akun @ningblogersuroboyo, di mana salah seorang ning blogger Surabaya yang juga merupakan lulusan psikolog Unair, Mbak Tika, berbaik hati mengadakan live streaming berfaedah bersama psikolog Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog.
Dengan mengusung tema 'Kapan Waktu Yang Tepat Pergi Ke Psikolog?' yang tentu saja saya sambut dengan bahagia, serta bisa nanya sebanyak-banyaknya.
Ehmm.. nggak banyak banyak banget sih, nggak enak juga sama yang lain, masa iya saya mulu yang nanya, hahaha.
Kegiatan tersebut selain merupakan sebagai healing tersendiri buat Mbak Tika, pun juga untuk mengedukasi khalayak tentang seperti apa profesi psikolog tersebut, agar orang-orang bisa mengenali dan nggak asal memberi label macam-macam bagi profesi psikolog.
Karena saya, udah beberapa kali berhubungan dengan psikolog, tentu saja hal ini ibarat memperdalam pengetahuan saya.
Terlebih makin ke sini, selain dunia menulis, saya jadi tertarik dengan dunia psikolog.
Bahkan, sejujurnya saya keranjingan pengen curcol ama psikolog, tapi dompetnya yang menjerit-jerit, hahaha.
Apa itu Psikolog Dan Apa Bedanya Dengan Psikiater?
Psikolog adalah sebuah profesi yang mana untuk mencapai profesi tersebut, seseorang harus menempuh kuliah di jurusan Fakultas Psikologi terlebih dahulu, dan setelah lulus, harus menempuh pendidikan profesi lagi, agar bisa membuka praktik.
Seorang Psikolog menangani kasus-kasus kejiwaan, mendiagnosis gejala psikologis pasien, dan melakukan psikoterapi sebagai bentuk penanganannya.
Bisa dikatakan, seorang Psikolog lebih punya banyak tools buat analisis psikologinya, dan tentunya hasilnya pun lebih presisi.
Psikolog lebih bisa mengajari pribadi kliennya untuk lebih aware dengan masalah maupun kepribadiannya.
Dan melatih kliennya untuk lebih adaptif terhadap masalah yang dihadapinya.
Itulah mengapa, seorang psikolog lebih berkompeten untuk melakukan beberapa tes psikologi yang kemudian hasilnya diinterpretasikan sebagai jawaban dari masalah yang dialami oleh pasiennya.
Beberapa tes yang bisa dilakukan oleh seorang Psikolog antara lain: tes IQ, minat bakat, tes kepribadian dan sebagainya.
Lalu apa bedanya Psikolog dengan Psikiater?
Sangat beda!
Karena seorang psikiater adalah seseorang yang telah menempuh pendidikan pada fakultas kedokteran, dan menjadi seorang dokter umum, lalu kemudian meneruskan pendidikan ke spesialis kejiwaan.
Jadi, udah kebayang banget kan bagaimana bedanya.
Jika psikolog itu main perasaan atau batin.
Sementara, psikiater mengobati masalah batin dengan bantuan medis.
Atau dengan kata lain, psikolog hanya bisa memberikan psikoterapi, sementara psikiater bisa meresepkan obat-obatan untuk membantu penyembuhannya.
Kapan Harus Ke Psikolog?
Nah ini nih yang paling sering bikin orang bingung kan.
Sebenarnya kapan sih waktu yang tepat buat ke psikolog?
Sebenarnya kapanpun bisa loh.
Karena psikolog itu bukan semata tempat curhat orang yang depresi akut, di mana kebanyakan orang pergi ke psikolog setelah keadaannya semakin parah dan tentunya makin banyak terapi yang harus dilakukan untuk penyembuhannya.
Bahkan orang yang dalam keadaan stabil pun, bisa saja mengunjungi psikolog, misal untuk mengetahui kelebihan minat bakatnya sejak dini, atau ingin memodifikasi perilaku, misal ingin berhenti merokok atau hal lainnya.
Semua itu bisa dilakukan dengan bantuan psikolog.
Terlebih untuk masalah mental yang bahkan kita sendiri rasakan sudah sangat membuat diri terganggu oleh pikiran sendiri, lebih parah lagi sudah mengganggu orang lain, maka saat itu sudah sangat wajib buat kita mengunjungi psikolog.
Saya sendiri, sedikit terlambat mengenal dunia psikolog, meskipun sejak dulu udah sedikit familier, namun tetap masih sulit bisa mengakui kalau profesi psikolog itu penting banget.
Saya baru mau ngeh dengan psikolog setelah mulai mendalami dunia blogger, di mana sedikit demi sedikit saya membaca tulisan teman-teman tentang kondisi psikologinya yang butuh bantuan psikolog.
Sampai akhirnya saya mengalami ketidak stabilan emosi yang saya curigai sebagai baby blues atau postpartum depression (saya curigai karena waktu itu sama sekali belum ke psikolog, jadi belum tahu diagnosa psikolog kayak gimana, hanya saja gejalanya memang menyerupai baby blues dan PPD).
Keadaan tersebut terus menetap bahkan bertambah buruk, amat sangat mempengaruhi hubungan dengan suami, sehingga akhirnya saya berpikir, saya enggak baik-baik saja, saya butuh psikolog.
Jadi, bagi temans yang merasa diri sedang tidak baik-baik saja, jangan sungkan untuk mencari bantuan ke psikolog yang cocok dan nyaman buat konsultasi ataupun konseling.
Oh ya, sebagian orang mungkin masih harus mengumpulkan keberanian untuk ke psikolog, karena memang psikolog itu lebih banyak ke konseling yang kudu ada sesi curhatnya.
Dan memang nggak semua orang bisa dengan mudah mengeluarkan uneg-unegnya secara jujur kepada orang asing.
Karenanya sebagian orang memutuskan untuk mencari jawaban sendiri dulu melalui googling.
Hal itu sama sekali nggak salah, namun perlu disikapi, janganlah hasil googling tersebut membuat kita jadi self diagnosis atau mendiagnosa diri sendiri.
Sebaiknya, setelah punya gambaran tentang keadaan kita, kunjungilah psikolog untuk lebih memastikan lagi.
Terlebih, saat ini beberapa puskesmas telah menyediakan layanan konseling dengan psikolog dan ditanggung oleh BPJS.
Jika memang sudah ke psikolog dirasa masih kurang, bisa coba cari referensi psikolog yang nyaman buat kita.
Karena sepengalaman saya, nyari psikolog itu sama aja kok kayak nyari dokter, cocok-cocokan.
Sekali Ke Psikolog Langsung Sembuh?
Ya tergantung!
Tergantung seberapa dalam masalah mental yang kita hadapi.
Sama aja ibarat ke dokter gigi, kalau kita ke dokter gigi cuman konsultasi biasa dan mengadakan pengecekan rutin, ya sekali datang juga udah beres.
Akan tetapi, kalau kita datang dalam keadaan gigi bermasalah banget, ya butuh treatment yang berkali-kali, dan tentu saja dengan biaya yang tidak sedikit.
That's why, ibarat ke dokter gigi, jangan tunda nanti keadaan mental kita makin parah, baru kita sadar butuh psikolog.
Bahkan mulai merasa ada hal-hal yang terus menerus mengganggu pikiran, bahkan sudah dalam tahap mengganggu kehidupan kita sehari-hari, segeralah konsultasi ke psikolog.
Semakin cepat kita konsultasi, semakin cepat kita memperoleh bantuan dari profesional, yang lebih mengerti dan membimbing kita dalam menghadapi dan beradaptasi dengan masalah mental yang kita alami.
Etdaaahh, udeh kayak postingan berbayar dengan psikolog yak.
Enggak kok, ini mah murni postingan biasa, sebagai implementasi ilmu yang saya peroleh dari live instagram yang diselenggarakan Ning Blogger Suroboyo.
Dan kebetulan, saya juga pernah konsultasi langsung ke psikolog di unair, pun juga pernah konsultasi online bersama psikolog by live WA.
Lalu apakah saya sudah merasa sembuh?
Enggak juga sih, meskipun ada perubahan yang saya rasakan sejak pertemuan ataupun konseling online yang pernah saya lakukan.
Setidaknya, saat saya berhadapan dengan masalah yang mengganggu saya, ada beberapa tehnik yang bisa saya lakukan, atau ucapan yang saya ingat untuk bisa menekan reaksi berlebihan saya terhadap sebuah masalah.
Demikianlah, segeralah ke psikolog, jangan self diagnosis, kita nggak pernah tahu bagaimana dahsyatnya pikiran kita membawa kita ke masalah yang mungkin belum tentu benar.
Misal, kita cari tahu sendiri, gejala yang kita rasakan mirip dengan skizo atau apapun itu dalam definisi psikologinya.
Padahal ya kita nggak separah itu.
Bisa-bisa malah jadi beneran gitu karena self diagnosis kita sendiri.
Demikianlah..
Cintai kesehatan mental kita.
Sidoarjo, 6 Agustus 2020
Sumber :
- https://www.halodoc.com/artikel/bedanya-psikolog-dan-psikiater diakses Agustus 2020
- Pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey
Iy ya mbk, cari di google malah self diagnosis. Malah pikirannya kemana-mana....
BalasHapusSaya dulu sempet berpikir bahwa saya butuh psikolog karena masalah yang datengnya barengan bikin saya mau nangis aja tiap hari. Tapi berhubung psikolog jauh jadinya saya ikutin aja cara-cara di internet, salah satunya menulis sebagai self healing itu. Dan alhamdulilah lumayan berhasil mbk rey😊 berasa kek masalahnya pindah ke buku gitu. Kalau kelamaan di biarin masalah mental itu nggak bisa sembuh dengan sendirinya. Malah kadang makin parah.
Nah iya, kadang bahkan kita baca cerita orang, trus kita rasa kok sama, trus jadi self diagnosis deh.
HapusBener banget, menulis itu healing banget :)
secara pribadi aku belum pernah ke psikolog untuk face to face soal pribadi
BalasHapusdulu waktu SMP aja ada tes IQ dan kawan-kawannya
dan waktu awal awal interview di surabaya ada test psikologi seperti layaknya karyawan baru.
sebelum mengenal dunia psikologi, aku malah mengira psikolog dan psikiater hampir samaan, ternyata beda :D
temen aku yg kuliah di psikologi, tanpa aku konsultasi ke dia pun, dia sudah ngerti isi "hatiku" bla bla, ahh apes bener ini hahahaha
kalo aku ke psikolog dan ketauan temen kantor mungkin dikira aku depresi mungkin, lahh orang kantor pernah iseng "inun ini diajak rukyah aja", astagaaaa hahahaha
hahahahaha, nah ya.
HapusSebenarnya masih banyak loh yang belom ngeh dengan kesehatan mental, itu juga yang bikin orang malas ke psikolog, di mana biayanya nggak murah dan lucunya cuman seolah 'ngobrol-ngobrol' doang.
Ngomongin masalah rukyah, saya juga dulu pernah dirukyah loh :D
Gw belom pernah ke psikolog. Ya gimana, gw anaknya selow gini. Makanya semua dianggap santai. Gak pernah gw musingin sesuatu sampe banget-banget.
BalasHapusIyalah sekali pusing luh langsung blank total haaahaaaa..🤣🤣🤣🤣
HapusNah enak banget jadi orang kayak gitu, jadinya mentalnya terjaga kesehatannya hahaha.
HapusHarusnya memang gitu sih ya, nggak terlalu jadi beban pikiran :D
Kapan harus kepsikolog....?? Kalau bisa mah jangan. Selagi kita tahu dan mampu apa yang menjadi beban dalam hidup kita. Meski banyak orang yang mengatakan kita tidak pernah akan bisa mengurus masalah kita tanpa orang lain...Yaa bisa iya, Bisa tidak.😲😲
BalasHapusIntinya sederhana sebenarnya apa yang kita inginkan, Harapkan tidak melebihi batas kemampuan kita. Banyak orang yang kepsikolog karena beban atau keinginan yang berlebih atau bla2 lainnya..
Dan perlu atau nggaknya kepsikolog? Silahkan, Tetapi semuanya butuh waktu serta tahapan.
Kalau saya pribadi belum pernah sama sekali kepsikolog. Kalau bisa mah jangan selagi saya mampu menghadapi tantangan hidup. Atau memang komentar saya ini mengharuskan saya kepsikolog.??? Nggak tahu.😲😲
Eh anak-anak muda lelaki zaman now banyak loh yang sering ke psikolog.
Hapusbukan hanya semata curcol masalah depresi sebenarnya, bahkan masalah galau milih jurusan kuliah, mau tahu kekuatan dan kelemahannya :D
Kalau komentarnya Kang Sat mah, enaknya kang Sat jadi psikolog, biar banyak yang curcol, apalagi kalau gratis, saya juga antri ah, buat konseling hahahaha
Duluu, saya ngira orang ke psikolog cuma kalau lagi depresi berat aja. Makin ke sini makin tau, ternyata ga harus nunggu masalah berat dulu baru ke psikolog ya.. Kayak kata Mba Rey, nanti seperti dokter gigi jd hrs datang berulang2, itupun blm tentu langsng sembuh. Kalau dimulai dg kondisi ringan udah mencari pertolongan, mungkin bs lbh cepet recovery nya ya..
BalasHapusNah bener.
HapusPsikolog itu kayak orang yang tahu bagaimana sebaiknya kita bersikap.
Sama kayak dokter, tapi dokter jiwa.
Mereka mempelajari kejiwaan manusia, dengan berbagai riset, meskipuuuunnn kembali lagi, yang bikin sembuh bukan psikolog, tapi diri kita sendiri yang mau mengikuti step by step yang dikasih.
Kalau masih awal, segala sesuatu bisa dicegah biar nggak makin infeksi kayak penyakit lainnya :D
Pertanyaannya, kalau misalnya kita ngga tau sedang depresi tapi merasa diri baik-baik saja. Bahkan orang-orang sekitar sudah merasa, ada yang salah dengan kita. Apakah masih harus ke psikolog?
BalasHapusSaya tau, pertanyaan ini memang agak spesifik. Mungkin bukan kapasitas kak Rey, tapi siapa tau pertanyaan ini sempat diajukan atau dijelaskan saat sesi live itu
Nah sebenarnya kan kita ke psikolog itu bukan hanya saat kita punya masalah mental aja, bahkan saat kita merasa baik-baik aja, jika ternyata di sekeliling kita semua merasa terganggu dengan kita, sebaiknya ya kita konsultasi ke psikolog.
HapusMungkin orang seperti itu merasa nggak ada yang salah dengan dirinya, merasa bahagia dengan hidup dengan jadi diri sendiri.
tapi diri sendiri kayak apa dulu nih, kalau merugikan semua orang di sekitarnya dan dia nggak merasa, kan berarti ada yang aneh dengan dirinya :)
Katakanlah menurut orang itu tidak merugikan untuk orang lain. Tapi orang lain, merasa bahwa hanya ada yang berbeda
Hapushehehe banyak nih orang kayak gini di zaman now :D
HapusKalau menurut saya memang butuh support dari orang-orang terdekat yang mau berani jujur ke dia, kalau apa yang dia lakukan itu sangat merugikan orang di sekitarnya.
Dan saya pikir, kalau semua orang jadi menghindari dia, lama-lama dia sadar juga kalau dia itu memang nyebelin dan butuh bantuan hehehehe