Dan selain bikin mewek, memang film ini bagus sih menurut saya, terlebih saya jadi merasa kalau adegan-adegan atau cerita di film The Way Home ini, sangat related dengan kejadian di dunia nyata.
Satu hal yang banyak dipertanyakan oleh beberapa teman, saat membaca masalah rumah tangga saya adalah, semua pada heran, mengapa saya nggak pulang aja ke rumah ortu saya?
Even pandemi kan ye, dengan mengikuti protokol yang ada, harusnya sih bisa aja saya pulang.
Tapi saya nggak mau.
Alasannya banyak.
Salah satunya, karena saya melihat sendiri beberapa orang, yang bahkan masih keluarga sendiri (tapi udah keluarga jauh sih, maksudnya, garis keluarganya yang jauh, hahaha), di mana anak-anak gadisnya cantik-cantik, pergi meninggalkan orang tuanya karena menuntut ilmu.
Setelah lulus, nggak mau pulang dong.
Ujung-ujungnya pulang bawa anak, lalu balik lagi sendirian.
Anaknya ditinggal ama orang tuanya.
Dan itu terjadi pada anak-anak gadis yang cantik, pintar, yang intinya jadi harapan orang tuanya sejak kecil.
Persis si Rey kan.
Udahlah, bilang iya aja, kalau saya ini cantik dan pintar, wakakakakaka.
Tapi serius, bahkan ada tetangga mama persis, anaknya tuh cantik banget, merantau di Jakarta sejak SMU, nggak pernah pulang selama bertahun-tahun.
Mamanya hanya bisa merindukannya, bahkan kabarnya pun jarang terdengar.
Terlebih di zaman dulu tuh nggak ada telpon atau masih sangat mahal, apalagi ponsel, apalagi medsos?
Kadang, kalau mamanya memimpikan dia, datanglah mamanya ke orang-orang tua yang dipercaya pandai membaca tafsir mimpi dan dapat menerawang orang jauh, seperti kakek saya.
Hanya untuk mengetahui dan mempercayai kabar yang diterawang oleh orang tua tersebut.
Lalu, suatu hari, tiada angin, tiada hujan, tiba-tiba, si anak gadisnya yang cantik tersebut, pulang.
Dia membawa banyak barang.
Termasuk membawa anak kecil yang cantik menggemaskan.
Ternyata dia udah nikah dong, nggak kabarin mamanya, lalu punya anak, lalu suaminya mencampakannya, huhuhu.
Itu cerita versinya sih, kagak ada yang tahu itu benar atau enggak, bahkan beredar kabar burung, kalau dia cumannya istri simpanan, sampai akhirnya dia hamil dan punya anak, dan lelaki itu nggak mau mengakui anaknya.
Yang terjadi, dia membawa anak cantik itu ke rumah mamanya, lalu meninggalkannya di sana.
Si anak tumbuh dan sekolah bersama neneknya, dalam keadaan yang menyedihkan, dan ibunya yang cantik itu, jarang banget pulang menengoknya.
Saya nggak mau kayak gitu.
Saya nggak mau pulang nyetor anak ke orang tua, lalu meninggalkannya di sana, hiks.
Lebay memang saya, tapi apa yang kita liat sejak kecil, memang seringnya menjadi pemicu hal-hal yang jadi prinsip kita.
Lah ini kok malah bahas pulang nyetor anak ya? hahaha.
Enggak sih, cuman film ini menceritakan hal demikian, makanya pas nonton tuh jadi terbayang masa lalu, dan membayangkan masa kini juga sih, hihihi.
Bukan hanya jalan ceritanya, tapi juga situasinya.
Di mana sang cucu yang terbiasa hidup di kota besar, tiba-tiba harus dititipkan di desa yang amat sangat terpencil, bersama neneknya.
Dan bukan hanya itu, rumah maupun fasilitas yang ada di tempat neneknya tuh amat sangat sederhana, bahkan terbilang, terbelakang.
Ah, biar nggak penasaran, mari kita bahas sinopsis film Korea The Way Home ini.
Sinopsis Lengkap Film Korea The Way Home
Sang-woo (Yoo Seung-hoo) adalah seorang anak yang lahir dan dibesarkan di kota besar oleh ibunya.
Suatu ketika, dia dipaksa oleh ibunya untuk mengunjungi dan tinggal sementara dengan neneknya yang belum pernah dia temui, pun juga rumah neneknya di tempat terpencil yang jauh dari kota.
Untuk menuju ke tempat neneknya, mereka kudu naik bus yang di perjalanan naik banyak penumpang dengan dandanan khas pedesaan terpencil.
Kebanyakan sih kakek-kakek dan nenek-nenek, naik bus dengan ayamnya.
Meskipun dalam keterbatasan dan kesederhanaan tersebut, semuanya rukun dan berbahagia.
Sementara Sang-woo dan ibunya, hanya bisa pasrah duduk di pinggir, dan kesal dengan keadaan bus yang penuh dengan berbagai macam orang yang tentu saja beragam aroma, ditambah hewan pula.
Sumpah ya, saya jadi ingat pertama kali dulu ke Bromo, kami naik bus dari terminal Surabaya ke Probolinggo, busnya sih enak banget.
Tapi setelah ganti bus dari Probolinggo ke Bromo, astagaaaaaa... saya duduk di kursi belakang, diapit ama nenek-nenek bawa ayam, hahaha.
Dan memang saat itu, keadaan seperti itu biasa banget sih ya, sekitar tahun 2002an, persis dengan rilisnya film Korea The Way Home ini.
Balik ke Sang-woo dan ibunya.
Akhirnya, penderitaan mereka dihimpit berbagai aroma dan ayam berakhir, mereka sampai di rumah neneknya.
Meskipun, dari tepi jalan besar, mereka kudu jalan kaki lagi melewati jalanan setapak penuh batu, untuk menuju rumah atau lebih tepatnya gubuk si nenek.
Sang-woo malas-malasan mengikuti ibunya, bahkan sampai ibunya emosi dan memukulnya karena tidak mau ikutan.
Sesampainya di rumah neneknya, ibunya langsung menyatakan maksud kedatangannya, dan Sang-woo hanya duduk kesal melihat ke sekeliling gubuk neneknya.
Bagaimana tidak, gubuknya sangat kecil dan terbilang sederhana.
Tidak ada listrik, tidak ada air buat mandi.
Untuk mandi dan semacamnya, sang nenek kudu berjalan kaki melewati bebatuan cadas, demi mendapatkan air yang kemudian dibawa pulang ke gubuknya untuk berbagai keperluan.
Oh ya, ibu Sang-woo sepertinya memang sudah lama tidak mengunjungi ibunya, bahkan bisa dibilang tidak pernah mengunjunginya.
Untung saja, meskipun nenek tersebut cacat, tapi masih mau berbaik hati menerima cucunya.
Ibu Sang-woo segera kembali ke kota, setelah meninggalkan beberapa oleh-oleh dari kota, seperti vitamin buat lansia, hingga pakaian dalam buat lansia.
Tidak lupa memastikan, semua keperluan Sang-woo telah ada di dalam gubuk tersebut.
Sepeninggal ibunya, perjuangan Sang-woo pun dimulai.
Dia begitu membenci neneknya.
Bahkan terang-terangan mengejek neneknya, dengan sebutan mahluk kotor dan jelek.
Neneknya memang sudah tua, bahkan beberapa anggota tubuhnya, seperti jari tangan dan kakinya penuh dengan luka yang sepertinya kena osteoporosis.
Belum lagi, sang nenek bisu, dia nggak bisa ngomong, tapi syukurlah mengerti apa yang diomongkan orang lain, termasuk cucunya yang bikin pengen dijewer itu.
Sang-woo memutuskan untuk tidak mau dekat-dekat neneknya.
Meski neneknya menawari makanan, dia ogah, dan memilih memakan jajanan yang dia bawa dari kota, sambil bermain game dan robotnya.
Sayangnya, ibu Sang-woo menitipkannya untuk waktu yang lama, jadinya mau nggak mau Sang-woo jadi butuh neneknya juga.
Di mulai dari saat dia kebelet BAB di malam hari, karena neneknya nggak punya listrik, di luar gelap, akhirnya Sang-woo pasrah aja BAB di dalam sebuah wadah khusus.
Lalu meskipun udah tahu kalau butuh neneknya, dia tetap jahil, mulai dari membuang satu-satunya sepatu tua neneknya, sehingga neneknya terpaksa harus berjalan kaki di batu tanpa alas kaki.
Sampai akhirnya gamenya kehabisan baterai, dan dia butuh uang untuk membeli baterai.
Neneknya tak punya uang untuk itu, karenanya Sang-woo mencuri tusuk konde neneknya dan coba dijualnya demi membeli baterai.
Sayangnya, tidak ada warung atau toko kecil yang menjual baterai seperti gamenya, bahkan akhirnya Sang-woo malah dipukul oleh penjual di warung, karena tahu dia mencuri tusuk konde neneknya.
Setelah berhari-hari Sang-woo tidak mau memakan makanan neneknya, akhirnya jajanannya pun habis, dan Sang-woo meminta ayam goreng kentucky.
Dengan mencontohkan dalam bahasa isyarat, pergilah sang nenek membawa hasil kebunnya, untuk ditukar dengan ayam.
Dalam hujan, si nenek kembali bersama ayamnya, dan langsung memasakan untuk sang cucu.
Sayangnya, Sang-woo hanya ingin makan ayam goreng kentucky, dan marah melihat neneknya malah hanya membuatkannya ayam rebus.
Neneknya yang sudah kehabisan cara membujuknya untuk makan, terlebih sang nenek kehujanan dan akhirnya demam, akhirnya neneknya cuek dan ditinggal tidur.
Nyatanya, saking laparnya akhirnya makanan itu dimakan juga ama Sang-woo dengan lahapnya.
Keesokan harinya neneknya ternyata demam, Sang-woo kasian melihatnya, akhirnya merawat neneknya.
Sang-woo juga sudah mulai menjadi anak yang manis.
Membantu neneknya mengambil jemuran saat hujan, meski tetap saja gengsi jika ketahuan neneknya.
Dia juga mulai bersahabat dengan tetangga neneknya, dan tertarik pada salah seorang teman wanita di sana, sayangnya teman wanita tersebut lebih suka bermain dengan anak lelaki lainnya.
Suatu ketika, neneknya mengajaknya ke pasar, mereka berdiri cukup lama di pinggir jalan menanti bus datang, sesampainya di pasar, neneknya menjual hasil kebunnya, dan setelah laku, dia mentraktir sang cucu makan enak, dan membelikannya jajanan kesukaannya.
Sang-woo makin lebih baik ke neneknya, sudah mau membantunya pasangin benang ke lubang jarumnya, sampai suatu hari, datanglah kabar tersebut.
Ibunya mengirim surat dari kota, bahwa akan menjemputnya kembali.
Sepertinya ibunya sudah punya kehidupan yang lebih baik, dan bermaksud ingin menjemput Sang-woo.
Sang-woo begitu sedih karena akan meninggalkan neneknya.
Dia lalu mengajari neneknya menulis, tapi karena sulit, akhirnya Sang-woo berpesan, jika neneknya sakit atau merindukannya, neneknya cukup mengirimkan kertas kosong padanya, dan Sang-woo akan tahu kalau surat itu dari neneknya dan bergegas datang.
Sang-woo juga mempersiapkan banyak jarum yang sudah dimasukan benang di lubangnya, agar neneknya tidak kesulitan memasukan benang tersebut, karena selama dia di rumah neneknya, itulah satu-satunya yang dimintain tolong sama neneknya.
Dan sampailah waktunya, ibunya datang menjemputnya.
Dan Sang-woo kembali ke kota dengan merindukan neneknya, yang semula dibencinya itu.
Review Film Korea The Way Home
Saya coba googling untuk mencari tahu sosok pemeran sang nenek, yaitu Kim Eul-boon.
Ternyata nenek tersebut bukanlah seorang artis profesional, dia justru adalah seorang nenek penduduk asli desa tersebut, yang ditemukan oleh sutradara film ini, Lee Jeong-hyang.
Karena wajahnya yang cantik, dan pembawaannya yang tenang, serta penampilannya sangat mirip dengan karakter dalam film ini, maka didapuklah sang nenek untuk menjadi pemeran utama sang nenek.
Luar biasa ya.
Meskipun sejujurnya, saya udah bisa mengira-ngira, kalau si nenek lakon utama ini pastilah nenek yang luar biasa.
Bagaimana tidak, adegan yang dia lakukan itu sama sekali tidak terlihat kalau mengada-ngada.
Terlebih, sejujurnya sepanjang film ini dialognya sangat sedikit, bisa dibilang film bisu, hahaha.
Ya, karena memang bercerita tentang sang nenek yang bisu dan cucunya yang nggak punya sopan santun dan nggak mau menghormati neneknya.
Jadi, sepanjang film ini ya dipenuhi dengan adegan aja.
Sekilas mirip film dokumenter, di mana menampilkan nenek-nenek perkasa, yang bisa berjalan di jalanan penuh batu tajam tanpa alas kaki, sambil mengangkat air pula.
Luar biasa.
Kalau aktris beneran pun, belum tentu mampu melakukannya.
Untuk karakter sang cucu, dia berhasil banget membawakan peran sang cucu yang nyebelin.
Khas banget anak yang pembangkang.
Ya saking ibunya juga kasar sih ya, karena memang sewaktu datang ke rumah neneknya, sang ibu memang punya masalah, makanya galau dan nggak sabar, terlebih sang anak nggak mau ditinggal di situ.
Ya iyalaaahh..
Anak kecil nggak pernah ketemu neneknya, tapi tiba-tiba dipaksa tinggal sama nenek yang bisu dan dalam gubuk yang sangat sederhana.
Dan saya coba googling, ternyata si pemeran anak kecil tersebut, udah tumbuh jadi aktor yang ganteng juga di Korea, meski jujur saya baru tahu wajahnya hahaha.
Keren banget ya, sejak kecil aktingnya udah bagus, dan terbawa sampai dewasa.
Manisnya lagi, dengan karakternya sebagai anak yang menyebalkan, ternyata dibalik semua itu, Yoo Seung-hoo jadi lebih dekat dengan sang nenek, Kim Eul-boon dalam dunia nyata.
Bahkan sampai dia dewasa, masih bertemu dengan Kim Eul-boon, dan begitu menyayanginya.
Kan jadi berasa so sweet-nya ya.
Padahal si nenek setahu saya hanya pernah main film satu itu saja, memang bukan artis sih ya.
Dan berhasil memerankan karakter di film The Way Home tersebut, hanya karena dia jadi dirinya sendiri aja.
Dan mengetahui kisah dibalik film ini, dengan hasil filmnya, saya jadi mengerti, mengapa film ini panen komentar baik di masanya.
Dan mengetahui kisah dibalik film ini, dengan hasil filmnya, saya jadi mengerti, mengapa film ini panen komentar baik di masanya.
Dan ceritanya, menjadi salah satu film korea yang menguras air mata penonton.
Over all, saya memberi nilai 4,75 dari 5 untuk film Korea The Way Home ini.
Selain dari kisah dibalik pembuatan film ini yang luar biasa menurut saya, ya bayangin aja, syuting di wilayah terpencil, dengan pemeran yang bukan aktor atau artis.
Makna Dan Pesan Dari Film Korea The Way Home
Selain dari kisah dibalik pembuatan film ini yang luar biasa menurut saya, ya bayangin aja, syuting di wilayah terpencil, dengan pemeran yang bukan aktor atau artis.
Bahkan pemeran di film pendek Tilik aja, masih ada basic yang terbiasa akting.
Lah ini, seorang nenek penduduk asli di wilayah terpencil pula..
Namun, kisah film ini sendiri, punya banyak makna dan pesan, khususnya buat saya pribadi, yaitu:
- Jangan pernah memutus hubungan dengan orang tua, bagaimanapun keadaan orang tua, terlebih jika orang tua tinggal sendiri, di daerah terpencil pula. Di film ini terlihat jelas, bagaimana egoisnya ibu si Sang-woo, di mana seenaknya menitipkan anaknya di ibunya, padahal sebelumnya sama sekali nggak pernah pulang melihat ibunya. Bisa dikatakan kayaknya dia kualat sama ibunya.
- Ajarkan kepada anak untuk mandiri dan tidak manja, kita tak pernah tahu apa yang ada di depan nanti. Jangan seperti Sang-woo, yang terbiasa manja, sehingga bahkan sedikitpun tidak mau menghormati neneknya, terlebih dengan keadaan neneknya yang bisu dan berpenampilan kotor.
- Ibu adalah, seseorang dengan kasih sepanjang jalan tak berujung. Di mana neneknya Sang-woo, yang tetap menerima cucunya, meski bahkan ibu Sang-woo sama sekali nggak pernah peduli dengannya sebelumnya. Terlebih cucunya nggak sopan gitu.
- Ibu juga mencintai cucunya. Ini yang bikin saya mewek. Saya jadi ingat, mama dulu sering banget bilang, berkali-kali pula, bahwa beliau sama sekali nggak mau disuruh jaga cucu, setelah dia pensiun. Cucu dari siapapun. That's why saya nggak mau pulang, even saya bermasalah dengan pasangan. Dan saya baper dong, liat nenek tersebut yang begitu tulus menyayangi cucunya dengan semua kelakuan cucunya yang kurang sopan itu.
Selain dari makna mendalam film ini, semua kisah dan lokasinya mengingatkan saya akan masa kecil dulu, masa di mana pemerintahan orde baru.
Di mana masih banyak desa tertinggal di mana-mana di Indonesia.
Yang kalau mau ke kota, kudu nunggu angkutan dengan berdiri lama di pinggir jalan.
Yang penampilan orang-orang desanya, mirip penampilan orang-orang desa di Indonesia di tahun segitu.
Lalu teringat akan nasib anak cantik menggemaskan dari cucunya tetangganya mama dulu.
Di mana nasibnya sedikit beda dengan Sang-woo di film Korea The Way Home ini.
Jika Sang-woo begitu dimanjakan oleh neneknya, padahal nggak punya sopan santun, berbeda dengan anak gemes cantik tersebut.
Waktu datang, terlihat banget gemesnya, cantik, berambut kriting, berkulit putih.
Dan seiring waktu, semua berubah.
Kulitnya jadi gelap, saking nggak terawat dan neneknya mendidiknya dengan keras.
Pun juga jarang banget ditengok sama ibunya.
Nantilah setelah dia besar, setamat SMU, baru dia nekat mencari ibunya ke Jakarta.
Makanya, waktu kakak saya minta saya pulang ke sana, bahkan nyuruh agar si kakak sekolah aja sama mama saya.
Saya jadi mewek membayangkan, kalau si kakak jadi kayak anak cantik menggemaskan, tetangga mama saya dulu.
Kaaann.. kaaann..
Maunya bahas film Korea The Way Home, eh ujungnya malah bahas curcolan, hahaha.
Udah ah, pokoknya yang pengen nonton film Korea yang menguras air mata, tonton gih film Korea The Way Home ini.
Rekomended!
Ada yang udah nonton?
Sidoarjo, 27 September 2020
Sumber : film Korea The Way Home
Gambar : Hancinema
Surely I will end up crying while watching this :/
BalasHapusYes, it's a sad story
HapusWah wah.. kayaknya saya mau nonton ini film..
BalasHapusAto ditonton, bagus sih :)
Hapusmbakkkkk reviewnya apik ceritanya
BalasHapusmendadak aku inget waktu aku SD yang ga begitu suka sama nenekku hehehe, astagaaaaa
ternyata pemeran si nenek bukan dari kalangan aktris, tadi aku mikir aktingnya sampe jalan bungkuk bungkuk kayak gitu, ehh ternyata warga lokal. penasaran
dan masih diberi kesehatan ya, sampe si cowok udah gede dan masih menjalin silahturahmi gitu
Hahaha, pasti neneknya cereweeett :D
HapusKalau yang ini malah neneknya nggak ngomong sama sekali.
Tapi memang penampilannya yang bikin cucunya nggak suka kali ya.
Sayapun udah curiga, ini neneknya beneran artis nggak sih?
Jadinya filmnya kek film dokumenter, pas juga karakternya bisu, jadi nggak perlu hafal dialog :D
aku bacanya aja udah nangis loh mbaaa, duhh aku tuh ga kuat nonton film2 mellow gini, udah pasti auto nangis :')
BalasHapushihihi, saya suka banget nonton film Korea yang mellow gini :D
HapusSoal menitipkan anak ke orangtua sementara kita merantau itu juga bukan jadi prinsipku mba. Kejadian kakakku begitu. Diasuh sama si mbah sampai dewasa. Jarang dijenguk. Hubungan antara orangtua ke anak tidak ada. Orangtuaku selepas pensiun pulang kampung. Alhasil harus struggling membangun hubungan itu sama kakakku yang di kampung.
BalasHapusBtw, jadi penasaran buat nonton filmnya..
Betul banget, kakak saya juga dititipin di rumah tante saya sejak kelas 6 SD, alhasil dia kesulitan membangun chemistri dengan mama saya, padahal mama saya udah berusaha mati-matian agar kakak saya bisa lebih peduli dengan mama saya.
HapusAyo ditonton, film lama ini, tapi bagus sih menurut saya :)
Haduuuh Rey, tadinya aku mau nonton film ini, tapi jadi ragu gara2 kamu tulis menguras air mata hahahahah. Ini serius beneran sedih banget, ato hanya Krn terharu :D.
BalasHapusAkutu baperan parah kalo udah liat film sedih. Lama tuh kebawanya ... penasaran pgn liat akting si nenek, tapi ga pengen nangis2nya hihihi
Hebat juga tapi si nenek, org lokal ga ada dasar akting, tapi sukses bawain dan jd pemeran utama pula. Walo g ada dialog tapikan ekspresi tetep perlu pasti
Mungkin karena saya pernah liat di dunia nyata kejadian kayak gini Mba, plus beberapa waktu lalu, pernah disuruh kakak saya buat balik dan biarin si kakak sekolah sama mama saya, hiks.
Hapusjadinya, nonton ini bapernya setengah mati.
Sutradaranya keren Mba, karakter si nenek itu persis banget kayak orang lokal ini, jadi karakternya tuh nggak ada ekspresi, ya kan orang bisu dan tuli, apalagi udah tua, jadinya sama sekali nggak ada ekspresi, apalagi akting si cucu itu bener-bener melebur yang bikin nggak keliatan kek film dokumenter hahahaha
Unknown Monday, March 01, 2021
BalasHapusMba yg sbaar ya
Reply: Thanks ya :)