Dan saya adalah salah satu korbannya, yang baru menyadari, dampak dari hal-hal yang menyertai saya selama ini.
Oh ya, ada yang belum tahu nggak, apa sih ekshibisionisme itu?
Ekshibisionisme atau eksibisionis adalah penyimpangan seksual (sexual deviation) yang ditandai dengan perilaku suka memperlihatkan alat kelamin (kemaluan) seseorang pada orang asing.
Perilaku ini biasanya dilatarbelakangi oleh adanya fantasi seksual atau dorongan seksual yang menggebuh.
Atau bahasa umumnya, itu loh, orang (biasanya laki-laki) yang suka pamer anunya, bukan hanya di tempat sepi, bahkan di tempat ramaipun sering terjadi.
Btw, bahasan hari ini terinsipirasi dari WAG NBS (Ning Blogger Surabaya), di mana 2 malam lalu, tiba-tiba ada yang share tentang kelakuan artis yang gemar melakukan sexual harassment , yang mana booming di twitter menghasilkan inisial dan istilah artis yang bikin migrain saya kambuh, karena saya nggak ngerti siapa sih yang mereka bicarain itu? hahaha.
Dari pembahasan gibahan tersebut, keluarlah istilah baru, 'Garuda Open'.
Etdaahh, istilah apa pula itu? hahaha.
Dan ternyata, Garuda Open tersebut lebih cocok disebut Belalai Open, hahaha.
Yup, tentang si pelaku ekshibisionisme.
Teman-teman membahas, betapa orang yang mengalami kejadian sebagai korba sexual harassment itu akan tertegun beberapa saat, sebelum akhirnya panik.
Dan saya jadi teringat, kejadian yang pernah 3 eh 4 kali menimpa saya, baik saat saya kecil dulu, maupun saat sudah dewasa.
Pengalaman Bertemu Pelaku Ekshibisionisme
Di post saya terdahulu, yang membahas tentang pelecehan seksual terhadap anak, sudah saya ceritakan bagaimana saya bertemu dengan pelaku ekshibisionisme di masa kecil.
3 kali bertemu para pelaku ekshibisionisme, membuat saya jadi sedikit trauma berjalan sendiri, dan saya jadi mulai mengerti, mengapa saya selalu merasa butuh teman saat berjalan.
Dan saya selalu parno kalau disuruh bepergian sendirian.
Lucunya, saya baru sadar sekarang, hahaha.
Terlebih, ketika dewasa pun, saya masih sempat juga menjadi korban dari pelaku ekshibisionisme, dan setelahnya bikin saya trauma banget jika sendirian berada di manapun, terlebih di pinggir jalan.
Jadi, ceritanya tuh ketika saya masih kerja dan belum menikah.
Waktu itu saya ngantor sambil naik angkot.
Sekitar pukul 16.30an, saya hendak pulang dan berdiri di pinggir jalan untuk nunggu angkot.
Kantor saya berada di samping kantor Gubernur Jatim, jadi setiap kali mau pulang, saya berdiri di depan kantor Gubernur untuk nunggu angkot lyn N.
Baru saja beberapa menit berdiri, tiba-tiba di kejauhan seseorang yang mengendarai motor dengan helm tertutup, terlihat mengarahkan motornya menepi ke arah saya.
Saya berusaha memperhatikan dengan seksama, mungkin saja orang tersebut adalah teman saya yang ingin mengajak saya pulang bareng.
Dia semakin mendekat, dan berhenti tepat beberapa langkah dari saya, menepikan motornya, sedikit berdiri, daaannn dia membuka resleting celananya dong.
Saya yang udah punya pengalaman bertemu pelaku ekshibisionisme sejak kecil langsung siaga, meskipun tetap saja saya merasa freeze beberapa detik, bingung mau ngapain.
Saya lupa dengan jelas apa yang saya lakukan saat itu, tapi sepertinya saya perlahan menjauhi orang itu, pura-pura ambil telpon dan pura-pura menelpon.
Taktik saya sejak zaman jebot mah gitu, kalau salah tingkah langsung pura-pura terima telpon, hahaha.
Dan akhirnya si pelaku tersebut langsung cabut secepat mungkin dari situ.
Astagaaaa, saya lemes setelahnya.
Mana udah sore, di situ memang selalu sepi.
Saya sms si pacar, dan si pacar akhirnya datang secepat mungkin, lalu mengantarkan saya pulang.
Sepanjang jalan saya menangis.
Dan geram setengah mati.
Dan begitulah, saya berjanji kepada diri sendiri, untuk selalu waspada dalam keadaan gimanapun.
Terlebih jika saya harus berdiri di pinggir jalan sendirian.
Saya selalu mengupayakan agar kamera hape tetap on dengan cara langsung mengunci hape dalam keadaan kamera terbuka dalam mode video.
Dengan harapan, kalau bertemu dengan pelaku seperti itu lagi, saya akan menguatkan mental untuk merekamnya dan menyebarkannya di medsos dan google, hahahaha.
Sungguh pelaku ekshibisionisme itu sungguh bikin trauma, bikin saya melewatkan banyak kesempatan, hanya karena saya takut bepergian sendirian.
So, bagi kalian yang merasa menderita ekshibisionisme dan membaca ini, please kalian berobat ke psikolog sana.
Daripada kalian viral sedang pamer anu di medsos, hahaha.
Oh ya, adalagi cara lain, saat bertemu pelaku seperti ini, dekati sambil senyum-senyum, lalu keluarkan gunting besar... lalu sunat dia lagi, hahaha.
Si Rey hayalan tingkat universe wakakakak.
PS : Dari beberapa artikel yang saya baca, sebenarnya cara terbaik saat bertemu pelaku atau penderita ekshibisionisme ini adalah, dengan mengabaikannya.Dari beberapa cerita, bahkan ada yang diejek oleh sang korban, dengan mengatakan kalau alat vitalnya kecil atau semacamnya.Bahkan dari cerita juga, ada pelaku yang seketika pergi sambil nangis setelah diejek demikian.Astagaaaa...Ada-ada saja.
Mereka memang butuh banget bantuan psikolog dan semacamnya deh.
Penyebab Ekshibisionisme
Saya jadi ingat, waktu kecil dulu, saya sering banget dengar beberapa anak yang memang sering jadi biang kerok, selalu menjadi pelaki ekshibisionisme.
Bahkan, ada yang tidak sekadar pamerin kemaluannya ke banyak orang, tapi ada juga yang keterusan hingga suka mengintip orang mandi, bahkan meraba organ vital wanita di jalan.
Saya jadi penasaran, sebenarnya apa sih penyebab, orang-orang seperti itu menjadi semacam ketagihan melakukan hal-hal yang memalukan tersebut?
Dari beberapa sumber yang saya baca, mengungkap, bahwa penyebab gangguan seksual ekshibisionisme belum bisa diketahui secara pasti.
Namun, diduga beberapa faktor, dapat menyebabkan atau meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini. Meskipun, faktor tersebut masih selalu diperdebatkan dan butuh penelitian lebih lanjut.
Sidoarjo, 8 Oktober 2020
Adapun faktor yang dimaksud adalah:
Faktor genetik dan neuropsikologis
Gangguan seksual ekshibisionisme, diduga disebabkan oleh terganggunya perkembangan otak janin sejak dalam kandungan.
Bayangin ya, bahkan sejak di dalam kandungan saja, hal-hal seperti ini telah terbentuk.
Faktor trauma masa kecil
Ada peristiwa yang menyebabkan trauma pada masa kecil, seperti pelecehan seksual, penderitaan emosional, serta kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua.
Hal itu dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ekshibisionisme.
Fantasi seksual yang menyimpang dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme untuk mengatasi trauma masa kecil tersebut (coping mechanism).
Faktor lain
Beberapa faktor lain juga dapat meningkatkan risiko terjadinya perilaku ekshibisionisme, seperti kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan kurangnya rasa percaya diri
Diketawain gini aja, source: liputan6 |
Gejala ekshibisionisme ini biasanya mulai muncul pada usia 15-25 tahun, dan mulai berkurang seiring bertambahnya usia.
Adapun ciri-ciri penderita gangguan seksual ekshibisionisme, adalah:
- Selalu merasa puas saat memamerkan alat kelamin kepada orang asing di tempat umum. Sebagian pelaku atau penderita ekshibisionisme, hanya gemar memamerkan alat kelaminnya pada kelompok orang tertentu, misalnya anak kecil atau lawan jenis. Mungkin yang demikian ini masih belum parah penyimpangannya, jadi masih punya sedikit rasa malu.
- Saat melihat korban merasa kaget, takut, atau kagum, muncul gairah seksualnya yang biasanya diikuti dengan masturbasi. Meskipun demikian, tidak ada tujuan untuk melakukan kontak fisik atau hubungan seksual lebih lanjut dengan korban. Karenanya, penting buat korban untuk lebih tenang dan mengabaikannya.
- Biasanya selalu sulit memulai atau mempertahankan suatu hubungan, baik hubungan asmara maupun pertemanan, benar-benar anti sosial. Makanya ya, orang yang sama sekali nggak mau bersosialiasasi itu, jadinya aneh, karena berteman ama hayalannya aja.
- Tidak jarang penderita ekshibisionisme juga menunjukkan gejala gangguan parafilia lainnya dan dianggap mengalami hiperseksual.
Demikianlah, sesungguhnya penyakit kelainan seksual ekshibisionisme ini sungguh menyedihkan ya.
Semoga jika memang ada yang menderita hal seperti itu, segera berobat ke psikolog maupun psikiater.
Dan semoga, anak cucu dan keluarga kita terhindar dari kelainan seperti itu, aamiin.
Jadi sebenarnya jangan di rekam, tapi saya tetap mau rekam atau foto, biar punya petunjuk buat dilaporin.
How about you, temans?
Sidoarjo, 8 Oktober 2020
Sumber :
- Pengalaman pribadi
- https://www.alodokter.com/
Gambar : Canva edit by Rey dan beberapa sumber
Memang aneh yaa mbak..🤣🤣 Namun hal ini lebih banyak dilakukan oleh kaum pria, Seandainya seorang wanita juga suka melakukan Ekshibisionisme ditempat umum kaya apa jadinya yaa.🤣 🤣 Tetapi dijakarta hal seperti itu biasanya pelakunya bisa lelaki atau wanita. Meski faktanya lebih dominan ke laki2.
BalasHapusBicara soal Ekshibisionisme sewaktu stm saya punya teman yang hobi pamer kelaminnya ditempat umum terutama saat pulang sekolah dan hendak naik kereta api ia suka pamer2 kelaminnya kesemua wanita yang ada di gerbong sekolah. Bahkan ia sempat disuruh turun dan ditahan oleh petugas yang ada distasiun kereta.
Cuma yang bikin saya bingung, Teman saya itu selalu bangga bahkan tidak malu dengan pacarnya jika ia suka pamer2 kelaminnya ditempat umum. Sampai2 saya harus jaga jarak jika pulang sekolah dengannya.
Dan aneh semenjak kuliah ia tak lagi seperti itu. Sempat saya tanya kenapa sudah tidak pamer2 beceng luh. Apakah dirimu sudah berobat dan dia hanya menjawab tidak berobat dan juga tidak kepisikolog. Jawabnya cuma bila malu lah sudah besar..Sayapun tertawa dan sampai sekarang tetap tidak mengerti dengan apa yang ada dipikirannya.
Ia sekarang sudah menikah tetapi tidak pernah cerita kepada istrinya bahwa dulu ia punya sifat aneh.
Tetapi kalau menurut saya hal itu terjadi bisa dikarenakan kurang bergaul, Kesepian, Dan menumpuknya khayalan2 tingkat tinggi tentang sexualitas.
Tuuhh makanya kaya gw punya pacar banyak jadi nggak menyimpang kaya begitu....🤣 🤣 🤣 🤣🏃🏃🏃
Itu temannya kang satria atau jangan-jangan...😂
HapusSuuuueeee...😬😬😬
Hapusmas Agus di blognya termasuk ekshibisionisme gak tuh yang kode kopi ewkewkwkkewkewkew
Hapuswkwkwkwwkkw, bisa aja si Kangustadz ini.
HapusBtw, kadang kalau masih anak-anak cuman masuk kategori bercanda berlebihan sih, meskipun bisa juga jadi tanda-tanda dia ada kelainan.
Nah yang sering mengerikan itu, bahkan kakek-kakek loh.
Kalau perempuan biasanya karena gila, kalau ekshibisionisme ini setengah gila kek nya hahaha
Waduh, postingan nya agak hot ini. Jadi ingat beberapa waktu lalu di Bekasi juga ada pelaku yang seperti itu. Akhirnya berkat rekaman cctv pelaku bisa ditangkap dan nangis dalam tahanan.
BalasHapusBtw, ide mbak Rey merekam pelaku seperti itu bagus sih, bisa jadi barang bukti, tapi takutnya pelaku nya marah karena direkam lalu mengincar mbak gimana? 😱
hahahaha banyak macamnya malah sekarang Mas, bahkan lebih ekstrim, kalau saya jujur pengen gunting anunya sebenarnya hahaha.
Hapustapi memang sebaiknya direkam diam-diam, kita nggak tahu dia bakal bereaksi gimana kan?
Kak Rey, I'm sorry to hear that :( Kak Rey berani banget untuk speak-up seperti ini, awalnya pasti berat ya Kak :(
BalasHapusTerus aku jadi inget salah satu adegan di drama It's Okay Not To Be Okay dong. Salah satu orangnya juga ada yang ekshibisionis kan, terus Moon Young responnya dengan bilang dengan ketus gitu tapi lupa kata-katanya apa 🤣
Tapi, aku takut lho Kak, kalau kita balas dengan ngomong ketus/bilang alat vitalnya jelek/kecil, dia jadi marah nggak ya?
Paling aman untuk diabaikan ya, atau pura-pura nelfon seperti cara Kak Rey hihihi.
Dulu mah diam say, takut dan malu, apalagi orang tua palingan ya nggak bakal berbuat apa-apa.
HapusTapi sejak kerja, saya jadi berani ngomongin kalau ada yang salah :D
Sebenarnya memang sebaiknya dicuekin, jangan lupa foto atau rekam baik-baik biar bukti dan juga dilaporin.
Kalau selama ini memang rata-rata mereka nggak aneh-aneh, tapi whi knows kan, pas diejek makin marah dan beringas
dulu aku nggak ngerti eksihibionis ini apaan, taunya waktu mbak kos lari lari dari gang deket kosan, terus cerita lah dia
BalasHapusdannnn setelah sekian lama, aku juga kena hal beginian waktu di surabaya. waktu baca post ini jangan jangan pelakunya sama, waktu itu kejadiannya di depan kantor duh lupa namanya, yang deket sama tikungan jalan dari tunjungan plaza.
aku dari delta plasa mau ke tunjungan plasa, lewat yang jalan trotoar itu, nah di pinggir jalan ada motor berhenti, si bapak bapak. aku ga paham dari kejauan dia ngapain, pas aku agak mendekat, aku liat sekilas mukanya kayak senyum senyum seneng gitu, aku sok pura pura ga merhatiin dan untungnya ga merhatiin kearah tangannya dia. karna langsung aku sadar, oohh ini pelaku ekshibionis, jadi cuek aja raut mukaku.
entah dia sadar apa enggak kalau aku nggak begitu merhatiin. dan kalau udah gini, nggak aku toleh lagi ke belakang, biar terkesan memang ga diperhatikan
Depan grahadi bukan Mba Inun?
HapusSebenarnya pelakunya itu banyak, hanya saja kebanyakan korban udah shock duluan, jadinya boro-boro liat dan merhatiin mukanya.
Yang ada kesal, pengen nangis gitu, sekaligus pengen gunting anunya wakakakakak
Sebel dah
Sebelum ngasih komentar, I"m so sorry for that Mbak, semoga Mbak Rey sehat dan mampu mengatasi masalah ini.
BalasHapusApa anak-anak bisa dikategorikan sebagai pelaku ekshibisionis Mbak? Tiba-tiba keinget kejadian pas kelas 6 SD, temen sekelas, dia laki-laki, memamerkan penisnya di kelas waktu jam kosong. Kami semua, murid yang perempuan teriak-teriak g karuan, aku akhirnya kabur dari kelas dan lapor sama guruku yang malah ngantin, wkakaka.. (ini momen kalau diinget lagi kenapa jadi what the..)
Akhirnya diurus deh si bocah ama guru.
Nah, yang ngerti psikolog pasti tahu kan dampaknya, itu nggak sesederhana yang dilihat sebenarnya, jijay tralala, bahkan kalau memang nggak kuat bisa berdampak ke hubungan suami istri loh.
HapusSaya kurang mengerti sih, tapi kalau anak-anak memang masih labil sih ya, biasanya mereka bercanda kadang nggak tahu batas, cuman, kalau terus dibiarin, bsia-bisa keterusan sampai dia gede dan jadinya ekshibisionisme ini :D
Pelaku Ekshibisionisme paling bener dicuekin sih. Soalnya aku jg pernh baca dimana gt, klo kita takut atau mmemberikan respon berlebihan, itu justru kesenangan tersendiri bagi mereka..
BalasHapusSemoga kita semua dijauhkan dr orang2 seperti ini yaaa..
Aamiin, betul banget.
HapusKarena memang dengan orang shock, mereka terpuaskan.
Kalau kita shock meremehkan kira-kira dia puas juga nggak ya? hahahaha
Hay Mba Rey, aku sering baca blog mba rey tapi kayanya baru komen 1-2 kali deh hahaha. gara-gara baca ini aku jadi inget aku juga punya pengalaman ketemu eksibisionis. pertama waktu SMA kl ngga salah, di angkot, kakek2 pula. tapi waktu itu aku ngga ngeh. Aku cuma mikir dia orang gila aja. Kejadian kedua pas kuliah, nah pas aku cerita ke temen2ku, ada yang menyarankan buat kita lebih berani. Eh beneran ngga gitu lama dari situ aku ketemu lagi dan aku langsung teriak 'woi kecil gitu ngga usah di pamerin' duh bar-bar banget ya hahahha..
BalasHapusTapi pas aku baca di atas bahwa itu ada hubungannya dengan krisis percaya diri, berarti teriakanku itu nambah dia ngga percaya diri ya? eh giman2 :D
hihihi halo juga, makasih udah sering mampir :)
HapusNah menurut teori gitu, cuman sejujurnya, saya takut kalau terlalu barbar, kecuali banyak temannya, takut reaksinya malah nekat, kan berabe juga.
Palingan saya foto atau rekam biar bisa dicari petugas hahahaha
Baca komennya satria di atas ngakak lgs hahahahaha. Itu beneran temennya, ato jangan2....😄😄
BalasHapusAlhamdulillah yaaaa aku blm prnh ketemu org gila gini. Aku prnh baca memang, kalo ketemu begini jgn takut. Kalo bisa ketawain biar dia merasa malu malah. Tp aku kuatir juga, kalo diketawain ntr malah dia makin brutal hahahahah. Kan sereeeeem. Kayaknya memang LBH baik di cuekin yaaa :D. Ga tau deh, apa aku bisa beneran tenang dan cuek ato malah ketakutan :D
Nah kalau kita sendiri itu loh mba, serem juga kalau dia nekat, kita diapa-apain gitu, meskipun menurut teori mereka sama sekali nggak niat menyentuh korban.
HapusCuman kalau liat di berita udah makin kacau deh Mba, bukan hanya pamer anunya, bahkan ada yang suka begal payudara atau lemparin spermanya ke wanita gitu, astagaaaa, kalau kayak gitu, keknya saya bakalan cari orang buat santet anunya deh, kebayang banget traumanya tuh kayak apa, hiii :D
Aku baca artikel ini sambil merinding 🙈
BalasHapusSoalnya wkt kulia dulu, temen pernah lari sambil nangis, n dia cerita sama dg di artikel ni...
Sejak itu, aku takut banget jln sendiri n liat laki2 gak kenal senyum2, hiii, gila pa penyakitttt... nakutin.
Saya juga jadi trauma Mba, makanya nggak berani ke mana-mana sendirian, jadi merasa takut meski banyak orang hahahaha
Hapus