Dan kasih ibu tersebut, terekam dalam perjalanan seorang anak ketika mengunjungi ibunya yang tinggal berjauhan dengannya.
Jujur, saya bapernya berlipat, karena lokasinya so related dengan saya.
Maksudnya bukan related orang tua saya tinggal di Korea, etdah, hahaha!
Akan tetapi, perjalanannya memberikan saya inspirasi untuk pengen mudik sejenak melihat kedua orang tua, dan pengennya mau mudik sendiri, kayak di film tersebut.
Si Rey mah gitu, mudah banget kebawa film yang ditonton, apalagi kalau filmnya memang bikin baper, duh fix dah si Rey ikutan baper maksimal, hahaha.
Sinopsis Lengkap Film Korea A Long Visit
Seperti biasa, nggak pernah bosan saya warning temans yang sedang membaca ini, bahwa ini bakalan spoiler abis, so yang suka kejutan, mending skip langsung ke reviewnya aja di bagian bawah.
Jadi, film ini dimulai dengan adegan Ji-Suk (Park Jin-Hee) yang diantar oleh suami dan anak perempuannya ke stasiun kereta, dia akan mudik ke kampung halamannya untuk menjenguk ibunya.
Jadi, film ini dimulai dengan adegan Ji-Suk (Park Jin-Hee) yang diantar oleh suami dan anak perempuannya ke stasiun kereta, dia akan mudik ke kampung halamannya untuk menjenguk ibunya.
Ketika di kereta, Ji-Suk menikmati sepanjang jalanan kereta tersebut, dengan mengenang masa kecilnya hingga dewasa bersama ibunya.
Ji-Suk dilahirkan dari pasangan ibu (Kim Hae-Sook) yang amat sangat menyayanginya, bahkan saking sayangnya, ibunya lebih pilih kasih ke dia sebagai anak perempuan sulung, ketimbang adik lelakinya.
Ayahnya seorang supir bus, yang kakinya sedikit pincang, sehingga seringnya di-bully orang.
Ji-Suk melewati masa kecilnya dengan bahagia, bagaimana tidak, cinta ibunya benar-benar tercurah padanya.
Hal ini dikarenakan kakak perempuan Ji-Suk meninggal, sehingga ibunya jadi amat sangat melindunginya.
Ibunya tidak membolehkan dia bekerja, hanya boleh belajar dan bermain dengan adiknya.
Ibunya juga sering mengajaknya ke mana-mana.
Salah satunya ke pasar, meski Ji-Suk kecil sungguh kesal dengan sikap ibunya yang sering banget menawar barang dagangan orang dengan sadis.
Ji-Suk kesal, karena sebenarnya ibunya punya uang untuk itu, tapi memilih menawarnya dengan semurah mungkin, lalu membawa pulang uang kembalian yang nggak seberapa itu.
Ji-Suk tak pernah menyadari, kalau ternyata ibunya melakukan hal tersebut agar bisa menabung sedikit demi sedikit, untuk bekal Ji-Suk setelah dewasa nanti.
Meskipun ibunya sedemikian sayang dan cintanya padanya, Ji-Suk tetap saja tumbuh jadi anak yang gengsi, dia malu dengan penampilan ibunya yang tidak pernah memperhatikan dirinya sendiri.
Bahkan, suatu hari dia tega mengusir ibunya dari sekolah, hanya karena malu jika teman-temannya tahu, dia punya ibu yang berpenampilan seperti itu.
Ibunya kecewa, namun tetap pulang dengan menghibur hatinya.
Yang bikin mewek tuh, saya pikir karena itu, ibunya jadi dendam dan kesal pada anaknya.
Nyata enggak.
Meski kecewa, tapi ibunya tetap sayang dan menghormati sikap anaknya yang malu dengan keadaannya, huhuhu.
Ibu yang amat sangat langka.
Keadaan ekonomi orang tua Ji-Suk memang amat sangat sederhana, bahkan terbilang ekonomi kelas bawah.
Tapi ibunya amat sangat memanjakannya.
Dan ibunya rela menahan saat dipukulin oleh ayah Ji-Suk yang memang sering uring-uringan ketika dibully orang akan keadaannya.
Karenanya, Ji-Suk kesal melihat hal itu.
Lalu si Rey membayangkan masa kecilnya, di mana mama yang diam saja ketika dibentak bapak.
Karena sikap ayahnya yang pendiam dan pemarah itu, Ji-Suk akhirnya jadi berjarak dengan ayahnya.
Padahal ayahnya tetap menyayanginya, dengan caranya.
Gara-gara sikap ayahnya tersebut pula, membuat Ji-Suk tumbuh dengan penuh kebencian terhadap rumahnya, daerah tempat lahirnya, hingga berjanji tidak akan pernah menikah, karena menurutnya pernikahan tersebut hanya membuat wanita sengsara, seperti ibunya.
Soooo related banget ama si Rey dulu.
Ibu Ji-Suk selalu membela apa yang diinginkan Ji-Suk, termasuk keinginannya untuk kuliah di Seoul.
Ayah Ji-Suk sebenarnya nggak setuju akan hal tersebut, karena selain biaya kuliah di sana itu mahal, biaya hidup juga mahal, pun juga jaraknya sangat jauh dari orang tuanya.
Namun, ibu Ji-Suk tentu saja membela Ji-Suk, dan membolehkan apapun pilihan anaknya.
Syukurlah, Ji-Suk akhirnya lulus di perguruan tinggi di Seoul dengan beasiswa, dan di hari keberangkatannya ke Seoul, Ji-Suk diantar oleh ayah, ibu dan adiknya hingga ke stasiun, dan ibunya melepasnya dengan sangat berat.
Ji-Suk berangkat sendirian ke Seoul, dengan menenteng banyak barang bawaan, termasuk kopernya yang amat sangat berat.
Setelah diperiksa, ternyata isinya kebanyakan koin.
Dan koin itu merupakan koin yang dikumpulkan ibunya dari kembalian saat dia belanja ke pasar, sejak Ji-Suk kecil.
Ji-Suk menjalani masa pendidikan di Seoul dengan serius, biaya hidup yang tinggi membuatnya bekerja part time untuk kebutuhan hidupnya.
Waktu berlalu, hingga akhirnya Ji-Sukpun jatuh cinta kepada seorang lelaki, langsung lupa deh dia kalau dulu pernah berjanji nggak mau menikah.
Persiiissss si Rey! hahaha.
Sayangnya, pacar Ji-Suk adalah orang yang berada, ibu pacarnya tidak setuju dengan Ji-Suk yang orang biasa saja, apalagi dari desa.
Ibu Ji-Suk kesal sekali dengan sikap calon besannya tersebut, padahal mereka sudah berdandan mati-matian untuk menghadiri pertemuan keluarga tersebut.
Ibu Ji-Suk akhirnya mengajak suami dan anaknya pergi dari situ, dia tidak tahan dihina seperti itu.
Sayangnya, Ji-Suk sudah sedemikian bucinnya terhadap lelaki itu, dan patah hatinya Ji-Suk amat sangat menyakiti hati ibunya.
Keesokan harinya, ibunya rela bersimpuh di depan calon besannya, memohon maaf dan memohon dengan sangat agar calon besannya tersebut merestui hubungan anak-anak mereka.
Ya Allah...
Cari di mana ya ibu kayak demikian?
Ji-Suk akhirnya menikah dengan lelaki pujaannya (Jo Young-Jin), sayangnya, ketika Ji-Suk hamil, suaminya malah memutuskan meneruskan kuliahnya dan meninggalkan Ji-Suk sendirian.
Ibunya tidak tega melihat keadaan tersebut, segera datang menemani dan merawat Ji-Suk selama kehamilannya.
Hingga akhirnya Ji-Suk melahirkan, astagaaa yang histeris dan jerit-jerit justru malah ibunya, saking ibunya panik takut Ji-Suk nggak kuat menahan rasa sakit melahirkan.
Ya Allah, mewek nggak sih? huhuhu.
Demikianlah, hingga suatu hari, ayah Ji-Suk meninggal dunia, tinggallah ibunya di desa seorang diri, karena adik lelaki Ji-Suk, Jin-Ho (Jung Young-Ki) juga tinggal jauh dari rumah ibunya.
Ji-Suk membujuk ibunya agar mau tinggal dengannya di kota, karena kasian jika ibunya harus tinggal seorang diri di rumah yang sepi, dan jauh dari tetangga itu.
Ibunya menolak dan berkata,
"Ibu harus di sini, Nak. Agar kau punya tempat yang dikunjungi, saat bertengkar dengan suamimu!"
Huwaaaaa.... nangis...nangis daahh!
Adegan renungan Ji-Suk akhirnya terhenti seiring kereta berhenti di tempat tujuannya, Ji-Suk akhirnya bisa kembali ke rumah yang dulunya begitu dia benci, ibunya menyambut dengan penuh gembira, meski terheran-heran, melihat Ji-Suk datang seorang diri, dan mengira anaknya sedang berantem dengan suaminya.
Ji-Suk lalu mengunjungi sahabatnya dulu di desa tersebut, dan menitip pesan agar sahabatnya sering mengunjungi ibunya, pun juga mengajak atau lebih tepatnya memaksa ibunya agar mau jalan-jalan bersamanya.
Ji-Suk juga berhasil meminta ibunya untuk foto bareng dan dicetak dengan bagus.
Jujur saya menontonnya, sambil menebak-nebak, ini ending-nya gimana ya?
Apa yang terjadi pada Ji-Suk?
Apakah dia sudah bercerai dengan suaminya?
Atau gimana?
Sepulang dari jalan-jalan, ibunya tidak tahan lagi, karena melihat wajah Ji-Suk yang pucat, akhirnya ibunya menelpon menantunya di Seoul, Memaksanya untuk jujur, apakah mereka berantem atau gimana?
Dan akhirnya suami Ji-Suk pun mengatakan sebuah kabar yang meluluh lantakan hati ibunya.
Yang ternyata Ji-Suk sebenarnya pulang semacam pamitan kepada ibunya, karena dia menderita kanker pankreas stadium 4, dan usianya hanya terhitung bulanan lagi.
Demikianlah, saya nangis tersedu-sedu menyaksikan adegan saat ibunya melepas Ji-Suk dengan amat sangat berat di stasiun kereta.
Ibunya menangis sejadi-jadinya.
Dan diteruskan dengan tangisan tanpa air mata, ketika beberapa bulan kemudian, Ji-Suk akhirnya berpulang karena penyakitnya tersebut.
Ibu Ji-Suk kembali ke desa tempat dia melahirkan dan membesarkan Ji-Suk dengan patah hati, menikmati sisa hidupnya dengan rasa rindunya kepada Ji-Suk, dan berharap, di kehidupan mendatang.
Dia masih bisa diberi kesempatan menjadi ibu dari Ji-Suk lagi.
Huhuhu.
Review Film Korea A Long Visit
Saya menonton film ini tuh tanpa membaca review atau sinopsis, saya hanya melihat gambarnya, di mana ada gambar seorang bintang Korea yang wajahnya familier sejak pertama kali bermain di drama Korea endless Love sebagai ibu-ibu yang cerewet.
Kim Hae-Sook berakting dengan amat sangat totalitas, baik sebagai ibu muda di waktu Ji-Suk kecil, hingga saat Ji-Suk telah dewasa.
Aktingnyalah yang menguras banyak air mata.
Sementara Park Jin-Hee begitu pas menyatu dengan akting 'ibu'nya tersebut.
Film A Long Visit ini, pertama kali dirilis di tanggal 22 April 2010 silam, berdurasi 107 menit, yang merupakan film Korea garapan Yoo Sung-Yup dan ditulis oleh Jang Hye-Sun, Ko Hye-Jeong, Yoo Sung-Yup, dan Yoo Young-A.
Film yang mengisahkan kasih ibu tak berbatas ini, saya rasa sangat pantas ditonton oleh semua kalangan, karena tidak ada adegan dewasa sama sekali, dan bahkan cocok banget ditonton oleh anak perempuan, yang mungkin sering berantem dengan ibunya.
Karena, di film ini, biar kata ibu Ji-Suk amat sangat menyayangi Ji-Suk, tapi kenyataannya ada juga konflik antara ibu dan anak perempuan ini.
Ji-Suk memang mewarisi sifat ayahnya yang keras kepala.
Hal itu sering memunculkan konflik di antara ibu dan anak tersebut.
Dari yang di masa kecil Ji-Suk kesal dengan kelakuan ibunya di pasar, lalu malu saat ibunya ke sekolahnya, hingga sebal saat pertama kali ibunya mengunjunginya di Seoul dengan membawa banyak sekali makanan, sehingga mereka kesulitan mengangkat tasnya ke kamar sewa Ji-Suk.
Hingga momen saat Ji-Suk hamil dan suaminya malah nggak di rumah, pokoknya mereka juga sering berseteru, layaknya ibu dan anak perempuan lainnya.
Yang membedakan dari ibu zaman now adalah, ibunya tak pernah bisa benar-benar marah pada Ji-Suk, dan bersedia melakukan apapun demi anaknya tersebut.
Dan sesuai judulnya, film ini memang merupakan sebuah film yang mengisahkan tentang perjalanan panjang mengunjungi ibu.
Sebuah hal yang semacam dejavu buat saya khususnya.
Merasa Related Dengan Film Korea A Long Visit
Kalau biasanya, saya akan membahas makna dan pesan dari sebuah film, kali ini saya jadi ingin meninggalkan cerita saja di sini, cerita yang sangat related dengan film ini.
Sumpah ya, film ini amat sangat related banget dengan kehidupan saya.
Di sisi lain, i told you, saya tuh mudah banget masuk ke sebuah film yang saya tonton, atau buku / novel yang saya baca.
Dari sisi Ji-Suk yang anak kedua.
So do i!
Bedanya, kakak saya masih ada, dan hal itu membuat saya jadi bagaikan anak terbuang yang selalu disisihkan.
Nasib ya jadi anak tengah, dan saya rasa banyak banget yang merasakan hal tersebut, yang paling terlihat tuh sosok Aurora di film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.
Saya jadi berpikir, kalau kakak saya juga nggak ada, akankah mama bakal menyayangi saya sedalam ibunya Ji-Suk tersebut?
Lalu, saya juga tumbuh besar di sebuah daerah yang jauh dari kota besar, tumbuh dengan penuh dendam dan impian, agar suatu saat nanti saya bakal pergi jauh meninggalkan orang tua dan daerah tersebut.
Saya juga pernah berjanji nggak mau menikah, saking saya merasa lelaki itu nggak ada gunanya.
Lihatlah bapak saya dulu, udahlah yang menghasilkan uang lebih banyak adalah mama, bapak yang menghabiskan uang lebih banyak, sukanya merintah aja, dan gila hormat banget.
Saya muak, dan berjanji nggak mau berurusan dengan lelaki.
Nyatanya, sama kayak ibunya Ji-Suk yang berpesan pada Ji-Suk,
"Ah jangan asal ngomong, kau akan lupa omongan tersebut, saat kau bertemu orang yang tepat"
Dan sama dengan Ji-Suk, saya akhirnya bisa pergi jauh dari orang tua,
Terlalu jauh dalam artian saya nggak bisa dengan leluasa pulang menjenguk mereka, hiks.
Terlalu angkuh dengan segala pikiran sendiri.
Dan sama juga dengan Ji-Suk, saya kualat dengan bapak, karena terlalu membenci bapak dulunya, sehingga nyatanya saya mewarisi banyak sifat beliau.
Pemarah, keras kepala, nggak sabaran, mencintai hal detail, tapi juga lucu dan lembut hatinya.
Bapak saya mungkin hampir mirip dengan bapak Ji-Suk.
Bapak adalah seorang lelaki yang merasakan stres karena merasa hidupnya tidak seperti yang diharapkannya.
Akhirnya, dia menge-push kami anak-anaknya, dengan harapan kami tidak mengalami apa yang beliau alami.
Karena stres itu, bapak jadinya kasar dan suka mukul kami, kebalikan dengan Ji-Suk.
Kalau ibunya Ji-Suk rela pasang badan dipukuli ayahnya Ji-Suk demi melindungi anak-anaknya.
Mama malah diam saja saat kami dipukuli bapak sampai kami ngompol, huhuhu.
Tapi, saya yakin, kasih mama dan bapak sama besarnya dengan kasih ayah ibunya Ji-Suk.
Bedanya, mama hanya tidak bisa seekspresif ibunya Ji-Suk.
Juga tentang keadaan Ji-Suk yang mengenang masa kecilnya, ketika di perjalanan mengunjungi ibunya.
Saya pernah bahkan dulu sering mengalami hal tersebut.
Waktu kuliah hingga kerja, atau sebelum saya menikah, setiap tahun Alhamdulillah saya bisa pulang berlebaran di rumah mama.
Dan ketika di perjalanan, saya sering banget melamun mengenang masa kecil saya.
Hingga akhirnya sampai di daerah yang dulunya menjadi saksi seorang remaja minderan menyimpan dendam dan impian untuk meninggalkan daerah itu suatu saat nanti.
Siapa sangka?
Malaikat mendengar hal itu, dan mengabulkannya.
Saya sekarang begitu jauh dari orang tua.
Jauh yang bahkan tak terhingga, karena saya nggak bisa mengunjungi orang tua semudah Ji-Suk mengunjungi ibunya.
Ah akankah saya masih diberi kesempatan oleh-Nya, untuk bisa mengalami hal yang sama kayak Ji-Suk?
Mengunjungi mama dan bapak, lalu mengajak mereka jalan-jalan seperti ji-Suk kepada ibunya?
Allah..
Mohon izinkanlah..
Demikianlah..
Sidoarjo, 18 Oktober 2020
Sumber : Film A Long Visit dan pengalaman pribadi
Gambar : Berbagai sumber
ternyata tak beda jauh dengan kehidupan kita .... ibu dan ayahku kalau ke tempatku pasti juga bawa beras bawa pisang dll, tapi kalau aku mudik bawanya .... BAKPIA oleh oleh gitu
BalasHapushahahaha, iya banget.
HapusSekarang kayaknya cuman saya yang nggak pernah digitukan, kalau kakak saya minimal 2 minggu sekali, dia nggak perlu belanja sayur mayur maupun buah dan bumbu dapur, karena dibawain bapak dan mama saya :D
Saya kurang setuju kalo anak kedua selalu disisihkan mbak, karena aku anak kedua tapi menurutku orang tua ku menyayangi seperti kakak dan adikku, bahkan kata adikku, aku lebih disayang.🤣
BalasHapusTapi ada kesamaan nya sih, orang tuaku juga berharap agar kehidupan anak anaknya lebih baik dari mereka.😃
Waaahh asyiknya Mas Agus, saya anak kedua yang tersisihkan Mas hahaha
HapusEmang kalau nonton film tentang keluarga, Terlebih kalau film keluarga itu lebih dominan mengkisahkan tentang profil atau kesetiaan seorang ibu terhadap anak2nya tanpa tembang pilih.😊
BalasHapusSeorang ibu rela berbohong demi anak2nya....Bohong dalam artian rela tidak makan asal sang anak kenyang. Selalu merasa kuat didepan anak2nya meski ia sebenarnya merasa kelelahan.ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Betul banget Kang, ibu selalu rela menanggung semua kepedihan demi anak-anaknya
HapusMba Rey, akhirnya aku dapet judul film ini hahaha
BalasHapusDulu pernah nonton film ini berkali-kali, sendirian dan bareng2 di kelas sampe akhirnya nangis berjemaah... Tapi, setauku dulu judulnya 'Mother' pas pengen nonton lagi kok gak nemu-nemu mana gak inget yang main siapa huhuhu tapi akhirnya kutemukan hehehe
Film ini emang parah banget sih bikin nangisnya... jadi bener-bener keinget aja perjuangan orang tua tuh gimana ke kita, berapa banyak yang dikorbankan ke anaknya. Apalagi yang merantau2, otomatis jadi kangen banget sama orang tua!
Iya, judul resminya tuh a long Visit, tapi kalau nggak salah di Korea tuh judulnya My Mom atau My Mother ya?
HapusBangeeett, saya jadi emrasa ada saingannya film Kabhi Kushi Kabhi Gam, film yang berulang saya tonton, berulang juga saya nangis hahahaha
kok apik ya ceritanya, waduhhh mellow nih kalau aku ntar nonton
BalasHapusoooo yang jadi ibunya ji suk pernah main di endless love ya? aku udah lupa wajah pemainnya soalnya, kudu buka yutub nih hehehe
Iya Mba Inun, si ibu itu memang aktingnya keren sih, dia main di banyak film :D
HapusMba reeey, aku terharuu sama ceritanya. Kalau aku nonton langsng pastu udah nangis2 berurai air mata. Huhu.. jd inget juga pas lahiran ditemenin Mama, mama yg nguatin aku waktu berjam2 menahan sakit kontraksi 😆😆
BalasHapusEndingnya kok ya malah sediiih yaa. Ternyata dia mengunjungi ibunya buat perpisahan yaa.
Masalah related sama kehidupan pribadi, ternyata banyak kesamaan juga yaa sama kisah hidup Mba Rey. Tp aku yakin, dibalik sikap bapak Mba rey yg keras, dia pasti sayang bgd sama anak2nya 💖💖
Iyaaa Mba, endingnya nggak kebaca, awalnya saya pikir dia verai ama suaminya, lalu saya pikir ibunya yang bakal meninggal duluan, lah kok ternyata beda.
HapusKisahnya itu related banget, semacam melihat diri saya di Ji-Suk, meski saya sih nggak sekasar itu ke mama saya hahahaha
Rey, aku cukup baca reviewmu aja :). Rasanya bakalan ngabisin banyak tisu kalo aku paksain nonton -_- . Ga bisa akutu nonton yg sedih2 begini, apalagi related Ama orangtua. Lgs baper, trus keinget juga udh 2 thn ga mudik ke Medan.
BalasHapusSedih amat filmnya Krn pemeran wanita sakit dan meninggal gitu. Aku lgs inget Ama anakku, auto berdoa, semoga aja Tuhan ksh kesempatan untuk aku bisa melihat mereka besar, nikah dan jgn sampe mendahulukan orangtuanya :(. Ntahlah rasanya seperti apa kalo orangtua hrs mengntar anaknya yg meninggal LBH dulu :(
huhuhu bener Mba, bagi kita-kita yang jauh dari ortu, bukan hanya jauh di mata, tapi juga sulit nyambung hati dengan ibu misalnya, bakalan baper banget nonton ini huhuhu
Hapus