Setelah beberapa dekade sering bermasalah dengan pak suami, saya jadi bisa sedikit menyimpulkan, bahwa beruntunglah anak-anak yang orang tuanya mau saling bertahan dalam rumah tangga yang (terlihat) bagai neraka.
Ini juga kali ya, yang menyebabkan zaman now para suami lebih memilih mengikhlaskan istrinya bekerja di luar, biar ada teman ngobrolnya. Bayangin dah, seorang suami yang bekerja di luar, apalagi kerjaannya membutuhkan dia kudu ngomong aja seharian, pas pulang ke rumah, jatah kata-kata suami udah habis di tempat kerja, sementara istrinya di rumah nggak ada teman ngobrol, sehingga jatah 20,000 katanya masih tersisa banyak banget.
Jadilah istrinya heboh cerita ini itu, sementara suaminya cuman menanggapi, "hmmm", "oh ya?", "ooohh", "masa" daaann semacamnya.
Dan kuberitahu kalau si paksu ada tambahannya, selain cuman ber ooohhh aja, tiba-tiba aja hening dan terdengar suara mencurigakan, DIA TIDUR DAN NGOROK SODARAH!
Lalu si Rey bete setengah mati, merasa suami nggak ada perhatian pada istri, nggak bisa jadi teman curhat yang baik, mending curhat di medsos aja, wakakakak.
Padahal ya si paksu memang diciptakan Allah kayak gitu otaknya, jatah katanya udah habis, dan dia capek banget, terlebih memang udah karakternya gampang bener molor, plus ngorok pula, hahaha.
Nah, kalau tau teori dan ilmunya gini kan enak ye, meski bete dan kesal, tapi sisi pemikiran kita ikut bekerja, bahwa ya lelaki memang seperti itu, kalau mau nyalahin, salahin noh yang ciptain *eh, minta dikemplang, astagfirullah!
Dulu waktu awal menikah, tekanan belum banyak, jadi ketika paksu ada masalah, kadang dia bisa menyembunyikannya dengan memaksakan tersenyum.
Tau nggak apa yang dilakukan si paksu, dia datangin si Darrell dong dan memarahinya langsung.
Well, nggak langsung frontal marahin sih, cuman dikasih tahu dulu, tapi si kakak yang memang udah tumbuh besar melihat pertengkaran kami, jadinya dia kurang respek lagi sama papinya.
Dan tentunya, bukan hanya mau saling bertahan, tapi juga saling mencari jalan keluarnya.
Mengapa?
Karena, melihat dari permasalahan yang saya hadapi, ditambah dengan curhatan beberapa teman facebook (btw saya sering banget loh dapat curhatan di facebook, dan setelah menulis ini, saya baru ingat, kalau ada beberapa inbox yang belum saya tengok dan balas lagi, hahaha).
Kebanyakan teman-teman yang curhat itu, sejujurnya saya malah sama sekali nggak kenal, tapi rata-rata beralasan senang bisa curhat ke saya, karena saya nggak kenal dekat sama mereka, hahaha.
Kalau dipikir-pikir betul juga ya, kalau kita curhat sama seseorang yang nggak kita kenal, sebenarnya malah lebih enak, karena nggak bakal disebarkan ama orang-orang terdekat kita.
Nah, dan mereka tuh curhat, karena melihat tulisan-tulisan saya, baik di status facebook, maupun sesekali mengintip di blog ini.
Dan dari curhatan mereka, saya mulai mendapatkan semacam tambahan insight, bahwa sebenarnya setiap maalah rumah tangga itu, bermula dari yang namanya, salah paham.
Bukan hanya karena buruknya komunikasi, tapi memang komunikasi lelaki dan wanita itu sesungguhnya tidak akan pernah bisa nyambung, kecuali dengan mengemukakan cinta agar mau terus berusaha saling menyambungkan diri.
*Tsah!
Komunikasi Maupun Pola Pikir Dari Otak Suami Dan Istri Itu Berbeda
Allah telah menciptakan kita hamba-hamba-Nya dengan segala keunikannya, bukan hanya lelaki dan wanita, tapi bahkan sesama wanita aja punya keunikan masing-masing.
Apalagi beda gender.
Tentu saja apa yang Allah berikan, berbeda satu sama lainnya, bukan hanya struktur tubuh, tapi juga struktur otaknya.
Oh bukan!
Ini bukan mau membahas masalah otak pandai dan otak nggak pandai.
Tapi membahas kecenderungan yang berbeda dari otak pria maupun wanita.
Itulah mengapa, setiap pasangan selalu pernah berpikir,
"Ah, kamu nggak pernah mau ngertiin aku!"
Ya bukan karena memang benar-benar nggak ngertiin sih, tapi memang cara berpikir lelaki dan wanita itu beda.
Ebentar, saya kok jadi penasaran, apakah para pasangan sesama jenis itu mengalami masalah seperti pasangan beda jenis yang normal off course?.
Mungkin garis besarnya adalah komunikasi, tapi bukan sembarang komunikasi, karena cara berkomunikasi seorang wanita ke wanita, tentulah tidak akan sama hasilnya jika wanita berkomunikasi dengan cara yang sama tersebut kepada pria.
Demikian juga sebaliknya.
Itulah mengapa, sampai cicak beranak pinak, masalah rumah tangga si Rey ya gitu-gitu mulu, bahkan ke konseling juga nggak terlalu punya pengaruh, karena sebenarnya yang butuh konseling itu cuman saya, karena saya wanita, dan wanita itu sukaaaa banget didengarkan, sementara pria tidak terlalu suka mendengar hal yang berbelit-belit yang biasa dilakukan seorang wanita.
Ebentar lagi, ini udah 2 mingguan si Rey postingannya kok agak-agak nggak Rey banget ya? hahaha.
Ya iyalah, ini kan memang diary online terbuka saya, jadi apa yang saya posting di sini ya tentang kehidupan saya, dan masa iya sih si Rey cuman menikmati stres berantem ama suami tanpa ujung aja?
Enggak dong ya, pastilah si Rey melakukan banyak hal buat menuju ke ujung pertengkaran ini.
Entah itu pisah, atau tetap bersama dan kembali seperti Ade Rey yang dulu *eaaakkk.
Lucky me, dan yang menjadi kekuatan saya untuk bertahan adalah, karena si paksu memang pada dasarnya adalah orang baik *uhuk!.
Dia tetap mau bertahan, meski mungkin dia juga eneg sama saya, hahaha.
Dan itulah mengapa dia selalu kabur, meski jadinya kebablasan sampai lupa kalau punya anak yang butuh makan dan segalanya.
Semua itu, mungkin usahanya agar tidak mengeluarkan kata yang bakal disesalinya, yaitu cerai atau talak.
As we know, dalam Islam, menikah itu gampil, segampil cerainya juga, dan kuncinya ada di suami.
Makanya para wanita muslim lajang, hindari menikah dengan lelaki lambe lamis, bahahaha.
Iya, lelaki yang mudah mengatakan pisah dan cerai, dalam Islam sekali suami ngomong gitu, even bercanda sekalipun, itu namanya udah jatuh talak, apalagi kalau ngomongnya berkali-kali, jadilah talak berlapis, lalu pura-pura nggak terjadi apa-apa, kumpul lagi, dan berzinahlah pasangan tersebut.
Dan, melihat dari peluang tersebut, karenanya saya jadi berjuang untuk mencari celah buat memperbaiki hubungan, salah satunya dengan mencari tahu pasti akar masalah kami, hingga akhirnya saya bertemu dengan kajian dr. Aisyah Dahlan dalam kegiatan parenting di sekolah si kakak, dan saya jadi mulai terketuk mencari lebih dalam lagi, apa sih permasalahan kami?.
Ya salah satunya eh banyaknya ding, memang karena saya yang terlalu memaksakan diri agar suami mengikuti pola pikir saya, di mana jangankan sebagai seorang suami atau lelaki saja yang seharusnya suami yang memimpin, lah terlebih jika dilihat dari masalah gender.
Lelaki, tak akan pernah bisa menyamai pola pemikiran wanita, yaaa kecuali dia nggak normal sih, hahahaha.
Karena wanita dan pria itu beda, dan itulah normalnya.
Ditambah dengan pola asuh yang kami dapatkan amat sangat bertolak belakang banget, jadilah makin ambyar hubungan kami.
Oh ya, ketambahan masalah ekonomi sih ya, di mana memang si paksu kurang terbiasa berada di bawah tekanan, terlebih dia lelaki kali ya.
Beda dengan saya yang memang sejak kecil hidup dan bertumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan, jadinya, sisi positifnya, sesulit apapun kehidupan saya, palingan saya nangis gerung-gerung sampai puas, abis itu ya udah, mulai bangkit dan berjuang lagi.
Nah karena memang hakikatnya cara berkomunikasi atau ngobrol antara suami dan istri itu beda, seperti:
Lelaki lebih pendiam ketimbang wanita, di mana lelaki hanya memproduksi kata sebanyak kurang lebih 7000 kata, bandingkan dengan wanita yang membutuhkan penyaluran dari 20000 kata setiap harinya.
Jadilah istrinya heboh cerita ini itu, sementara suaminya cuman menanggapi, "hmmm", "oh ya?", "ooohh", "masa" daaann semacamnya.
Dan kuberitahu kalau si paksu ada tambahannya, selain cuman ber ooohhh aja, tiba-tiba aja hening dan terdengar suara mencurigakan, DIA TIDUR DAN NGOROK SODARAH!
Lalu si Rey bete setengah mati, merasa suami nggak ada perhatian pada istri, nggak bisa jadi teman curhat yang baik, mending curhat di medsos aja, wakakakak.
Padahal ya si paksu memang diciptakan Allah kayak gitu otaknya, jatah katanya udah habis, dan dia capek banget, terlebih memang udah karakternya gampang bener molor, plus ngorok pula, hahaha.
Nah, kalau tau teori dan ilmunya gini kan enak ye, meski bete dan kesal, tapi sisi pemikiran kita ikut bekerja, bahwa ya lelaki memang seperti itu, kalau mau nyalahin, salahin noh yang ciptain *eh, minta dikemplang, astagfirullah!
Lelaki kalau marah nggak suka ditanya, akan tetapi wanita selalu mengharapkan ditanya hingga minimal 3 kali.
Dulu waktu awal menikah, tekanan belum banyak, jadi ketika paksu ada masalah, kadang dia bisa menyembunyikannya dengan memaksakan tersenyum.
Karena bahkan kalau wajahnya merengut aja, saya nggak suka.
Saya pasti bakal merongrongnya dengan seribu pertanyaan, atau kadang sih berharap dia yang ngasih tahu tanpa saya nanya, wakakak.
Egois ya?
Yeee... kagak sepenuhnya!
Emang begitulah wanita, kalau ada masalah, para wanita cenderung pengen ngomong, itupun maunya cuman didengarkan aja, bukan didikte begini begitu, apalagi dipotong langsung ke solusinya.
Nah masalahnya adalah, pola pikir lelaki kalau ada masalah itu mereka cenderung diam, dan kalaupun ngomong nggak suka dah mereka kalau berbelit-belit.
Misal, kalau paksu di rumah, saya pengen dong curhat kalau anak-anak suka nggak akur, duuhh mulai deh saya berdramatisir, sampai paksu sendiri bilang, kalau saya orangnya suka mendramatisir, padahal ya maknya juga pasti seperti itu, ya namanya juga wanita kan ye! hahaha.
"Pi, Darrell itu loh sukanya gangguin adiknya, terus kalau adiknya balas, dan adiknya juga lebih usil, dia balas dengan keras dong, sampai bibir adiknya jontor!"
Tau nggak apa yang dilakukan si paksu, dia datangin si Darrell dong dan memarahinya langsung.
Well, nggak langsung frontal marahin sih, cuman dikasih tahu dulu, tapi si kakak yang memang udah tumbuh besar melihat pertengkaran kami, jadinya dia kurang respek lagi sama papinya.
Dan dia cuek aja bahkan terkesan nggak dengarin papinya ngomong, lalu esmosi jiwalah papinya, hahaha.
Lalu, biasanya saya jadi ikutan terpancing, antara 2 hal, membela si kakak, enak aja saya yang capek hamil, lahirin, urusin sendiri, dia yang bagian marah-marahin (sisi egois mamak-mamak beraksi, hahaha).
Atau ikutan marahin Darrell, yang berdampak setelahnya saya badmood berat karena merasa amat sangat bersalah, huhuhu.
Kacau kan!
Kacau kan!
Padahal ya saya tuh cuman mau didengarkan loh awalnya, bahwa kondisi anak-anak itu seperti itu, ya cukup dengarkan, pukpuk, beliin cokelat atau es krim *eh, hahaha.
Masalahnya adalah, paksu nggak ngerti pola pikir wanita, dan dia menyelesaikan a la lelaki, yang seringnya to the point banget.
Dan kalau udah marahan, kami biasanya diam-diaman, saya selalu menganggap kalau paksu itu sama sekali nggak pernah ada inisiatif buat memperbaiki masalah.
Dan kalau udah marahan, kami biasanya diam-diaman, saya selalu menganggap kalau paksu itu sama sekali nggak pernah ada inisiatif buat memperbaiki masalah.
Ya karena dia beraktifitas aja kayak biasanya, kayak nggak terjadi apa-apa.
Mau saya tidur 24 jam kek, palingan bangun-bangun ada teh hangat di samping tempat tidur.
Tapi saya nggak butuh teh hangat!
Saya butuh dibujuk-bujuk, ditanyain.
Eh paksu udah dong ngajak baikan, sekali doang tapi, dan saya melengos aja.
Dan paksu yang merasa udah ngajak baikan, dan dia lelaki, which is lelaki memang kalau marah nggak suka lebay, sementara saya wanita maunya ditanya minimal 3 kali kek, jadinya nggak nyambung kan!
Paksu merasa udah nggak ada masalah lagi, sementara si Rey menganggap kalau paksu udah nggak mencintainya lagi *eaaakkk.
Ini sama dengan keadaan, istri diam, terus suami nanya,
"Marah ya Mi?""Enggak!""Ya udah, papi berangkat ya!"
what the...
Woi ini masih marah woiii, tanya lagi kek, hahahaha.
Lelaki selalu ingin menyelesaikan masalahnya sendiri agar dianggap pahlawan, sementara wanita suka banget bawel minta penjelasan.
Yang bikin saya kesal, dari sikap paksu sekarang adalah, dia tak pernah mau berbagi bebannya, dan cuman pulang membawa diam.
Hal ini juga berdampak dengan ekonomi keluarga.
Sering banget, saat kontrak kerjanya habis, dia malah diam aja, bahkan masih juga berangkat ngantor agar saya nggak tahu kalau ternyata dia udah nggak kerja.
Saat ketahuan dan biasanya udah kacau, dia beralasan karena nggak mau membebani saya dengan masalah tersebut.
Saya?
Ya teriak-teriak lah!
Bullshit!
Nggak membebani gimana? orang udah kacau gini, dan saya ikutan keseret?
Tapi sekeras apapun saya menjerit, dia tetap seperti itu.
Sampai saya membaca teori otak lelaki, di mana para lelaki memang diciptakan seperti itu, di mana mereka cenderung ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, cenderung ingin melindungi orang lemah.
Itulah mengapa para pelakor tak melulu cantik dan sekseh, yang biasa aja tapi hidupnya terlihat ngenes juga banyak, biasanya para suami yang kesemsem sama pelakor demikian, karena istrinya terkesan mandiri, dan bisa semua hal sendirian, sehingga otak lelaki yang selalu ingin jadi pahlawan, ingin melindungi, jadi tak menemukan sosok yang bisa dilindungi lagi, lalu ketemulah sosok orang lemah, dan kemudian terbersitlah keinginan melindungi wanita lemah tersebut, bahkan dinikahin sekalian dengan alasan melindungi, wakakakaka.
Bapak mertua saya sebenarnya udah sering ngomongin hal ini ke saya, ketika kami dinasihati olehnya, saya menjelaskan masalah tersebut, dan saya geram banget ketika bapaknya diam aja, meski kelakuan paksu (menurut saya) sangat membahayakan keluarga, terutama anak-anak.
Alih-alih menasihati anaknya agar lebih memperhatikan plan keuangan, bapak mertua malah terkesan membela anaknya dengan ngomong,
"Lelaki itu memang gitu, Rey. Ada sisi pikiran lelaki yang ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa mau memberatkan istrinya"
Dan saya yang selalu berpikir secara realistis dan mencintai rencana plus kagak suka hidup penuh hutang jadi tak mampu memahami pola pikir ayah dan anak itu.
Sampai akhirnya saya mulai membuka hati mempelajari pola pikir lelaki, dan terpikirlah semua penjelasan bapak mertua, dan baru sekarang saya ber "ooohhh" ria, hahaha.
Intinya, lelaki normal memang suka jadi pahlawan, selalu ingin dipuja, harga dirinya terlalu besar.
Itulah mengapa banyak lelaki yang berkelakuan aneh ketika penghasilan istri jauh lebih besar dari suami.
Bahkan, bapak saya yang sukanya membentak mama saya yang terkesan sabar itupun, baru bisa saya mengerti alasan bapak seperti itu, tiada lain karena dia depresi sendiri dengan kondisi di mana keuangan ditanggung mama saya, dia merindukan masa-masa seperti dulu di Gorontalo, di mana anak istrinya bisa dia biayai dengan layak.
Komunikasi Dan Pengertian Tepat Antara Suami Dan Istri
Selama ini, saya hanya fokus pada yang namanya komunikasi dua arah, terlalu yakin kalau masalah kami adalah komunikasi semata, menuduh paksu sebagai orang yang nggak bisa komunikasi.
Memang ada benarnya juga, karakter paksu memang kurang bisa mengekspresikan isi hatinya dalam bentuk ucapan, dia selalu lebih suka menunjukan dalam bentuk tindakan.
Seperti saat dia belum bisa ngasih duit, dan saya diam aja nggak minta.
Ketika pulang dia bakalan kayak anak tiri dipelototin ibu tiri yang jahat, hahaha.
Dari yang secepatnya mandi, menunda makan demi melakukan hal-hal yang saya sukai, misal mengepel lantai, cuci piring jika ada yang kotor, pokoknya dia ingin menghindari penyebab saya ngomel karena rumah berantakan.
Lalu datang mendekat, memijat punggung saya.
Iyaaa, dia semanis itu sebenarnya, that's why ketika dia membentak saya, rasanya tuh sakit sampai ke urat-urat paling halus, huhuhu.
Karakternya yang nggak pandai berbicara itu bukan hanya sama saya aja, sama kakak-kakaknya juga gitu.
Ditambah, memang kodratnya lelaki itu diciptakan dengan otak yang lebih suka berpikir, ketimbang memerintah mulut berbicara, klop sudah deh, hahaha.
Memaksanya untuk bisa berkomunikasi yang baik secara dua arah bukanlah solusi satu-satunya, tapi mengajaknya komunikasi sesuai dengan karakter bawaan diri dan kodratnya lelaki lah yang paling masuk akal bisa dilakukan.
Dan untuk itu, butuh saling pengertian antara kedua belah pihak.
Di mana, suami juga harus mempelajari kodratnya otak wanita, demikian juga wanita wajib tahu kodrat cara otak lelaki berpikir.
Itulah kuncinya, saling pengertian dengan basic TAHU ILMUNYA!
Karena hanya pengertian tanpa ngerti ilmunya juga bakalan capek juga lama-lama.
Apalagi kalau cuman sepihak yang mau berusaha memahami dengan tahu ilmunya juga.
Dan saya pikir, bahkan masalah-masalah teman yang curhat ke saya di facebook itu, yang menurut saya jauh lebih berat dari masalah saya.
Semua itu ya bermula dari kurang pahamnya masing-masing tentang kodrat cara otak pasangannya berpikir.
Benar loh, dibandingkan saya yang keliatan galau mulu ini, teman-teman tersebut malah punya pasangan yang jauh lebih menyebalkan.
Bahkan banyak di antara mereka yang sudah pisah.
Dan kalau dengar curhatannya memang, semua pihak istri selalu merasa jadi korban, karena udah berusaha sabar kepada suaminya, tapi suaminya nggak mau usaha ini itu.
Atau nggak mau gerak.
Padahal, para istri merasa, sudah melakukan semua hal untuk suami, sama kayak saya.
Merasa melakukan semua hal buat suami, padahal suami nggak butuh itu.
Demikian juga suami, merasa semua hal sudah dilakukan untuk saya, tapi saya nggak mau menghargainya.
Padahal ya masalahnya adalah, APA YANG MASING-MASING LAKUKAN ITU, SAMA SEKALI BUKAN HAL YANG DIBUTUHKAN PASANGANNYA.
Ya karena ketidaktahuan ilmunya itu.
Demikianlah..
Nanti dilanjutkan lagi pankapan, ini udah 2000 kata dong, hahaha.
Takutnya pada eneg bacanya.
Kalau temans, ada yang punya masalah sama nggak?
Mungkin merasa pasangan kurang mengerti, atau perhatian?
Coba deh pelajari cara pikir otak lelaki dan wanita, semoga dengan tahu ilmunya, kita semua bisa belajar menekan ego masing-masing, baik lelaki maupun perempuan.
Untuk bisa saling memahami, dan mengerti kodrat berpikir pasangan masing-masing.
Semoga bermanfaat, terutama buat saya yang masih belajar mempraktikan semua ilmu yang saya pelajari demi keutuhan hubungan rumah tangga.
Karena ternyata, kebanyakan biang masalah pertengkaran suami istri dalam rumah tangga itu ya, karena masing-masing tidak paham teori kodrat cara berpikir otak pasangan, yang memang diciptakan berbeda dari kita.
Sidoarjo, 6 November 2020
Sumber :
- Pengalaman pribadi
- Akun Youtube Dr Aisyah Dahlan Tv
Gue jadi bingung Rey, dikau kemana ajah selama ini. Apa aja yang dah dikau pelajari selama nikah..
BalasHapusLemotzkyy 😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sibuk Syuting kong Anton.. Atau lupa...🤣🤣🤣🤣 Yaa Namanya manusia.🤣🤣🤣🤣
HapusPerasaan nama depan Gw Dahlan...Kagak pake Aisyah.🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃🏃💨
Oohh baru tahu saiya...."Masalah Rumah Tangga Ada Biangnya"....Maklum baru penganten baru saiya.🙄 😳😳😳🤣 🤣 😋
HapusMasalah rumah tangga, Setiap pasangan siapapun orangnya tentunya akan ada masalah dalam berumah tangga.....Yang belum berumah tangga saja terkadang tetap punya masalah.😊
Lelaki dan perempuan diciptakan Allah S,W,T sangat berbeda dalam hal komunikasi, Iyalah kalau sama yaa nggak berpasangan.🤣 🤣
Kunci penyelesaiannya adalah yaa antara kita dan pasangan yang harus kita gali agar bisa saling mengimbangi dan seiring sejalan. Bisa? Pasti bisa karena manusia baik lelaki dan perempuan masing ada kelebihan dan kekurangannya.
Setiap orang yang berumah tangga akan berbeda masalahnya dari orang lain yang berumah tangga juga....Dan juga tidak ada sejarahnya orang berumah tangga masalahnya akan sama persis dengan yang kita alami.
Intinya dari semua masalah rumah tangga kita dan pasanganlah yang bisa menyelesaikan itu semua...Bukan orang lain. Curhat sana-sini, Pergi Psikiater....Yang kita dapat tetap saran saja tidak lebih dari itu... Karena penyelesaian seutuhnya ada pada diri kita dan pasangan.😊😊
Emang begitu tahu deeh!! Gw pulang aja dah aah!..🚶♀️🚶♀️🚶♀️
Aku selalu senang mbaca komennya mas Satria yg bijaksana n sini. Panjang, n berisi😊
Hapus@ Kali ini komennya Pak bos Anton pendek sj. Padahal aku udh siap2 baca. Ini pasti pjg isi komennya pak bos🤗
Penuh dgn petuah2, dimana aku bisa dpt banyak ilmu baru. Mungkin beliau sedang kejar tayang, eh maksudnya sibuk🤭
Aku udah baca artikel ini, tar balik lg iya 💕
Ogah Ike....sebenernya kan lumayan heran juga mengingat
Hapus1. 8 tahun pacaran, terus ngapain aja pacarannya bukankah pacaran itu sebuah kesempatan membentuk jalur komunikasi dan saling mengenal..Memang belum 100% tapi tetap masa itu adalah masa untuk melakukan saling pengenalan
2. kenapa anak2 harus merasa beruntung bahwa orangtuanya bertahan dalam rumah tangga yang seperti neraka? Yang beruntung itu anak2 yg orangtuanya bisa menjadikan keluarga mrk sebagai rumah yg nyaman bagi anak anak
Menganggap bertahan dalam rumah tangga yg spt neraka sebagai sebuah prestasi merupakan pandangan "luar biasa" aneh
3. Playing victim, menunjukkan dangkalnya kreativitas dalam menemukan solusi. Landasan berpikirnya cuma "gue udah berusaha yg terbaik" tapi suami gue ga menghargai.
Lucu soalnya seakan akan penyebab masalah rumah tangga selalu ada di pihak suami dan mrk adalah "korban"
Lucu dah..
4. Tong Satria bener banget kalo lu mau curhat kemanapun, masalah hrs diselesaikan di dalam rumah.
Berlagak menjadi korban tidak ada manfaatnya sama sekali dan merupakan cara umum menghindari masalah dan mencari pembenaran saja
5. Jika sebuah keluarga menjadi spt neraka yg salah ya pasangan itu, bukan org lain.
Dua duanya salah..
Tadinya males ngomentarin soalnya, sejak lahir ajah setiap manusia pasti berbeda. Bukan cuma cewek cowok yang biasa digeneraliris, semua manusia berbeda cara mikirnya
Makanya harus mau belajar memahami dan mengerti dan bukannya sibuk memandang diri sebagai korban dan hebat krn tahan hidup di neraka.
Apa hebatnya ? Toh nerakanya sebenarnya buatan sendiri kok. Bukan buatan orang lain.
Hasil dari tidak memanfaatkan waktu pacaran dengan baik, yaitu untuk belajar memahami dan mengerti..
Keluarga yg seperti neraka bukan sebuah prestasi dan tidak perlu dibanggakan.Seperti biasa anak dijadikan tameng agar membalikkan kesan yg seharusnya bertanggungjawab menjadi seorang hero, pahlawan..Padahal dia sendiri yg menyebabkan neraka itu terjadi..
eh akhirnya jadi panjang juga 🤣🤣
Ikut nonton sajalah sambil gelar tikar di pojokan.😆
HapusLuar biasa pembelajaran ini. Sambil manggut2, aku membacanya 3x, dan betul2 mengerti. Ternyata "neraka" di dlm keluarga itu diciptakan oleh 2 orang dewasa sebagai pendiri keluarga itu sendiri.
HapusTerima kasih pak bos.
Jadi peringatan keras buat saya kak, Harus bener-bener mempertimbangkan sebelum menikah, permasalahan bukan hanya datang dari diri kita terkadang banyak faktor yang membuat rumah tangga hancur ya kak.
BalasHapusOh iya bener juga itu, jangan sekali-kali bilang cerai kepada istri, karena udah jatuh talak pertama, dan jika terus menerus akan jatuh talak berlapis, dan kebanyakan orang tidak mengatahui hal ini, berkumpul lagi dan itu sudah terbilang zina ya kak. Mengerikan.
Dan harus bener-bener di kontrol segala macam bentuk sikap,sifat dan ucapan, mulai dari berbicara sampai tindak kekerasan.
Terus kalo misalnya ada suami istri jadi bintang film semua, terus pas main film ada adegan istri diceraikan, itu termasuk cerai apa bukan ya? 😂
HapusKalo itu kan sandiwara panggung mas Agus 😁 pake skenario dan drama, tak lupa adegan, agegan, dan adegan 🤣
Hapuspola pikir yang berbeda ya allah ini bener bangeeeeetttt
BalasHapuswkwkwkwk sampe lambi lamis dibawa juga
BalasHapushehehe aku juga kadang heran, kenapa kalau wanita maunya ditanya sampe berkali-kali dan malah bikin laki-laki jadi mikir extra, "kenapa ceweknya ga langsung jawab aja malah diputer-puterin jawabannya"
Aku ga terlalu wanita apa yaaaa :p. Kayaknya mampu mengeluarkan 20rb kata itu, bukan aku banget :p. Sepertinya malah kebalik Ama suami wkwkwkwkwk.
BalasHapusMemng ga bisa disamain pola pikir laki2 dan wanita ini. Jelas pasti berbeda. Yg terpenting, keduanya bisa dan mau komunikasi, udah itu doang. Kalo ga mau, ya ambyaaar hubungan.