Ini lucu banget sih, karena banyak kaum lelaki yang menganggap, kalau sebagai suami, mereka selalu terlihat salah di mata istrinya.
Padahal nih ya, pada kenyataannya, justru di mata suami bahkan di mata dunia, istrilah yang paling sering disalahkan.
Iya.. iya..
i know, sebenarnya semua itu bermula dari salahnya komunikasi sih ya, tapi biar kata kita belajar komunikasi, tapi kalau kita tidak mau belajar mengenal pasangan kita, ya udah deh, komunikasi tersampaikan, hanya akan berakhir tanpa solusi.
Bukan hanya mengenal pribadi pasangan, mengenal kodratnya pasangan juga penting.
Karena pada dasarnya, lelaki dan perempuan itu diciptakan berbeda, baik pola pikir maupun hal-hal mendasar lainnya.
Perbedaan itulah yang seharusnya menyatukan suami dan istri, namun seringnya malah jadi penyebab keretakan rumah tangga yang dibangun, hingga akhirnya memudarnya cinta di dalam hubungan suami istri.
Tapi, tak masalah jika itu yang terjadi, selama masing-masing pasangan masih mau saling bertahan satu sama lainnya, saya rasa akan selalu ada jalan keluar yang indah buat rumah tangganya.
Salah satunya adalah, dengan memberikan jawaban, bahwa sesungguhnya, tidak melulu suami selalu salah, tapi memang yang suami lakukan itu salah, ya mungkin karena lelaki kurang peka kali ya, dan istri juga yang tidak bisa komunikatif terhadap suami.
1. Suami kesal, sudah bantuin kerjaan rumah, tapi tetap kena marah
Dulu, waktu saya masih kerja, saya sering banget dicurhatin beberapa bapak-bapak, tentang kekesalannya terhadap istrinya, yang tak pernah berterimakasih pada bantuan suami, yang ada malah marah-marah terus.
Sudahlah dibantuin kerjaan dapur dan lainnya, bukannya terimakasih, malah tambah manyun, bahkan berakhir omelan.
Ini kayaknya saya banget, semacam nyindir saya, atau jangan-jangan tuh bapak-bapak nyindir saya ya dulunya? hahaha.
Jadi gini ya bapak-bapak, yang merasa istrinya nggak tahu berterimakasih, minimal menghargai niat dan usaha suaminya mau meringankan beban istri.
Bayangkan.
Kerjaan kalian di kantor lagi banyak-banyaknya, deadline berlomba mendatangi, bos udah ngamuk mulu menanti hasil kerjaannya..
Dalam keadaan seperti itu, istri yang baik merasa nggak tega melihat suaminya jadi lembur dan lelah karena kerjaan seabrek itu.
Maka dengan penuh kesadaran, si istri datang membantu kerjaan suaminya, ya biar cepat selesai kan, biar suaminya nggak perlu begadang sampai siang.
Tapi kenyataannya?
Sang istri ternyata malah membuat kerjaan suami jadi makin panjang, karena apa yang dia kerjakan malah tambah bikin kacau.
Membuat masa lembur semakin panjang, dan waktu buat tidur tertunda lagi.
Dalam keadaan seperti itu, kira-kira apa yang ada di benak suami?
Pasti kesal kan?
SAMAH CUAMIH!!!!
Istri manyun, karena suami bantu kerjaan rumah itu, bukan karena nggak berterimakasih, tapi memang bantuannya itu nggak tepat guna.
Misal, kayak paksu yang baik banget suka rebutan ama saya masuk ke dapur, dari masak yang berujung dibuang karena anak-anak kurang suka masakannya.
Sampai saya nyaris jatuh gedebug saking lantai penuh minyak.
Atau dia cuci piring lalu naruh di tempat piring sembarangan, alhasil pas kita mau pake, butuh waktu sejam ngubek tempat piring baru ketemu hahaha.
Atau, yang paling seru, kalau kami kumpul dengan saudara-sadara ipar di rumah mertua, semua pada curhat tentang kesalnya dibantuin suami.
Ada yang manyun, karena suaminya bantuin nyuci, terus dia masukan semua baju, baik yang berwarna maupun yang putih ke mesin cuci.
Terlebih, yang berwarna itu ada yang luntur sodara.
Jadilah seragam putih jadi kayak tie dye wakakakaka.
Para suami selalu berkilah, kan namanya nyuci, mau pake cara A atau B, yang penting kan targetnya tercapai, yaitu baju kotor jadi bersih.
Iya, tapi nggak berubah warnanya juga kaleeeee cuamihhh, hahahaha.
Lalu para suami berkata:
"Makanya, jangan marah kalau liat suami bersantai pas pulang kerja, daripada bantuin malah kacau kan?"
Yeeee...
Nggak gitu juga kali cuamihhh..
Ya bantuin hal lain kek yang bisa dilakukan, misal...
Jangan bebongkar lagi.
Ajak anak-anak main bareng, biar nggak recokin mamaknya.
Itu udah sangat membantu banget loh buat ibu-ibu, karena sebenarnya pekerjaan rumah itu, gampil dan mudah buat seorang istri.
Yang sulit itu adalah, mengerjakan semua itu sambil gendongin anak, sambil nyuapin anak, duuhh kapan coba selesainya?
Nah, kalau masalah anak, seharusnya sih para suami nggak boleh ada alasan nggak bisa lakukan ya.
Kalau nggak bisa ngerjakan kerjaan rumah dengan baik, meski sebenarnya itu life skill wajib sejak kecil, masih masuk di akal deh.
Nah, kalau juga nggak bisa urus anak dengan baik, ajakin main, nyuapin dan semacamnya.
Euyyy, kagak usah sok-sokan punya anak dong cuamihhh...., hahaha.
Jadi, bukan karena suami selalu salah ya, tapi memang suami melakukan hal yang salah.
Siapa suruh kagak belajar life skill sejak kecil, ye kan?
2. Istri salah, suami yang disalahkan
Ini sebenarnya cuman dongeng ya.
Di mana, kalau saya baca-baca, banyak banget suami yang menolak teori ini.
Maksudnya, teori yang mengatakan kalau suami itu kan kepala keluarga, pemimpin.
Jadi, saat istrinya berbuat salah, apalagi hanya salah di mata suami doang (biasanya karena ego).
Orang yang pertama harus disalahkan ya suaminya.
Iya nggak?
Ini nggak termasuk dengan sikap istri yang macam di sinetron TV terbang itu yeee, hehehe.
Maksudnya, saat ada pertengkaran atau perdebatan kecil, dan istri memilih nggak mau setuju dengan ego suami, lalu terbersit ucapan istri durhaka.
Bukannya istri yang durhaka, tapi suami yang gagal mendidik istri.
Nah yang kayak gini kan udah jelas ya?, bukan suami yang selalu salah, tapi memang hakikatnya jadi pemimpin itu berat, makanya kenali calon makmummu atau pengikutmu, sebelum diajak mengarungi bahtera rumah tangga.
Jangan hanya karena pengen dapetin si wanita, meski sikapnya bertentangan dengan karakter si laki, tetep aja diterusin, dengan anggapan akan diubah setelah menikah.
Etdah, dikata anak orang itu adonan donat apa ya?
Setelah nikah bisa dibentuk jadi kek donat apa saja?
Ya kagak bisa dong cuamihhh...
Demikianlah, 2 aja ya contoh suami yang merasa selalu salah, dan istri selalu benar.
Ayo dicek kembali.
Suami yang selalu salah, atau memang suami lakukan hal yang salah mulu?
Iya nggak?
Sidoarjo, 20 November 2020
Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Berarti kesimpulan dari artikel ini adalah:
BalasHapus1. Suami selalu salah.
2. Jika suami membantu tapi tidak sesuai keinginan istri maka hukumnya adalah nomor 1.
3. Jika istri durhaka tidak taat suami itu bukan salah istrinya tapi karena nomor 1 biarpun istrinya sudah bisa dewasa.
4. Jika pekerjaan rumah tidak selesai selesai karena istrinya suka nonton Drakor itu bukan salahnya tapi salah suaminya karena membelikan tivi (tetap nomor 1)
5. Jika suami bawa pulang kerjaan kerumah karena sudah deadline tapi tetap harus bantu istri ngurus rumah, akhirnya deadline ngga terkejar dan bonus kantor pun melayang karena ngga mencapai target. Itu bukan salah istrinya lho tapi karena salah suaminya (tetap nomor 1).
6. Karena ngga dapat bonus maka istrinya uring-uringan dan menyalahkan suaminya. (Tetap nomor 1)
Suaminya memang ditakdirkan selalu salah. Suaminya hanya senyum senyum saja membaca artikel ini sambil duduk santai di rumah istri muda.😃
Eh ~
Naah betul itu gus .. Kalau punya Istri lebih dari 2 sepertinya hal diatas bisa dipertimbangkan haahaaaa suuuee..🤣🤣
Hapus🤣 🤣 🤣 🤣 🤣
Hapuswhohahahahahahahahahahahahahahahha.... gue terpingkal pingkal baca komentar yang ini...
Bueeeneeerrrr banget..
Punya istri dua juga kalau pola yang dipakai gini mah.. yah tetep
wakakakakak, si Mas Agus mah kagak baca poin di bawah, makanya kesimpulannya salah besar 🤣
HapusOff course tidak termasuk dalam kategori sikap istri durhaka macam di sinetron ikan terbang dong Mas, yang Mas Agus lampirkan di atas itu, adanya di sinetron ikan terbang.
Nah yang saya tulis ini, menjawab perdebatan laki dan perempuan yang mana laki selalu mengatakan kalau suami memang selalu salah.
Kenyataannya nggak melulu benar kalau suami selalu disalahkan, tapi karena apa yang suami lakukan memang salah.
Kayak poin 1 itu, di mana banyak suami kesal, udahlah membantu kerjaan istri, bukannya dapat terimakasih, eh malah dapat omelan.
Jawabannya ya, bayangin aja, kalau punya kerjaan seabrek, terus istri inisiatif bantuin, terus malah ngerusak semuanya dan bikin suami kudu kerja 2 kali.
Ya sama dengan kasus suami bantuin kerja rumah, tapi asal gitu, menjadikan istri malah kudu kerja 3 kali, yang seharusnya sekali dong, contohnya ya cuci baju dicampur semua, alhasil baju lainnya kena luntur :D
Kalau yang Mas Agus bilangin di atas itu, kayaknya jarang deh terjadi di dunia nyata.
Kalaupun ada, bisa jadi memang salah suami, karena SUAMI KAGAK NGOMONG!
Dikate istri itu bisa baca hati dan pikiran orang apa? :D
Terus suami merasa selalu disalahkan lalu cari istri baru?
Cari masalah itu mah.
Lah 1 istri aja tiap hari disalahin 1 wanita.
Minta nambah disalahin 2 wanita dong itu akhirnya? ahahahahah 🤣🤣🤣
Becanda mbak, mana mungkin mbak Rey seperti itu. Aku nulis hanya untuk guyonan saja, biasalah biar ngga spaneng.😅
HapusAku baca sambil ketawaaaaaa....
Hapus🤣🤣🤣🤣
Aku paling suka baca yg ginian ni....
HapusMba Rey, aku di pihakmu😅😅😅
Maap y bapak2...
Kabur ah 🏃♀️🏃♀️
hahahaha, mari kita serang bapak-bapak, wakakakaka
Hapusnamanya perempuan kan diciptakan dari tulang yang bengkok, sabarin aja kita mah sebagai lelaki.
HapusSuami selalu salah dimata Istri, Atau Sebaliknya. Bahkan dalam lingkup pertemanan sesama wanita hal ini sering jadi bahan obrolan... Termasuk para suami terhadap teman2nya, Bahkan dalam kumpul keluarga pun pastinya akan ada bahasan seperti itu.
BalasHapusKalau masih tidak ada masalah dan bisa saling memahami sebenarnya hal biasa. Tetapi terkadang hal seperti itu bisa jadi masalah, Atau perselisihan yang ujung2nya jadi pertengkaran yaa sebagai contoh kebutuhan dapur habis belum pada waktunya, Atau anak nangis rumah berantakan, Bisa juga cucian menumpuk, Pas nyucinya main salah2han..."Baju ini sama itu jangan dicampurin, Keringin dimesin sekali aja"....Eeehh itu mah gw kali yaa..Haaahaaaa Suuueee.🤣 🤣 Tapi Alhamdullilah hampir tidak pernah bertengkar cuma masalah itu, Yang ada malah becanda main siram2 air.🤣 🤣 Seandainya kesal paling hanya dalam hitungan jam saja.
Yaa termasuk kebutuhan dapur, Seperti beras dan makanan habis. Intinya komunikasi yang tegas dan saling menahan ego apa bila waktu membicarakannya tidak tepat.
Apapun masalah yang ada dalam rumah tangga yaa kalau bisa berusahalah untuk tidak saling menyalahkan atau membeda-bedakan dan merasa benar....Meski terkadang Faktanya selalu begitu.
Tetapi apapun itu setiap rumah tangga pasti berbeda-beda dan tidak pernah sama masalahnya....Jadi berusahalah untuk saling memahami atau membuat komunikasi yang terbaik. Bukannya ikut2tan melihat trend atau gaya masalah dan problem rumah tangga orang lain yang sebenarnya masih dalam tahap gosip.😊😊
Gitu kali yee...Tahu dah..🚶♀️🚶♀️🚶♀️
iye Tong.. makanya cari istri muda kayak juragan bang Pepet.. sono cari gih
HapusNah kayak gini, sebenarnya si KangSat ini tipe yang keras kayak Pak Anton juga, tapi dia bisa lebih santai, mungkin juga pengaruh dengan pasangan ya.
HapusKalau Pak Anton punya pasangan yang selalu mengerti sama Bapak, nah KangSat ini punya pasangan yang kayak Tom and Jerry, tapi mereka saling memahami.
Jadinya, biar kata sebal, ujungnya malah kayak ngelawak hahahaha.
Thanks KangSat sharingnya, menikah dengan sahabat, mungkin itu alasannya mengapa KangSat jadi bisa meleburkan semua masalah rumah tangga jadi lebih ringan 😊
Heemmmm gue mau ngomong apa yah... hahahahaha ntar ngomong disebut bela para suami, kagak ngomong gatel juga mau komentar...
BalasHapusBicara life skill..
Kalau suami berbuat kesalahan di dapur, kesalahannya kah tidak belajar life skill? Padahal seperti diketahui life skill yang diajarkan untuk pria dan wanita di masyarakat Indonesia berbeda sejak kecil. Anak laki-laki diajarkan menjadi tangguh dan bahkan kalau perlu tidak menyentuh dapur?
Salah orangtua? Salah masyarakat?
Kalau ujungnya salah-salahan mah ya nggak akan ada habisnya.. coba saja diteruskan, hasilnya memang seperti yang Rey bilang di atas Suami malah males bantu, dan hal itu bikin Rey tambah sewot dan menyalahkan si suami.
Iya kan?
Dalam sebuah tim kerja yang baik, mencari siapa yang salah bukan lah sesuatu yang baik. Dan, suami istri itu sebuah tim loh.
Rey akan selalu punya pilihan
- marah-marah karena kesalahan dan waktu tambahan yang dipakai
- memberitahu sistem yang Rey pakai kepada suami supaya di kemudian hari kesalahan yang sama tidak dilakukan
Bagaimanapun, pria juga punya kekurangan dalam berbagai bidang, terutama dalam urusan rumah tangga. Kaum pria kebanyakan jarang diajari melaksanakan itu dan "dibiasakan" oleh sistem yang ada.
Nah, lalu apa yang Rey lakukan mengatasi masalah itu? Marah-marah doang mah gampang, ngeluarin ego dan emosi sih mudah, tapi apakah masalahnya selesai.
Selalu ada opsi lain untuk memecahkannya, seperti Rey harus jadi "pemimpin" di bidang itu. Tunjukkan cara yang benar, apa yang Rey mau kepada suami. Jelaskan.
Dengan begitu dia tahu kesalahannya dan memperbaikinya.
Itu juga yang dilakukan Yayang kepada saya kalau soal urusan dapur. Biasanya dia nggak marah-marah, diam saja sampai saya selesai. Baru setelah itu dia jelasin, "Gini mas seharusnya, yang ini harus ditaruh disini, yang ini harus begini". Caranya berbeda dengan yang saya ketahui, tetapi karena dia saya anggap pemimpin dalam urusan itu, ya saya manut.
Sekedar ngomong "salah elu nggak belajar dari dulu" sih sebenarnya buat saya konyol. Hal itu menunjukkan bahwa sang istri sendiri bukan orang yang solutif dan lebih menekankan ego. Alih-alih mencari cara penyelesaian yang berguna, lebih suka mengumbar egonya saja.
Pemikiran kaku bahwa pria adalah pemimpin yang diartikan bahwa pria harus bisa segalanya. Bahwa Rey maunya suami yang siap pakai, superman, jagoan tak terkalahkan dan serba bisa.
Saya pikir berarti sejak awal Rey tidak pernah menerima suami dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kalau begini Rey berarti berekspektasi suami adalah orang yang sesuai keinginan Rey saja. Serba bisa.
Komentar dari orang yang punya bini 13 memang bijaksana karena sudah berpengalaman.🤣
HapusBapak... Mas Agus tuh minta tambah bini wakakakakakak 🤣🤣🤣
HapusSalah orang tua Pak! qiqiqiqiqi.
Tapi memang, untuk generasi sampai batas 90an, percuma mengharapkan suami bekerja sesuai yang benar, karena gaya pengasuhan dulu memang mengharuskan lelaki ya kagak boleh masuk dapur.
Saya beruntung menikah dengan lelaki yang suka makan waktu remajanya, jadi dia terbiasa masuk dapur, meskipuuunnn ya asal, hahaha.
Kalau masalah saya, kesalahan di dapur memang kembali ke diri paksu Pak.
Kembali ke habbit, memang sulit mengubah habbit.
Paksu tidak terbiasa melakukan sebuah hal (khususnya di rumah) sesuai yang seharusnya.
Jadi, mau diajarin kayak gimana, paling sekali aja benernya, abis itu diulang lagi, hahaha.
Makanya saya bilang kami rebutan, saya kesal kalau pagi-pagi dia ikutan masuk dapur, bikin lama beres aja.
Nah kalau masalah tidak menerima kekurangan, i am Bapak.
Bukan enggak menerima sih, keadaan yang nggak bisa kompromi 🤣
Ya pengennya sih menerima kekurangan, saat dia bantu masak dapur jadi ancur, tapi saat anak jatuh gedebug, sementara saya cuman bertiga di rumah, jauh dari tetangga itu, yang selalu saya nggak bisa nerima kalau dapur kotor dan dibiarin hahaha.
Saya pribadi memang berubah jadi makin sok idealis sejak punya anak.
Ya tidak lain dan tidak bukan mungkin karena lelah, mengurus anak sendirian.
Suami jarang pulang, bahkan anak sakit pun nggak mau diusahakan pulang.
Jadinya saya menua dengan makin idealis, makin terencana.
Saking harus mengatasi semua masalah sendirian itu 😂
Kalau berekspektasi suami harus serba bisa, setidaknya apa yang saya bisa, dia juga harus, pernah Bapak.
tapi syukurlah hidup selalu membawa saya ke sebuah pengembangan diri, di mana bukan hanya saya ngamuk, nangis, sebal dan kesal.
Tapi setelahnya, saya bisa belajar satu hal baru setiap harinya.
Semua itu membawa saya menjadi sedikit demi sedikit menakar batas kompromi.
Di mana, yang awalnya, kompromi saya meluas, saya dan pasangan.
Sekarang saya belajar berkompromi hanya untuk diri saya, bahkan ke anak-anak saya berusaha untuk lebih longgar.
Dengan sebuah pemikiran.
Bahwa suami maupun anak-anak itu ya hanya kebetulan menemani saya, tapi sesungguhnya mereka itu bukan sepenuhnya milik saya.
Semua itu juga berkat ocehan panjang banyak teman-teman di blog ini, khususnya Bapak Anton yang sering memecut saya, biarpun seringnya saya ngeyel hahahaha.
Dan KangSat yang banyak banget sharing ceritanya di sini.
Serta Mas Agus yang selalu tampil bijak, padahal kalau dipikir-pikir Mas Agus itu masih jauh di bawah usia KangSat dan Pak Anton yak :D
Dan masalah "salah elu nggak belajar dari dulu" itu bukan semata masalah saya Pak, saya tujukan buat para suami-suami yang selalu mematrikan di kepalanya, kalau 'suami selalu salah, istri selalu benar'
Gara-gara patrian (apaan tuh patrian? hahaha) itu, sebagian lelaki berstatus suami jadi tidak pernah paham, kalau sebenarnya tidak melulu suami terlihat salah, tapi memang salah beneran.
Itu loh maksud saya :D
Pandangan kuno obsolete dan merendahkan sekali sebenarnya menyebut bahwa suami harus bisa mendidik istri. Jujur saja, meski saya tahu sumber darimana pemikiran itu, pemikiran itu harus ditinggalkan.
BalasHapusKerjasama tim, saling belajar, saling mengajari rasanya lebih cocok di masa sekarang. Istri mengajari suaminya berbagai hal terkait yang dia tahu, suami pun berbagi pengetahuan yang dikuasainya.
Istri bisa membagi cara mengatur rumah, mengurus anak, mengasuh, menggendong. Pria bisa belajar dari istri.
Lagi-lagi, kalau Rey ga ngajarin, terus berharap pak su bisa begitu saja? Wadaaww.. benar-benar ga solutif Rey kalau gitu. Masalah ga selesai, yang ada Mamak Rey misuh-misuh terus..
Ajarin pak su gendong anak dan mengajak dia bermain.
Tapi yah terserah Rey, mau cuma ngebawelin dan nyerewetin doang atau mau ngajarin...
Bagaimana kalau pak su nggak bisa bisa.. Tetap istri harus berperan sebagai guru disini. Sekali belum bisa, ajarin lagi, sampai bisa.. Jangan cuma berkeluh ahh suami saya mah ga bisa, udah diajarin (padahal cuma sekali), tetep ga bisa..
Pola pikir kaku bin usang seperti ini yang sering menyebabkan seorang pria tertekan dan justru mencari pelarian keluar, seperti Mas Agus Warteg yang pilih bersantai di rumah istri mudah.. wakakakakak
Terlihat seperti candaan yah apa yang mas Agus tulis, tapi saya pikir, kalau pola pikir Rey atau istri yang lain seperti di atas, saya tidak heran, suaminya ga betah di rumah...
😋 😛 😝 😜 🤪😋 😛 😝 😜 🤪😋 😛 😝 😜 🤪
Awaaasss kalau Pak Anton ikutan Mas Agus loh ya! 🤣🤣🤣
HapusSyukurlah paksu saya bukan cuman anak dapuran Pak, tapi anak Ibuk, jadi pekerjaan perempuan, dia suka lakukan, biar kata katcau, hahaha.
Diajarin juga tetep katcau, balik lagi ke habbit yang saya bilang tadi.
Tapi serius loh Pak, kuberitahu sesuatu, lelaki yang punya pikiran kayak Pak Anton ini udah jarang, ya entah mungkin juga balik lagi ke bagaimana pasangannya menghadapinya ya.
Tapi, yang saya tuliskan di atas, kebanyakan ditujukan kepada teman-teman yang nggak seberuntung bisa punya laki yang moon maap nih, lelaki sejati.
Maksudnya, cuman minta dihormati karena menurut agama suami kudu diikutin semua titahnya, tapi giliran kebutuhan rumah, berharap istrinya bisa sulap duit 10ribu jadi 20 lembar hahahahaha.
Ada dong yang beberapa teman curhat langsung ke saya.
Demikian juga membaca perdebatan dari komentar beberapa grup.
Kalau masalah pola pikir istri tidak membuat suami nyaman lalu cari istri lain, moon maap, saya sama sekali nggak respek sama itu.
biar kata lelaki cenderung gitu.
Gimana kalau dibalik, pola pikir suami yang tidak pernah mau meladeni istri membuat istri nyaman ngobrol sama lelaki lain?
Kagak kelar-kelar dong.
Dan apapun masalahnya, kalau ada masalah laki cari wanita lain, sudah mutlak tuh lakinya yang memang wajar digitukan istrinya.
Dan yakin juga, di istri kedua, ketiga dan keempat dan seterusnya ya juga samah hahaha.
Kalau memang nggak ada jalan keluar, be a man dong.
Pisah baik-baik, lalu nohhhh cari pasangan yang lebih menyamankan, yang saya yakin, kalau memang terus berharap satu pihak, ya teteo kembali lagi masalah lamanya 😂😂😂
Wakakakaka... tapi itulah fenomenanya Rey. Salah satu alasan pria nggak betah di rumah adalah karena situasi seperti ini dan mereka cari pelampiasan keluar. Makanya saya bilang tidak heran karena tulisan di atas benar-benar menekankan ego seorang istri
HapusMakanya kubilang yang mas Agus katakan dengan cara bercanda, sebenarnya mencerminkan banyak hal yang terjadi dalam masyarakat. Itu pola pikir banyak laki-laki Rey. (Saya pikir mas Agus malah tidak begitu, cuma dengan celetukannya dia bisa menggambarkan sesuatu dalam bahasa lucu).
Justru "be a man" versi laki-laki bisa jadi bukan pisah, tetapi menduakan karena aturan dalam masyarakat memungkinkan untuk itu. Gitu loh. Logikanya bertentangan dengan kaum istri yang bilang kalau sudah ga suka cerai, tetapi pria punya pilihan lain, seperti nikah siri dan kalau secara aturan agama tidak bisa disalahkan..
Ia bisa melakukan itu.. (bener apa yang digambarkan Mas Agus, bahwa istri bawel di rumah, dia di rumah istri muda). Dia jadi seorang "a man"..
Hahahaha..
Tidak ada yang mutlak Rey di dunia... Karena Rey memandang kebanyakan hanya dari satu sisi, sisi kemauan dan idealis versi Rey. Seringnya Rey gagal mencoba melihat dari sudut pandang lain.
Tidak salah karena banyak orang begitu, tetapi pandangannya menjadi terlalu terkotak dan cenderung memvonis, bukan "memahami".
Seperti "apapun masalahnya, kalau ada masalah laki cari wanita lain, sudah mutlak laki yang memang wajar digitukan istrinya"
Ini pandangan yang sebenarnya menunjukkan ketidakmengertian Rey bahwa di dalam masyarakat ada tradisi berdasarkan agama, budaya, salah satunya poligami yang tidak dilarang dan bahkan diterima. Ini seperti menyempitkan masyarakat dalam vonis Mamak Rey.. Karena poligami dalam budaya masyarakat Indonesia merupakan sesuatu yang diterima. (Terlepas dari saya bukan pendukungnya yah)
Bukan masalah benar salah yah.. bukan dukung mendukung yang mana yah.
HapusCuma saya pikir Mamak Rey dalam hal ini kurang melihat dari sudut pandang dimana secara budaya dan tradisi di Indonesia, kaum laki-laki/suami masih dipandang memiliki keleluasaan lebih.
Tulisan Mamak Rey di atas cenderung menekankan, gue istri, elu suami yang harus ikut cara gue, kalau kagak itu salah lu sendiri ga belajar dari dulu...
Pada dasarnya, konsep pemikiran Mamak Rey hampir sama dengan pemikiran "gue laki-laki, elu pokoknya ikut gue". Sama dasarnya tetapi dari sisi yang berbeda saja.
This is a woman world. Intinya gitu kata Mamak Rey...
Kan lucu , di atas nulis seorang suami harus jadi pemimpin dan mengenali makmum , kemudian Mamak Rey bilang sendiri di atas suami harus mendidik istri, kalau gagal salah suami.. ini logika yang dibolak bolik sama Rey. Di satu sisi kegagalan istri adalah kegagalan suami, tetapi kalau suami kesulitan, Rey bilang itu salahmu sendiri...
Padahal kalau jadi makmum atau orang yang dipimpin, Rey harus mau manut dan patuh perintah apapun dari pemimpinnya. Kayak tentara, suka ga suka ya kudu jalan.. Dia harus mau diperintah, tapi kalau di tulisan di atas, mau jadi makmum tapi imamnya yang harus ngikutin.. jadi yang dipimpin, tetapi pemimpin harus ikut cara yang dipimpin..
Kumaha eta...
Ego seorang cewek yang mau menang sendiri itu mah.. sama dengan prinsip duitmu duitku, duitku ya duitku...hahahahaha
Logika saya nggap nyampe untuk menangkap logika Mamak Rey yang berbelit seperti benang kusut.. wakakakakakaka...
O ya kata "tidak heran" kalau pria mencari wanita lain kalau istri begitu, bukan "mendukung".
Itu berdasarkan logika sebab akibat karena kalau sikap si istri begini, maka akibatnya pria akan melakukan tindakan lain dengan memanfaatkan celah yang ada. Dan celah itu di Indonesia terbuka lebar dengan masih berlakunya sistem poligami.. Sesuatu yang tidak disukai wanita karena tidak diberi hak poligini (poliandri).
Dan itu tidak bisa diatasi dengan sekedar ucapan "Kalau pria kayak gitu berarti wajar dia digitukan istri"..
Logika Rey benar tidak akan ada ujungnya ketika istri membalas, tetapi karena tidak dikenal sistem poliandri di Indonesia, istri bisa kena hukuman positif dan sosial, sedangkan kalau pria paling dicibir sebentar kemudian dibiarkan..
Posisi menang kalah dalam hal ini sebenarnya secara hukum positif/norma/tradisi memang masih memihak kaum laki-laki.
Cara pengungkapan dalam tulisan Rey di atas soal suami salah, sebenarnya sangat tidak berimbang. Disana kelihatan ego seorang cewek sekali.
Soal tulisan ini dibuat untuk siapa, mungkin Mamak Rey harus bertanya lagi, benarkah ditujukan untuk orang lain, atau untuk diri sendiri? Tulisan di atas tercermin pola pikir dari penulisnya dan biasanya mencerminkan apa yang sering dilakukannya di dunia nyata.. :-D
Have a nice weekend Rey.. hahaha makasih buat asah otaknya di pagi hari...#kabur dulu ahh
Tapi... ya sebagai nahkoda emg gitu sih kadang haha. wes angel wes
BalasHapushahahaha, intinya wanita kudu belajar pola pikir lelaki, lelaki juga sama.
HapusKalau udah tahu baru deh komunikasi dengan baik :D
walaupun belum nikah, nomor 1 bisa dimengerti kak hahaha. soalnya jujur aja, kalau bapak bapak atau anak laki di dapur bikin emosi. gimana enggak, abis mereka dari dapur pasti ada benda yang berantakan XD. tapi ya itulah nano nano kehidupan ya kak XD
BalasHapusHahahaha, memang lebih enak mereka kerjain tugas mereka ya, biar lebih cepat selesai.
HapusKecuali memang lelaki yang terbiasa mengerjakan hal demikian sejak kecil :D
Hallo mbak Rey, semoga sehat bersama anak - anak dan suami. Bicara tentang teman hidup (suami istri), bagi saya pelajaran hidup yang lulusnya saat maut menjemput, walau berusaha untuk belajar sebaik mungkin tidak pernah lulus - lulus, ada saja persoalan. Namun satu poin penting yang saya suka dari tulisan mbak Rey ini adalah soal soal "kodrati" sebagai wanita dan pria. Orang hebat bilang bicara tentang logika dan perasan. Barangkali itu yang perlu dipahami antara dua manusia yang berjenis kelamin berbeda tersebut. Jika hanya mengandalkan komunikasi saja saya setuju belum cukup, tetapi imbangi dengan mengerti kodrat wanita sebagai apa dan suami berperan sebagai apa, itu barangkali solusi alternatif yang bisa jadi solusi membangun keharmonisan keluarga.
BalasHapusTerima kasih mbak Rey sudah berbagi sudut pandang tentang keluarga dari kaca mata seorang wanita.
Awwww... tengkiuuuu Bapak Guru! you get my point *halah sok Enggres hahaha.
HapusItu maksud saya!
setelah menikah belasan tahun, sudah puas ngamuk, marah, sedih, nangis, gulung-gulung, menghasilkan banyak pelajaran, di mana bener banget.
Semua itu kembali ke aturan Tuhan, Tuhan udah ciptakan semua secara sempurna, kadang kita manusia sok-sok improvisasi, abis itu ngehek sendiri hahahahaha.
Karena pada dasarnya bukan cuman jenis kelaminnya yang beda, tapi otak dan banyak sistem di tubuhnya juga beda.
Jadi sehebat apapun lelaki meng cover pekerjaan perempuan, tidak akan bisa menandingi perempuan itu sendiri.
Demikian sebaliknya.
Jadi, yang namanya tugas istri (biar kata banyak yang menolak kalau itu tugas istri), sebaiknya suami hanya membantu sedikit, jangan diambil alih, nggak akan bisa seperti yang istri lakukan.
demikian juga tugas suami, sehebat apapun wanita bisa melakukan tugas lelaki, jangan diserahin semua ke wanita, karena nantinya juga bakal jadi masalah.
Komunikasi palingan cuman mentransfer alasan, jika memang masing-masing nggak mau belajar sisi pasangannya.
Alhasil, kagak ada gunanya.
Misal, istri kesal, suaminya nggak bisa jadi teman ngobrol yang baik.
Ya iyalaaahh, bukan suaminya nggak bisa jadi teman ngobrol, tapi memang Tuhan ciptakan kalau lelaki itu cuman mampu ngomong 5000-7000 kata cmiiw.
Kalau dia di kantor ngomong mulu, pulang ke rumah jatah omongannya abis.
Alhasil, saat istri bercerita, dia cuman ho oh ho oh aja. istri kesal.
Tapi coba kalau istri tahu dan sadar, kalau memang lelaki diciptakan seperti itu, meski kesal (namanya manusia kan ye) tapi nggak akan jadi berkepanjangan.
Ini juga dibalik, kalau suami kesal, istrinya cerewet.,
Bukan salah istri douunggg, emang Tuhan ciptakan wanita itu punya kemampuan ngomong sampai 20rebo kata.
Makanya wanita banyak yang suka ngegosip bahahahaha.
PAda akhirnya, kita manusia nggak bisa sanggup melawan kodrat, sehebat apapun kita.
Makasih banyak juga atas kunjungannya Bapak Guru 😊
di bagian jatah ngomong suami, hahahaha saya sangat setuju mbak. Di sekolah sebagai guru saya ngomong terus, tetapi sampai rumah. Bukannya tidak bisa ngomong tapi istri kebanyakan ngomong kwkkw jadi saya pusing mau dengarin yang mana, kan guru tu, biasanya banyak ngomong dan muridnya pada manut, eh sampai rumah ibu bendahara melancarkan kekusaannya di sektor domestik, bisa apa para suami, jadi pilihannya diam saja, daripada ribut. eh malah diam diomelin pula, kwkwk, jadi sekolah hidup yang tidak pernah lulus yaitu kehidupan rumah tangga kwkwk
Hapusaku banyak belajar dari komen komen sesepuh diatas, ehh sesepuh, dijitak mas agus, pak anton dan kang sat nanti :D
BalasHapuswkwkwkwkwkw sesepuh kita :D
HapusJadi pemimpin itu berat, terberatnya ketika menghadapi egoisme seorang istri...
BalasHapusLupa kalau sikap dan ucapannya diperhatikan anak juga...
Suami harus menjalankan kodratnya penyabar...
Enggak juga sih ya, semua tergantung bagaiMana komunikasi dengan asertif, dan tentunya untuk itu, wajib banget kedua belah pihak melepas ego masing-masing
HapusUnknownSunday, April 03, 2022
BalasHapusSuami Istri sejatinya diciptakan untuk saling melengkapi dan saling menyayangi. Komunikasi itu penting tapi menahan ego juga perlu pada kedua belah pihak. Semoga menjadi keluarga yang sakinah,mawaddah dan warrohmah. AAMIIN YA ROBBAL ALAMIIN.
Reply : Aamiin :)
Wanita ingin dimengerti, namun laki - laki juga ingin difahami. Serupa tapi tidak sama...
Hapus