Gedung ini beralamat di jalan Pahlawan nomor 120, Surabaya.
Berhadapan dengan gedung Bank Indonesia, serta tidak jauh dari Tugu Pahlawan Surabaya.
Jadi beberapa waktu lalu, kami berniat jalan-jalan di taman-taman Surabaya.
Sayangnya, udah keliling di beberapa taman, selain Taman Asmaul Husna di kompleks Masjid Al Akbar, ternyata semuanya masih pada tutup.
Gagal cari taman, kami berniat ke museum.
Kebetulan kan ini di bulan November, which is selalu terkenal dengan bulan pahlawan, pas juga berada di kota pahlawan, sekalian aja kita belajar di Museum, karena si kakak lagi kepo-keponya terhadap sejarah.
Tapi ternyata, bahkan museum pun masih tutup, kami hanya bisa terpaku di sekitaran tugu pahlawan, sampai saya teringat challenge foto dari komunitas Ning Blogger Surabaya, dengan tema bangunan/gedung.
Kebetulan banget, di sekitaran Tugu Pahlawan Surabaya itu banyak banget bangunan, dan asyiknya, mostly adalah bangunan bersejarah.
Dan iyes! i love sejarah!
Dan akhirnya saya memilih bangunan gedung Bank Mandiri Surabaya ini, karena jadi ingat pernah diceritain oleh seorang tour guide, sewaktu kami ikutan bus Surabaya Heritage Track.
Dan akhirnya saya memilih bangunan gedung Bank Mandiri Surabaya ini, karena jadi ingat pernah diceritain oleh seorang tour guide, sewaktu kami ikutan bus Surabaya Heritage Track.
Pas saya baca tulisan lama saya tentang SHT tersebut, saya baru ngeh ternyata saya udah pernah menyinggung sedikit sejarah gedung bank Mandiri Surabaya ini.
Tapi tak mengapalah saya bahas lagi dengan khusus untuk bangunan tersebut.
Sejarah Gedung Bank Mandiri Surabaya
Gedung Bank Mandiri Surabaya ini, dulunya adalah milik perusahaan Belanda bernama Lindeteves, dibangun sekitar tahun 1913 (di sumber lainnya menyebutkan gedung ini dibangun tahun 1911, tauk deh mana yang benar, hahaha).
Gedung Lindeteves ini terbangun atas jasa biro arsitek Hulswit, Fermont dan Ed.Cuypers, yang mana mereka dari Batavia, secara khusus merancang bangunan ini.
Yang menarik dari rancangan gedung ini, meskipun kebanyakan para arsitek Belanda dulu selalu berkiblat pada bangunan yang ada di negara mereka.
Akan tetapi, disain bangunan gedung Lindeteves ini berbeda dengan kebanyakan gedung di Belanda, khususnya di facade-nya, karena menyesuaikan faktor iklim yang ada di Indonesia.
Setelah terbangun, gedung Lindeteves ini dipakai oleh N.V Lindeteves-Stokvis.
Yang mana perusahaan ini termasuk salah satu, dari lima perusahaan konglomerat Belanda saat itu.
Adapun empat perusahaan lainnya yaitu: NV Rotterdam Internatio, NV Borsumij Maatschappij, NV Geo Wehry, dan NV Jacobson van den Berg.
Perusahaan Lindeteves Stokvis mempunyai kantor pusat di Semarang, Jawa Tengah.
Dan ternyata perusahaan ini, memiliki sejumlah kantor cabang di kota-kota besar di Jawa, termasuk salah satunya di Surabaya.
Adapun usaha dari perusahaan Lindeteves ini adalah, merupakan pusat perkulakan alat berat. Lindeteves Stokvis and FA bahkan termasuk sebagai, salah satu unit usaha pabrikasi kontruksi baja terkemuka di VOC.
Setelah Belanda angkat kaki dari Indonesia, dan penjajahan berganti ke Jepang, seketika pihak Jepang menguasai gedung ini, dan oleh Jepang malah diubah jadi sebagai bengkel untuk senjata berat dan kendaraan perang, yang disebut juga Kitahama Butai.
Gedung Lindeteves ini menjadi lebih populer dalam sejarah, karena menjadi salah satu saksi bisu pertempuran arek-arek Suroboyo melawan penjajah.
Salah satunya adalah, ketika para pemuda Indonesia berhasil merebut gedung ini pada tanggal 1 Oktober 1945, yang saat itu sedang digunakan sebagai Kitahama Butai.
Dari aksi tersebut, pemuda Indonesia mendapatkan banyak hasil rampasan berupa meriam ringan, kendaraan panser, hingga tank.
Bukan hanya itu, gedung ini juga menjadi saksi bisu porak porandanya Surabaya, berlapis merah darah pejuang kita, saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia di puncaknya, tanggal 10 November 1945.
Gedung Bank Mandiri Surabaya Di Masa Kini
Hingga kini, gedung Lindeteves ini masih berdiri kokoh, dan dipergunakan untuk umum, sebagai kantor cabang bank Mandiri Pahlawan Surabaya.
Sayangnya, meski udah berkali-kali lewat di depan gedung bersejarah ini, namun sekalipun saya belum pernah masuk ke dalam.
Ya kali, kecuali mau buka rekening Mandiri kali ya, hahaha.
Karena gedung ini, hanya dibuka untuk umum, saat melayani nasabah bank Mandiri di weekday.
Meskipun demikian, bangunan gedung Bank Mandiri atau Lindeteves ini, telah masuk dalam cagar budaya sesuai SK Walikota Nomor 188.45/251/402.104/1996 dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya.
Sangat mudah menemukan lokasi gedung ini, karena masih berdekatan dengan Tugu Pahlawan.
Temans bisa naik Suroboyo Bus yang bayarnya pakai botol plastik itu, lalu turun di halte Tugu Pahlawan.
Dan temans bisa explore banyak bangunan bersejarah di situ, baik Tugu Pahlawan beserta museumnya (kalau udah buka nanti, tapinya), maupun gedung-gedung yang ada di sekitaran lokasi tersebut, termasuk gedung Lindeteves atau gedung Bank Mandiri Surabaya ini.
Ada yang udah pernah masuk ke gedung ini?
Share yuk.
Sidoarjo, 21 November 2020
Sumber : https://surabaya.liputan6.com/kokohnya-gedung-lindeteves-bekas-bengkel-tank-jepang-di-surabaya diakses November 2020
Gambar : dokumen pribadi
pernah lewat aja di depan gedung ini waktu ikutan bis surabaya herritage juga mbak
BalasHapusterus berhenti ngemall bentar kayaknya di sebelah bangunan ni, JMP gitu. duhh kok lupa aku ya hahaha
aku seneng kalau ke surabaya pas ngelewati bangunan bersejarah kayak gini, masih ada yang terawat gitu, jadi kayak aku aku gini yang dulu belum lahir waktu penjajahan, jadi tau juga kalau bangunan itu sudah berdiri dari jaman duluuuu banget dan penasaran akhirnya sama sejarahnya
Berarti sudah lebih dari 100 tahun ya mbak usia gedung bank mandiri Surabaya, sudah cukup tua dan memang layak jadi cagar budaya.
BalasHapusPanjang juga sejarahnya, yang paling epik pas pertempuran 10 November 1945 ya. Banyak pejuang kita yang gugur untuk merebut gedung ini.
Kalo mau masuk ke gedung itu, tinggal bilang saja kalo mbak Rey blogger yang suka mengulas bangunan bersejarah untuk konten, siapa tahu diizinkan sama satpamnya mbak.😁
Bicara tentang sejarah dan kota surabaya maka kita bicara tentang orang luar biasa yang berjuang dengan cara yang tidak biasa.
BalasHapusYa ini tentang catatan sejarah arek - arek surabaya yang berhasil mengusir penjajah dengan cara yang tidak lazim.
Apakah itu?
saya sebutnya semangat yang sama.
Catatan sejarah jelas tanggal 10 November dan ulasan mbak Rey ini tentang museum bank Mandiri di surabaya jadi bukti paling nyata dari pernyataan saya di atas.
Namun semangat yang sama sebagai sebuah bangsa sepertinya sedang bersembunyi di balik masker karena takut virus corona. Di sana berteriak, "au pusing daring melulu" di tempat lain orang sibuk bahas UU cipta kerja. di bagian lain orang pusing dengan merapi, makan apa dan bagaimana, di gedung yang megah itu orang sibuk merancang strategi kampanye, ah sudahlah ya, tidak relevan untuk dibahas karena bank Rey bicara tentang Bank Mandiri peninggalan Belanda.
Nah Belanda bisa 'pergi dari surabaya dan meninggalkan jejak berupa Museum Bank Mandiri karena semangat yang sama dari arek - arek surabaya. Bila semangat yang sama dilakukan hari ini, barangkali virus corona juga bisa pergi ke wuhan kali ya mbak... hehehe
Maaf mbak ngak nyambung, tetapi post ini membangkitkan opini pribadi (saya) yang tidak sempat disalurkan. Terima kasih telah memberikan saya ruang untuk mengungkapkan opini, hehehe sukses selalu mbak. salam
bangunan bangunan di Indonesia terutama yang menjadi pusat pelayanan memang punya beragam sejarah,
BalasHapusTernyata vintage nya karena memang memiliki history sendiri ya mbaak
BalasHapusWah keren juga buat spot foto foto
Arsitektur bangunannya cakep dan punya kisah sejarah yang sangat nenarik.
BalasHapusMantap banget deh Gedung Bank Mandiri Surabaya ini.
Saya pernah kerja di dlm gedung tsb sbg karyawan mandiri. Beruntung bs jalan² di dlmnya, karena kalo bkn karyawan ga mgkn bs msk ke dlm, karena memang area terbatas.
BalasHapus