Bagaimana tidak, sebagai seorang ibu, saya menontonnya dengan memposisikan diri sebagai ibu, dan ikut merasakan perasaan ibu dari anak yang bunuh diri karena dibully di sekolah tersebut.
Mirisnya lagi, ibunya, bahkan kakaknya sama sekali nggak tahu tentang bully-an yang diterima sang anak atau adik di sekolahnya.
Bahkan terungkap, sebenarnya si anak bunuh diri ini udah sedemikian kuat bsia bertahan selama ini di sekolah tersebut.
Btw, akhir-akhir ini, eh maksudnya beberapa saat lalu, saya sebenarnya menonton beberapa film, mostly sih Korea, saking kalau nulis review film tuh yang paling banyak dicari pasti review film Korea hahaha.
Tapi masuk akal sih ya, memang filmnya bagus, dan kebetulan saya udah sering nonton film Korea, saya jadi familier dengan bahasanya dan agak aneh kalau nonton film lainnya, terutama film China.
Tapi masuk akal sih ya, memang filmnya bagus, dan kebetulan saya udah sering nonton film Korea, saya jadi familier dengan bahasanya dan agak aneh kalau nonton film lainnya, terutama film China.
Lucu ya, padahal dulu saya sering banget nonton Film China, dan bahkan familier dengan beberapa kata-katanya.
Sinopsis Lengkap Film Korea Thread of Lies
Btw, di film ini saya ketemu lagi ama mamak senior tapi bikin iri karena kulitnya jauh lebih muda, hahaha.
Siapa lagi kalau si tante Kim Hee Ae.
Apa? nggak kenal?
Sama sih, saya juga nggak hafal namanya, itu tadi saya tulis sebelumnya saya googling dulu, pemeran utama di drakor The World of The Marriage, hahaha.
Oke mari kita mulai sinopsisnya, dan offkors ini spoiler banget nget!
Lee Man Ji (Go Ah Sung) adalah seorang kakak perempuan yang begitu cuek, ceplas ceplos dan seakan tanpa beban hidup.
Dia tinggal bersama adik perempuannya yang lebih lembut, teratur namun sedikit pendiam, Lee Cheon Ji (Kim Hyang Gi) dan ibu mereka yang juga hampir mirip dengan karakter Lee Man-ji, Hyun Sook (Kim Hee Ae).
Adegan dibuka dengan keceriaan atau kerempongan tiap pagi di apartemen mereka, Man-ji yang asal-asalan ke sekolah dengan memakai baju yang kusut karena belum disetrika, sementara Cheon-ji asyik menyetrika baju sekolahnya agar rapi.
Ibunya menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga.
Saat sedang sarapan, Cheon-ji malah meminta ibunya membelikan sesuatu yang ditolak oleh ibunya, dengan berbagai alasan.
Ketika ibunya sedang kerja, Cheon-ji kembali menelpon dan meminta benda lainnya, ibunya yang sibuk masih belum mengiyakan permintaan anaknya.
Sayangnya, hal tersebut ternyata merupakan hal yang sangat disesalinya, karena setelah itu mereka menemukan Cheon-ji tewas dengan menggantung dirinya di langit-langit kamarnya.
Sayangnya, hal tersebut ternyata merupakan hal yang sangat disesalinya, karena setelah itu mereka menemukan Cheon-ji tewas dengan menggantung dirinya di langit-langit kamarnya.
Hyun-sook dan Man-ji, begitu terpukul dengan kepergian Cheon-ji, terlebih tanpa pesan maupun surat yang bisa mereka pahami, apa penyebab bunuh dirinya, sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk pindah apartemen.
Ternyata meski mereka pindah, kesedihan mereka tidak juga terobati, terlebih setelah mereka menemukan fakta-fakta dibalik penyebab Cheon-ji bunuh diri, yaitu karena tidak tahan dengan segala bullyan yang dialami di sekolahnya.
Man-ji merasa harus mengetahui apa penyebab adiknya melakukan perbuatan nekat demikian, dan lalu memutuskan untuk mencari tahu melalui teman dekat adiknya, Hwa-yeon (Kim Yoo-jung).
Bukti demi bukti yang kakaknya dapatkan, membawanya pada kenyataan, ternyata justru Hwa-yeon lah yang lebih berperan atas depresi adiknya hingga bully-ing yang dialaminya.
Hwa-yeon, seorang gadis tercantik di sekolahnya, mempunya ibu yang memanjakannya, apapun permintaannya dipenuhi ibunya.
Bahkan, hingga akhirnya ibunya tahu, kalau Hwa-yeon sering membully Cheon-ji dan berakhir dengan bunuh diri, ibunya tetap menganggap kalau itu hanya masalah biasa.
Sungguh ya, orang tua memang seringnya memegang peran penting dari sikap anaknya.
Hwa-yeon sebenarnya tidak membully Cheon-ji secara terang-terangan, dia ibarat serigala cantik berbulu domba.
Ada sebuah adegan nyesek, di mana saat Hwa-yeon berulang tahun, dan sengaja mengundang semua temannya sekelas. Dia juga mengundang Cheon-ji, namun 'dikerjain' dengan sengaja memberikan jam yang telat.
Alhasil, Cheon-ji datang sangat telat, dan semua teman-temannya menggunjingkannya melalui aplikasi, di mana Cheon-ji tidak termasuk di dalamnya.
Bayangin aja, anak SMP ada di acara ultah temannya, lalu dia sendiri makan karena telat datangnya, lalu semuanya ngikik-ngikik menceritakannya di dalam grup, ckckckckck kuingin tarik pipi gembulnya si anak cantik itu, hhh...
Bukan hanya Hwa-yeon.
Seorang sahabatnya juga berperan dalam depresi yang dirasakan Cheon-ji, mirisnya hal ini terjadi karena kesalahpahaman.
Adalah Mi-ra (Yoo Yeon-Mi) yang merupakan adik dari Mi-ran (Chun Woo-Hee) yang juga merupakan sahabat sekelas Man-ji di SMU.
Awalnya, Mi-ra dan Cheon-ji adalah sahabat baik, mereka bahkan best friend yang suka menghabiskan waktu berdua di sekolah.
Hingga suatu hari, Mi-ra yang hanya tinggal bersama kakak dan ayahnya yang duda, melihat ayahnya mengejar-ngejar ibunya Cheon-ji.
Mi-ra yang tidak suka ayahnya dekat dengan wanita lain pun jadi marah kepada Cheon-ji, padahal ya Cheon-ji nggak tahu menahu masalahnya.
Karena dijauhi Mi-ra tanpa alasan jelas, sementara Hwa-yeon sering menusuknya dengan bully-an dari belakang, membuat Cheon-ji jadi depresi, hingga akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
Adegan yang lebih bikin nangis adalah, ketika ibunya menemukan pesan Cheon-ji yang disimpan pada gulungan benang wol.
Cheon-ji ternyata meninggalkan pesan kepada orang-orang yang bikin dia kecewa.
Kepada ibunya yang terlalu sibuk, sehingga tidak pernah bisa lebih serius menanggapi keluhannya, (sumpah ya, saya mewek banget saat adegan ini, meraba-raba kira-kira berapa kali ya saya meminta si kakak untuk jangan mengganggu dulu saat saya sedang menulis, terlebih menulis caption IG, hahaha).
Ibunya Cheon-ji juga seperti itu, mungkin karena terlalu capek, sehingga apapun yang ingin anaknya ceritakan, ditanggapinya dengan biasa.
Demikian juga pesan untuk kakaknya, yang selalu bikin dia iri karena seolah hidupnya tanpa beban, nggak pernah merasa depresi namun juga nggak pernah punya waktu mendengarkan curhat adiknya.
Sumpah itu nyesek banget ya, ketika kita membaca pesan orang yang udah nggak ada, barulah kerasa betapa kita menyia-nyiakan waktu yang ada.
Cheon-ji juga meninggalkan pesan kepada temannya, Mi-ra dan Hwa-yeon, yang bikin keduanya merasa amat sangat bersalah, meskipun semua sudah tak ada gunanya.
Juga seorang sahabatnya, seorang lelaki yang sering dia temui di perpustakaan.
Lelaki gondrong yang ternyata rambut gondrongnya itu untuk menutupi bagian punggungnya yang cacat dan membuatnya insecure.
Review Film Korea Thread of Lies
Film Korea Thread of Lies ini ternyata disadur dari sebuah novel ditulis oleh Kim Ryeo Ryeong, dan dirilis pada 13 Maret 2014 silam.
Film ini disutradarai oleh Lee Han, dan naskah filmnya digarap oleh Lee Sook Yun, Lee Han, dan Kim Dong Woo.
Dan diperankan dengan sangat apik oleh semua pemerannya.
Khususnya buat Kim Hee Ae yang buat saya melekat banget perannya sebagai dokter yang diselingkuhi, hahaha.
Di film ini karakternya sungguh sangat berbeda, dari yang memerankan karakter elegan seorang dokter, menjadi karakter seorang ibu yang sebenarnya kelelahan membesarkan kedua putrinya seorang diri dengan bekerja di sebuah pasar grosir.
Meskipun demikian, akting Kim Hee Ae memang jempolan, selalu bisa bikin ikutan mewek, dari beberapa adegan, khususnya adegan saat dia nangis sambil makan.
"Ibu macam apa saya ini?, saya duduk makan sambil memberikan nasihat dan perhatian untuk anak orang lain, sementara anak saya sendiri bunuh diri karena kurangnya perhatian saya"
Huhuhu, meweeekkk banget!
Selain selalu bisa ngajakin penonton mewek, pun selalu sukses bikin penonton iri, kok bisa ya, orang udah berusia 50tahunan tapi kulitnya dan badannya kek usia 30 tahunan, jleb!.
Selain Kim Hee Ae, saya juga terpesona dengan karakter si Mi-ran (Chun Woo-Hee), karena saya tahunya aktingnya di film Korea Han Gong-ju, yang mana bercerita tentang kondisi psikologi seorang korban perkosaan anak sekolahan.
Di mana, jika di film Han Gong-ju dia tampil dengan karakter pendiam dan cuek, di film Thread of Lies ini dia sukses memerankan seorang kakak yang penuh perhatian.
Di mana karakter Mi-ran itu amat sangat bertolak belakang dengan karakter Man-ji dalam perhatian kepada adiknya.
Kalau yang lain sih jujur belum terlalu familier buat saya, kecuali karakter ayah dari Mi-ran dan Mi-ra yang diperankan oleh Sung Dong-Il yang sudah sangat familier banget.
Over all, saya memberi nilai 4,75 dari 5 untuk film Korea Thread of Lies ini.
Makna Dan Pesan Dari Film Korea Thread of Lies
Justru menurut saya, yang paling penting itu makna dan pesan dari film ini, selain menggambarkan keadaan sekolah anak-anak zaman now, yang penuh dengan bully-an, baik yang masih dalam level biasa alias bercanda berlebihan, hingga yang sengaja, maybe si pelaku pembully itu punya kelainan mental.
Meskipun jujur nih ya, filmnya sedikit membosankan, karena alurnya maju mundur gak karuan.
Namun menurut saya, film Korea Thread of Lies ini amat sangat penting ditonton oleh orang tua, khususnya yang punya anak sekolah.
Saya mencoba mengingat, apakah dulu saya pernah mengalami bully-an di sekolah?
Kayaknya sih pernah ya, zaman SD.
Tapi mungkin karena saya tuh sejak kecil bukan tipe orang yang diam aja kalau diperlakukan tidak adil, setidaknya saya melawan dengan tangisan, hahaha.
Mungkin karena itulah saya jadi nggak seberapa trauma dengan bully-an.
Kalau diejek, ya balas ngejek lah.
Kalau dipukul? ya nangis gulung-gulung lah, hahahaha.
Mungkin juga zaman dulu, bully-ing itu nggak separah sekarang kali ya.
Meskipun saat kuliah sebenarnya saya merasa agak dikucilkan, entah itu masuk bully-ing.
Saya tidak punya teman yang benar-benar peduli dengan adanya saya dulunya.
Biasanya saya bisa ikutan, hanya karena mereka mungkin butuh saya, ya karena saya masih agak pinteran dikit, pinter gambar yang paling penting, sementara kebanyakan teman saya lulusan SMU yang blank banget kalau disuruh ngomongin gambar bestek.
Selain membuat saya jadi ingat masa lalu, yang terpenting adalah, pesan film ini terhadap para orang tua.
Di mana, apapun yang terjadi, seberat apa hidup ini, anak-anak tetap butuh kita.
Entah sebagai tempat mengeluh, atau sekadar bermanja-manja sehingga anak merasa tidak sendiri, meskipun mungkin belum berani berbagi apa yang dia alami atau rasakan.
Seperti sosok Hyun Sook , yang sebenarnya secara awam, kita bisa mengerti mengapa dia sedikit cuek kepada anak-anaknya, kelelahan bekerja membuat dia hampir tidak punya waktu lebih untuk sekadar memperhatikan apa yang anaknya keluhkan.
Dan itulah yang disesali setelah Cheon-ji tiada.
Selain sosok orang tua Hyun-sook, sosok ibunya Hwa-yeon juga sedikit banyak menjadi hal yang amat sangat biasa dalam dunia nyata.
Di mana, bagi seorang ibu, anaknya adalah yang paling benar dan kesalahan anaknya dianggap hanya sebagai 'namanya juga anak-anak'.
Even sudah memakan korban bunuh diri, selama bukan anaknya yang bunuh temannya langsung, menurut ibunya itu bukan salah anaknya, ckckckck.
Dan bukankah sosok seperti ini sebenarnya banyak di dunia nyata?
Dimulai dari anak masih kecil, bermain sama temannya, lalu memukul atau melakukan hal yang merugikan temannya, dan sang ibu cuman ngomong,
"Namanya juga anak-anak!"
Pengen nampol nggak sih? hahahaha.
So, saya rasa film ini rekomended banget buat mamak-mamak.
Setidaknya, peran orang tua dalam mendampingi anak-anaknya akan mengurangi peluang bully-membully di sekolah.
Iya nggak sih?
How about you, temans?
Ada yang sudah nonton film Korea Thread of Lies ini?
Oh ya, btw di film Korea Thread of Lies ini bertaburan quote-quote yang bijak, sayang cuman beberapa yang saya screnshoot, hehehe.
Sidoarjo, 20 September 2020
Sumber : film Korea Thread of Lies
Gambar : Asian Wiki dan hancinema
Rasanya aku ga sanggub nonton film yg sedih gini Rey. Baca sinobsismu aja lah. Itu aja kerasa bakal sesedih apa filmnya. Dari dulu bullying apalagi sampe bikin si korban bunuh diri, selalu sedih ditonton.
BalasHapusJujur sedih kalo liat trend bullying skr ini. Makin banyak, makin serem cara yg digunain. Aku ngerasa malah udh kayak tindakan kriminal level 1 Krn yg lakuin anak2. :(
G kebayang sih kalo anak2ku mengalami hal yg sama. Tapi sjk msh kecil, aku slalu tanamkan mereka hrs berani ngomong ke kami kalo ada temen2 ya yg membully. Jgn diem aja. Krn aku udh pasti ga bakal pasrah aja kalo sampe anakku di bully begitu.
Kasian si ibu yg merasa nyesel Krn sring mengabaikan permintaan anak yaa. Akupun kdg msh seperti itu. Nyesel pastinya. Pelan2, mau mencoba juga mengubah sikapku yg mungkin agak cuek ke anak2.
Nah iya Mba, belajar banyak sayanya dari film ini, terutama dalam masalah mendengarkan keluhan anak.
HapusTerlebih anak laki, kadang saya berpikir kalau lagi suka ngeluh itu gimana gitu, tapi ternyata wajib banget diperhatikan
Duuuh kalau sudah bahas soal bully suka gemas. Film atau drama bully banyak banget dan setiap kali melihatnya, nggak tau kenapa bawaannya kesal 😞 --- nggak kebayang hancurnya hati sang ibu menemukan anaknya bunuh diri, dan rasa penyesalan yang dirasakan ibu tersebut ketika tau salah satu alasan anaknya sampai sebegitu tertekannya juga karena sang ibu kurang peduli 😭
BalasHapusTerus setuju sama quote di atas mba. Perihal kalau benci ya benci, kalau suka ya suka. Jadi jujur apa adanya sama perasaan. Dan berusaha menerima rasa yang ada. Yang penting kita mengenal diri kita lebih dalam. Huhu. Thank you for the review, mba. Though saya belum pernah menontonnya, tapi berkat spoiler dari mba jadi tau ceritanya 🙈
wkwkwkwkww sori saayy, diri sayeh kalau nulis sinopsis beneran cerita wakakakakak.
Hapustapi memang menyedihkan loh, biar gimana pun bunuh diri itu udah nggak bisa lagi digimana-gimanakan ya perasaan ibunya.
Dan sedihnya ini cerminan nyata zaman now, di mana anak-anak muda tumbuh seperti ini, dan saya kadang takut melepas anak ke dunia luar hiks
Zaman aku kecil dulu belum ada istilah bully, kalau zaman dulu "bully" nya palingan dijodoh-jodohin hahaha
BalasHapusKalau liat kasus bully kayak gini, aku pengen krowes krowes pelakunya. Gregeten bangeddd
Anak kecil aja bisa depresi, ceritanya sepertinya complicated ya. Kadang kalau ortu sibuk, suka "nggak merhatiin" anaknya, jadi dibiarin ngerjain, mikir sendiri.
hahahaha iyaaa sama Mba Inun, kayaknya anak zaman now, yang jodoh-jodohan juga bisa dinilai bully qiqiqiqiqiq
HapusSaya udah nonton mbk, karena katanya sedih dan yang main ada kim hee ae dan kim hyang gi. Saya sukak sama mereka😁
BalasHapusFilmnya emang sedih apalagi pas bagian kilas balik hidupnya cheon ji😭 pas adegan makan mi sendiri itu. Film ini membuktikan kalau nggak cuma bullian secara fisik yang bikin stress, kata-kata juga bisa lebih tajam dari silet baru. Bisa saya bayangin kalau yang nonton ibuk-ibuk pasti lebih sedih lagi.
Hahahaha, langsung makin terkenal tuh si Kim Hee Ae :D
HapusIya benerrrr, bikin mewek, huhuhu