Saya mah lebih sering upload foto sendiri, ketimbang foto anak.
Kan memang mamaknya yang narsis, bukan anaknya, hahaha.
Tapi ada juga sih masanya, ketika saya dikit-dikit upload foto anak di facebook.
Ketika si kakak masih bayi dulu.
Maklum lah ya, anak pertama, lagi lucu-lucunya, siapa coba yang nahan kagak mau upload foto lucunya. Apalagi memang mamaknya bakat narsisnya parah, hahaha.
Tapi, seiring waktu, saya jadi lebih membatasi upload foto anak, bukan karena apa-apa sih.
Males aja, hahaha.
Padahal, saya udah buatin anak-anak akun medsos, baik facebook maupun instagram.
Tapi keduanya saya privat sih.
Terus, kalau diprivat, buat apa di upload Rey?
Ya buat di save biar aman lah, hahaha.
Baca juga : Dokumentasi Tumbuh Kembang Anak di Album ID Photobook
Manfaat Upload Foto Anak Di Medsos
Biar kata banyak yang mengatakan, kalau upload foto anak di medsos itu nggak aman, bikin ain, atau semacamnya.Tapi buat saya, upload foto anak di medsos itu off course ada manfaatnya juga.
Yaitu:
1. Menyimpan kenangan tumbuh kembang anak-anak
Waktu si kakak baru lahir, setiap hari saya foto dong, lalu saya simpan di komputer, saya buatin folder yang rapi, diatur berdasarkan hari demi hari pertumbuhannya.
Meskipun ketika saya harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan selama 3 bulan. Dan bikin sering lupa ambil fotonya, tapi setidaknya si kakak punya banyak banget foto sejak lahir.
Saking banyaknya foto si kakak, benar-benar menghabiskan space baik di komputer maupun laptop.
Sampai suatu hari saya shock berat, ketika laptop yang udah udzur, benar-benar mati nggak bisa disembuhkan lagi.
Habis dong semuaaaaa file foto si kakak.
Bahkan file foto-foto keluarga kami, hiks.
Untunglah ada beberapa foto si kakak yang sempat saya upload di media sosial, dan ketika si kakak ada tugas sekolah kudu bawa foto keluarga, saya masih bisa mencarikan foto yang dibutuhkan dari medsos.
So, iyes.
Medsos buat saya bagaikan brankas paling aman menyimpan kenangan kami.
Baca juga : Tumbuh Kembang Anak Sesuai Usia
2. Upload foto anak di medsos, agar mudah melihat tumbuh kembang anak di mana saja
Ye kan, kalau disimpan di laptop doang, biar kata mungkin aman, tapi kadang kita nggak ke mana-mana kudu ngegembol laptop kan?
Tiba-tiba kita kangen melihat pertumbuhan anak-anak, ya udah buka medsos aja, lalu swipe-swipe foto-foto anak-anak yang sempat terekam di sana.
3. Agar lebih mudah mengirim gambar tumbuh kembang anak buat keluarga yang jauh
Zaman sekarang memang udah nggak ada lagi batas dan alasan jarak ya.
Bahkan berjauhanpun, semua orang masih bisa bertatap muka melalui video call.
Saking canggihnya, orang-orang bahkan udah malas banget yang namanya mau chat atau telpon.
Dikit-dikit video call. Namun tidak dengan saya.
Entah mengapa, saya bete banget yang namanya video call, jangankan VC, bahkan saya benci terima telepon.
Baca juga : Etika Menelpon, Chat Aja Please!
Dan bukan hanya saya, mama dan bapak serta kakak saya di Buton juga sama, jarang banget bisa saling berhubungan by phone.
Saya harus setia menanti, dihubungi duluan, kalau enggak ya nggak bakalan diangkat, atau diangkat tapi bilang kalau sibuk, hahaha.
Mama saya? bahkan jarang menyalakan ponselnya dong, salah satu cara saya berkomunikasi dengan beliau adalah dengan SMS, yang pasti akan terbaca saat beliau menyalakan ponselnya.
Lagu bagaimana cara kami saling bertukar kabar tentang keadaan diri dan anak-anak?
Ya melalui medsos tentunya.
Kakak saya, biar kata lebih sering silent reader, tapi dia rajin memantau akun medsos saya, biasanya sih di facebook. Dan dia senang kalau ada foto terbaru anak-anak di sana.
Cara Aman Upload Foto Anak Di Medsos
Btw, saya baru ingat deh, kayaknya kemaren saya sempat baca email dari seorang sahabat pembaca. Curhat mengenai foto anaknya yang hendak dihapus tapi nggak bisa, dan dia takut anaknya kena hal-hal yang tidak diinginkan.
Dan saya juga baru ingat, kayaknya saya belom balas deh emailnya *plak!
Maafin yeee..
Beginilah nasib mamak-mamak yang buka email direcokin anak-anak.
Kadang, udah buka email, dibaca, terus anak-anak berantem, mamaknya hilang fokus, dan setelah mereka tenang, mamak lupa dengan email tersebut, hahaha.
Bukan hanya email biasa, even email penawaran kerja dong, sering banget udah saya baca, terus lupa, 2 hari kemudian baru ingat lagi, hahaha.
That's why, kalau ada kerjaan, saya selalu ngotot selesaikan sesegera mungkin, karena anak-anak nggak bisa ditebak mood-nya dalam mengganggu mamaknya hahaha.
Balik lagi ke masalah ibu tadi, mau hapus foto anaknya di medsos.
Ya itu deh, meski upload foto anak di medsos itu ada manfaatnya buat saya, tapi tidak menutup kenyataan juga kalau upload foto anak di medsos juga punya banyak efek buruknya.
Karenanya, bijak dalam upload foto anak di medsos itu perlu, seperti:
Baca juga : Cara Menghapus Foto dari Pencarian Google
1. Jangan terlalu sering upload foto anak di medsos dan dibuka untuk umum
Sekarang, biarpun saya sering upload foto anak-anak, tapi lebih seringnya tidak sebanyak dulu lagi.
Ada sih banyak foto yang saya upload, tapi di akun anak yang tertutup, yang pengikutnya cuman mami dan papinya aja, hahaha.
Alasannya? ya karena memang upload foto tersebut cuman buat menyimpan memori aja, memori tumbuh kembang anak-anak. Jadi hanya dinikmati oleh orang tuanya saja udah cukup.
Dengan demikian, peluang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terutama dari pihak luar, akan lebih kecil.
2. Upload foto anak di medsos dengan pilih foto anak yang sopan
Anak kecil memang nggak bisa protes kalau mereka nggak setuju, fotonya yang menurut kita lucu. Misal foto telanjang, cuman pake CD aja, tapi menurut anak itu memalukan, kita upload di medsos.
Tapi, membayangkan setelah mereka besar, dan kesal menemukan foto 'nista'nya di internet, terlebih kalau nggak bisa dihapus, duuhh itu menyedihkan.
Kayak si kakak, yang sekarang udah bisa protes ini itu, karenanya jika saya mau upload, sebisa mungkin menanyakan dulu kepada empunya foto, apakah dia bersedia jika foto itu di upload?
Biasanya sih, si kakak akan memilih foto yang menurutnya bagus, yang dibolehkan buat di upload ke medsos oleh maminya.
Baca juga : Pengalaman Anak Khitan di Masa PPKM Darurat
3. Gunakan watermark
Saya sering banget menemukan foto saya, dipakai beberapa website, bahkan ada yang dikasih sumbernya.
Untungnya sih, selama ini yang saya temukan, foto saya digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.
Misal foto saya di sebuah tempat, digunakan sebagai keterangan destinasi wisata, hingga foto event yang dihadiri oleh media. Kadang mereka entah lupa ambil foto, ujung-ujungnya pakai foto orang lain.
Itu digunakan sebagai hal yang bermanfaat.
Gimana kalau digunakan sebagai hal yang merugikan anak, misal foto bayi lucu digunakan buat katalog jual beli bayi, kayak kasus Ruben Onsu dulu.
Karenanya, memakai watermark pada sebuah foto yang akan di upload ke tempat yang umum itu penting menurut saya.
4. Hindari foto memamerkan tempat yang sering dikunjungi
Foto di sekolah, atau tempat les, atau tempat-tempat yang rutin didatangi anak.
Karena bisa jadi disalah gunakan oleh orang-orang yang berniat buruk.
Kalau perlu, samarkan selalu background foto, kecuali memang foto di tempat yang jarang didatangin.
Demikianlah, upload foto anak di medsos memang baik, setidaknya bermanfaat buat saya pribadi.
Akan tetapi, jika kita tidak bijak, maka efek buruknya pun akan menimpa kita.
Seperti si mamak Rey yang narsis suka selfie dan upload foto.
Baca juga : Tentang Selfie
Lalu ngakak sendiri liat foto-foto nista saya ditemukan si KangSat Salju .
Astagaaaa, padahal seingat saya, semua foto-foto nista itu udah saya kunci dengan aman di facebook, ternyata masih ada yang lolos juga hahaha.
Lucunya lagi, gegara baca tulisan KangSat, saya jadi kepo intip foto saya di facebook, daaann masha Allah, shock sendiri, ternyata memang sebanyak itu, dengan berbagai pose pula, astagaaa.
Padahal ye, sejujurnya, saya udah jarang banget sengaja upload foto buat pamer.
Kebanyakan saya upload foto di instagram ya biar akunnya terlihat aktif.
Malahan, saya masih punya stock foto seabrek, yang masih menunggu waktu buat di upload, hahaha.
Etapi, saya yang udah jarang banget sengaja upload foto, kecuali memang bertujuan untuk konten.
Apa kabar ya, teman-teman FB yang seringnya upload foto, sampai puluhan setiap kali habis bepergian.
Misal ke mall, terus foto-foto, semua fotonya dimasukan ke FB.
Ah apapun itu, yang penting upload foto diri sendiri aja, jangan anak.
Nggak kebayang, kalau KangSat mencari foto saya dan menemukan foto nista saya ketika bayi yang di upload mama saya (seandainya).
Mungkin saya kesal banget sama mama dah.
Demikian juga perasaan anak-anak kita.
Saat kita upload fotonya, pikirkan jika foto itu akan bertahan selamanya di google, dan ketika anak-anak dewasa, mereka kesal melihat kenyataan itu.
So, plis bijaklah dalam upload foto anak di medsos.
Sidoarjo, 25 November 2020
Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : dokumen pribadi
Demikian artikel tentang manfaat positif dan cara aman upload foto anak di medsos, semoga bermanfaat.
Bagus banget Mbak Rey..
BalasHapusAku ngefans sama orang-orang yang memberikan privasi untuk anak mereka. Semenjak sosmed menjadi bagian dari kehidupan kita, nggak bisa dipungkiri kalau kebutuhan batiniah untuk upload foto kesayangan itu selalu ada.
Mungkin ini g bisa dibandingkan, karena aku belum punya anak. Tapi gara-gara postingannya Mbak Rey, aku jadi inget gimana aku pun menggebu-gebu puingin banget upload foto berdua bareng si partner. Pingin gitu seluruh dunia tahu, nih partner aku, wkakakaka... XD
Cuman kalau dipikir-pikir lagi, lah emang dunia peduli? Kayaknya g deh. Terus gunanya buatku dan si partner apa? Kayaknya g banyak keuntungan yang bisa kudapat juga. Yaudah deh, aku jarang upload foto berdua, tapi aku lumayan sering upload foto dia karena aku fotografernya, itung-itung ini portofolio, karena aku suka hunting foto. Jadi purpose nya buat nunjukin hasil foto dan editan ku. Kali aja ada yang kepincut minta difotoin.
hahahaha, saya juga pernah seperti itu kok, meski memang nggak separah anak-anak zaman now, karena dulu memang teknologi belum secanggih sekarang, saya bahkan baru punya ponsel yang ada kameranya ketika saya berusia 26 tahun deh hahaha.
HapusJadi, jarang banget selfie ama pacar, tapi sekali selfie, semua mau diaplud rasanya.
Setelah nikah, malah jarang aplud foto suami :D
Sepertinya postingan ini karena gara gara artikel kang satria nih.🤣
BalasHapusWajar mbak, aku juga suka foto foto begitu juga istri dan anak saya. Cuma semuanya pakai hape karena jaman sekarang hape juga hasil fotonya sudah kinclong kinclong, kalo masih kurang bagus tinggal di edit saja.😁
Gara gara postingan mbak Rey ini aku coba cek galeri dan ampun, ternyata hampir 1000 foto hahaha. Ternyata cowok juga sama narsisnya.😂
Buru buru upload ke Facebook ah biar memori hape ngga hang. Lumayan buat jaga jaga kalo hape dijual masih ada cadangannya.
Hahaha, iyaaa... terinspirasi dari foto nistah saya ditemukan kangsat, tauuukk aja dia mengendus foto nista saya.
HapusBtw Mas Agus beware, abis ini kayaknya Mas Agus yang bakal diulas, hahaha.
Udah nunggu tapi punyaku belum diulas-ulas juga, mungkin karena ngga ngasih pulsa kali ya.😂
HapusUpload photo anak dimedsos ....Kalau saya pribadi tidak masalah juga sih, Asal jangan posisi dirumah, Disekolah dan lingkungan bermainnya.
BalasHapusCuma beda dengan iatri saya dia kurang suka upload photo dimedsos...Terlebih anak2nya....Meski terkadang sering saya taruh dimedsos secara diam2 photo saya dan anak.
Bahkan istri saya Photo pernikahannya saja ngomel2 kalau saya taruh dimedsos...Jadi saya dirumah ada Tablet khusus untuk menyimpan file khusus photo kami sekeluarga.
Jadi intinya upload photo anak atau keluarga yaa perlu dikomunikasikan juga dengan pasangan kalau ada yang tak setuju..Lebih baik tidak usah...
Tapi untung juga bagi pria yang jarang upload photo keluarga dimedsos bisa ngaku bujangan atau lajang...Haaaahaaaaa suuuueee..🤣
Jadi gimana nih kalau untuk nyonya Rey sendiri masih setia yaa upload2 photo dan bergaya bah anak perawan.🤣🤣 Lanjut maak! Kalau bisa sehari 10000 photo..🤣🤣
Bahahaha, kalau dibanding paksu, saya malah lebih jarang upload foto anak ketimbang dia, termasuk selfie diri.
HapusSekarang saya kalau upload foto itu cuman buat konten, demikian juga foto anak, tapi kalau paksu, suka banget upload foto narsisnya bahahaha
Jadi inget, waktu Arfan baru lahir langsung ku buatin akun instagram.. niatnya sih cuman buat kenangan aja. upload yang lucu-lucu.. maklum ya kan mamak baru, lagi seneng-senengnya punya anak. eh, tapi akun itu gak bertahan lama.. karena ku lupa password IG nya.. haha.. Jadilah sekarang, semuanya upload aja di akun emaknya..
BalasHapusiya ya, katanya sih gak boleh upload foto gitu, takut ain dan sebagainya.. tapi gimana dong. huhu..
btw mbaa, untuk antisipasi kalo foto2 ilang, aku selalu cetak foto2 anakku setiap tahunnya. jadi, ku pilih2 foto yang bagus, terus ku bikin album per tahun gitu. jadi bisa diliat2 lagi perkembangan setiap tahunnya gimana.. hihi.. mamak niat banget kan :D
Saya sendiri jarang sih upload foto anak di medsos, kebetulan media sosial yang saya punya rata-rata berbau bisnis, jadi gak mungkin dong saya bisnisin anak sendiri, hahaha... :D
BalasHapusAku setuju dengan Kak Rey! Di satu sisi jika memang ingin meng-upload foto anak guna kenang-kenangan atau memori, tetap harus dipilah-pilah. Jangan foto yang nggak senonoh malah diupload ��
BalasHapusHarus tetap bijak dalam bersosmed dalam hal apapun karena apa yang udah ada di internet, akan sulit sekali untuk dihapus jejak digitalnya ��
jadi inget Raisa,kayaknya sampe anaknya sekarang udah agak gedean, dia kalau ambil foto sianak, selalu disamarkan atau posisi wajah samping, bukan tampak depan.
BalasHapuskalau aku liat temen temenku ada yang rajin upload foto anak atau sekeluarga, kayaknya menurutku dia posting foto foto perkembangan anak di FB untuk kenang-kenangan juga.
jadi mungkin kalau maminya kangen, tinggal buka album di FB.
malah temenku post foto dirinya sampe ratusan, untuk save di album FB, ya jaga jaga kalau ilang gitu.
iya nih kayaknya rawan ya kalau post foto anak ketika di sekolah misalnya, dan keliatan nama sekolahnya, ini bisa mengundang niat jahat orang lain. Jadi tau si anak sekolah dimana gitu
Terima kasoh tip2nya mba Rey. iya bener, boleh/gak papa apload foto anak di medsos utk menyimpannya mempri. Dan, mesti seleksi y... jgn asal apload aj.
BalasHapusEh lupa, klo aku malah gak ada foto samasekali mba. Foto anak, pun foto diri. Bukannya gak mau, tapi memang dasarnya aku gak suka foto2an.😊
HapusDulu aku lumayan sering upload foto para bocah. Tp sejak gedean, udh jarang sih, sesekali aja.. tapi aku bukan yg strict banget sampe muka si anak di blur ... Upload apa adanya aja , tp cuma yg bagus2 :). Aku ngerti banget gimana rasanya kalo foto jelek kita dipajang di medsos, dan jd makanan empuk orang2 lain. Ga enak pasti nya. Mama prnh posting fotoku kecil dlm pose yg menurutku ancur. Dan jujurnya benciiii bgt liat itu... Aku janji,ga akan ngelakuin hal sama kayak yg mama lakuin ke anak2ku. Kalo foto2 mereka mau dipajang, ya pilih yg bgs. Ntr makin mereka besar, minta izin jg ke mereka apa mau di upload ato ga.
BalasHapusAku jarang sekali up load foto anak. Terlebih kemudian anakku protes aja kalau ku upload fotonya. Padahal, waktu itu dia masih SD kelas rendah, lho. Alhasil makin ke sini, ya makin menolak kalau fotonya ku upload. Hehehehe .... Sampai-sampai seorang kawan SMP-ku berkomentar rada sinis, aku nih enggak mau keliatan punya anak katanya. Hadeeewh ... Untung saja dia berkomentar pas di postingan FB yang kulengkapi fotoku dengan anakku. Hanya saja, dia gak tahu kalau itu anakku sebab kami sama besar. Anakku kan bongsor. Ya sudah, langsung kuskak mat lah dia. Hehehehe ...
BalasHapusSaya rasa tidak masalah upload foto anak di sosial media. Apalagi, sebelum jaman Instagram, Facebook juga dipenuhi dengan upload foto bersama keluarga kecil. Mungkin poin kak Rey, tidak menjadikan anak sebagai objek semata.
BalasHapusNah, kalau saya sendiri, saat ini, karena belum punya anak. Ha ha ha. Berkaca pada angkatan lama, saya lihat intensitas upload foto anak itu tidak melulu soal anaknya. Misalnya sedang lebaran, mereka foto keluarga bersama, anaknya juga masuk dalam frame, jadi tidak seakan-akan menjadikan anak objek. Atau contoh yang lain, sedang menemani anak lomba, terus foto bareng. Itu menurut saya tidak masalah. Kalau misalnya bicara tentang menjadikan itu sebagai kenangan, mungkin saya lebih memilih menaruhnya di google foto atau google drive. Atau pendekatan klasiknya, saya akan buat album fisiknya.
Tulisannya menarik kak Rey
Hi mbak Rey. Lama nggak mampir. Kebetulan bahas, ijinkan saya memberikan sudut pandang lain. Semoga bisa jadi pertimbangan mba Rey dan pembaca
BalasHapusSaya dan kawan-kawan kebetulan mempelajari efek pornografi termasuk pornografi anak. Ngeri kalau melihat colongan foto-foto pelaku dari internet dan medsos...
Sebetulnya share foto anak di media sosial tetap beresiko walaupun dengan segala "janji" medsos tentang privasi atau fitur keamanan.
Pertimbangan lain selain resiko diatas, bagi saya dan kawan yang sama-sama sepakat, anak di bawah umur belum bisa mengambil keputusan logis atas apa yang orang tua share. Efek ke depannya saat dewasa bisa jadi sedikit sekali memiliki kesadaran akan privasi, karena sudah sejak dini beredar di dunia maya.
Bagi yang terlanjur, sebetulnya masih punya waktu memperbaiki sebelum anak memiliki kesadaran itu...
Kalau meninjau "manfaat" yang mbak Rey bilang sebetulnya saya bisa ajukan alternatif
Poin :
1. Kenang-kenangan : bisa disimpan di USB, hardisk sendiri atau cetak print album ala jadul
2. Mudah melihat tumbuh kembang anak dimana saja : bisa simpan di hp foto yang penting2 saja, lagipula kalau online tidak ada koneksi sepertinya susah deh mau lihat foto, mbak. Heheh
3. Mengirim gambar tumbuh kembang anak saat jauh : bisa via WA atau e-mail.
Bila tetap ingin menampilkan foto bersama anak bisa diakali secara teknis seperti wajah tidak tampak jelas, tampak belakang, atau dari jarak yang cukup jauh...
Just my 2 cents.
Mungkin ini opini yang tidak populer.
Apapun keputusannya tentu akan kembali kepada masing-masing orang tua...