Ah pasti nggak normal tuh, hahaha.
Saya rasa, semua orang pernah marah di dalam hidupnya, setidaknya kadar serta responnya aja, yang mungkin berbeda antara satu dengan lainnya.
Sesungguhnya, marah itu adalah sebuah bagian dari emosi yang normal.
Hanya saja, ada beberapa hal yang harus kita lakukan ketika marah, agar kemarahan tersebut tidak membuat kita merugi dan menyesalinya.
Kalau ngomongin marah ke diri sendiri?
Duh jadi malu deh.
Karena marah dalam hidup saya adalah, nyaris setiap hari.
Terutama sejak punya anak dua, dan harus melakukan semua hal seorang diri.
Iya, marahnya karena kelelahan sangat, alias burnout.
Meskipun demikian, bukan berarti saya hanya bisa menjalani semua kemarahan saya, di mana setiap kali saya marah, anak-anak bakalan jadi korban banget.
Saya pernah berada di posisi anak-anak ketika kecil dulu.
Karenanya, saya nggak mau hal tersebut terulang di anak-anak saya.
Dan karenanya, saya selalu belajar dan terus belajar, agar bisa mengendalikan marah, setidaknya agar efeknya tidak terlalu membuat sebuah luka di batin anak-anak.
Dan, untuk itu, ketika saya sedang marah, maka saya:
1. Diam
Rasanya, diam adalah sebuah ekspresi marah dari banyak orang ya, terlalu mainstream rasanya, hahaha.
Tapi, selain saya memang kekurangan kosa kata kalau marah sambil bicara, pun juga saya lebih suka diam, agar kata-kata pedas pakai cabe level 2 liter nggak ikutan keluar.
Selain itu, dengan diam orang-orang di sekeliling saya, khususnya anak-anak akan mengerti kalau saya lagi marah, dan mereka serempak mulai mengurangi tingkahnya yang bikin emosi pengen marah sampai ke ubun-ubun.
Dengan diam, saya juga bisa sambi dengan istigfar, diam-diam berdoa minta disiramin hati saya yang panas.
Alhamdulillah, meski masih jarang berhasil, setidaknya semakin hari, saya bisa menunjukan progres yang menggembirakan tentang manajemen kemarahan dengan diam.
2. Menjauh
Jika diam terasa tidak bisa menampung semua rasa marah yang ada, biasanya saya memilih untuk pergi menjauh.
Ya nggak sampai keluar rumah juga sih, karena saya nggak suka pakai jilbab lagi, terus keluar tanpa tujuan pasti.
Biasanya saya memilih masuk kamar, menguncinya sambil bawa hape tentunya, hahaha.
Lalu di dalam mulai deh saya browsing-browsing, nonton film, pokoknya ngulik semua aplikasi yang ada di hape deh.
Sampai hati saya membaik, baru deh saya keluar kamar.
3. Menangis
Sebenarnya menangis adalah urutan pertama saya dalam situasi marah.
Tapi itu dulu sih.
Ya maklum deh, si Rey ini kalau dalam bahasa Butonnya, 'kajabe', bahasa Jawanya 'gembeng' (eh bener nggak ya? hahaha).
Alias si Rey mah cengeng.
Pakai banget.
Semua emosinya, mau senang, sedih, bahagia, marah dan apapun, pasti dirayakan dengan air mata.
Namun, sejak menjadi ibu dan punya dua orang anak laki, sekuat tenaga saya belajar untuk tidak mudah menangis.
Karena saya sendiri yang mengasuh anak-anak lelaki tersebut, dan pengasuh anak itu akan menjadi contoh utama anak.
Yang bener aja kalau anak saya laki, tapi juga cengeng, kan ye?
Orang si kakak tuh udah kejadian.
Mamaknya takut kecoa, eh si kakak dong juga heboh ketakutan kalau liat kecoa, hiks.
Karenanya, sejak punya anak, saya berusaha untuk lebih bisa menahan air mata.
Kalaupun nggak tahan, biasanya saya pura-pura bilang,
"Ini asap apa sih, kok mata mami perih?"
Padahal lagi nangis, hahaha.
Menangis, buat saya amat sangat bermanfaat sih, karena biasanya dengan menangis, seolah semua emosi negatif berbentuk kemarahan bisa mengalir keluar bersama air mata.
Dan biasanya, setelah itu jadi lebih plong, meski masalahnya masih ada, hahaha.
4. Curhat Di Tulisan
Ini sih sebenarnya terusan dari reaksi poin 2 di atas, yaitu menjauh.
Saat menjauh dengan mengurung diri di kamar, saya biasanya buka ponsel, dan menulis.
Namun, biasanya sih selalu ada tingkatan marahnya untuk diposting.
Kebanyakan, saat saya menulis pertama kali, semua hal-hal yang bikin saya kesal hingga marah, saya tumpahkan di tulisan tersebut.
Seringnya sih di status facebook.
Setelah menulis dengan panjang, kadang juga diiringi dengan poin nomor 3, yaitu menangis.
Tiba-tiba aja hati menjadi lebih plong, lalu saya mulai scrol lagi tulisan status facebook yang saya buat, yang seringnya sih udah nyamain blogpost saya di blog ini, saking panjangnya, hahaha.
Kalau ada yang terasa ekstrim, saya edit, ganti dengan yang lebih 'halus'.
Namun seringnya, ujung-ujungnya nggak jadi di-publish, cuman dijadikan draft doang, hahaha.
Mengapa?
Karena saya menerapkan prinsip keras dalam bermedia sosial, yang menjadikan saya harus mengontrol semua tulisan saya sebelum dipublish.
Yaitu...
Dengan TIDAK PERNAH MENGEDIT TERLEBIH MENGHAPUS SEMUA TULISAN STATUS MEDIA SOSIAL SAYA.
Bahkan mau ngedit typo tulisan saja, saya memilih koreksi di kolom komentar aja.
Dengan begitu, saya jadi bisa mengendalikan tulisan saya.
Dan kalau ada yang masih menganggap tulisan saya ada yang ekstrim, semua itu memang udah melampaui batas kemarahan saya, sehingga berubah jadi kecewa, dan itupun, saya menulisnya secara sadar, sehingga siap menghadapi resiko dari komentar yang masuk.
Ya terlebih di blog sih, justru di blog tuh kebanyakan saya nulisnya mengalir aja, tahu-tahu aja kebawa baper, sampai yang baca pada emosional, padahal yang nulis ini biasa ajah, hahaha.
Demikianlah, 4 hal yang sering saya lakukan jika sedang marah.
Meskipun, semua itu kadang tidak bisa atau kurang ampuh diterapkan kalau lagi burnout dan marah ke anak.
Karena gimana dong, marah sama anak dan menjauh?
Yang ada mereka happy mamaknya mengunci diri di kamar, lalu mereka kejar-kejaran, tetiba aja ada yang nangis kejer, lalu mamaknya keluar dan shock liat ada yang berdarah mulutnya karena jatuh, atuuhhh maaakkk!!! hiks.
Jadi kalau sama anak, biasanya sih kalau marah saya bakal...... NGOMEL, hahahahaha.
Bertolak belakang banget deh dari kebiasaan saya.
Tapi gimana dong ya, terlebih sekarang tuh kelakuan anak-anak sungguh bikin jantung cepat copot.
Sukanya lari-larian, manjat-manjat, dikasih tahu dengan lembut, malah makin dilakukan.
Nantilah mamaknya menggelagar baru pada kabur mengkerut, hahahaha.
Btw, dibalik saya yang paling mudah marah, saya juga bersyukur banget, karena saya adalah seorang yang mudah sekali membaik atau menghapus kemarahan di hati.
Mungkin karena saya merasa capek kali ya kalau marah mulu, jadi biasanya saya marah ke anak-anak tuh paling lama 15 menitan, dengan emosi negatif membeludak diusahakan 30 detik saja, habis itu udah deh saya peluk dan minta maaf.
TAPI GITU DIULANGI LAGI!
Etdaaahhh, hahahaha..
*mamak lyfe!
Kalau temans, apa nih yang dilakukan ketika sedang marah?
Sidoarjo, 3 Desember 2020
Artikel ini diikut sertakan dalam challenge 'Nulis Blog Bareng Ning Blogger Surabaya' bulan Desember 2020
dengan tema : 'Apa yang kamu lakukan ketika marah'
dengan tema : 'Apa yang kamu lakukan ketika marah'
Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
curhat di tulisan aja mba rey, jadinya lebih bermanfaat wkwk kadang muncul ide ide tak terduga
BalasHapuskalau aku udah pasti ngomel dengan kecepatan 100 KM / menit sih mbak hahhaha, suamiku udah kenyang banget nih, aku kalo lg marah pasti ngomel.
BalasHapusDan aku ga berani curhat ditulisan ataupun sekedar update status, takut ga terkontrol hihihi
betul mbak, saya rasa semuanya pernah ngalam in yang namanya marah, namun tak semua orang bisa menahan marah itu, beruntung mbaknya masih bisa nahan marah walo dengan diam, curhat, dan yang lain-lain, yang penting ga mukul orang hehe
BalasHapusMemang enaknya kalo lagi marah itu menjauh ya mbak, soalnya kalo dekat anak terus takutnya malah emosinya tambah tidak terkontrol.
BalasHapusEnakan menjauh lalu masuk kamar untuk semedi. Habis semedi lalu dapat Ilham untuk menulis di dinding Facebook atau di blog, tentu saja dengan lebih terkontrol.🙂
Point 1-3 juga aku banget, Kak Rey 🤣. Apalagi point ke-3, bisa dibilang, aku juga anaknya cengeng banget hahaha. Mudah sekali menangis dan kalau lagi kesal tapi nggak bisa terungkap, biasanya akan nangis juga 😂 baru habis itu rasanya lebih plong yak hahaha. Alasan Kak Rey kocak banget 🤣 "asap apa ini?!" Hahahahahahah ngakak
BalasHapusaku lebih sering diam.
BalasHapuskalau dimarahi baru aku gembeng wkwkwkwk, aku sendiri menilai diriku ini gembeng lho mba rey, kayaknya apa apa kadang kok gembeng,ngadepin ini itu gembeng, padahal maksud hati nggak pengen nangis, tapiii tau tau mrebes air mata hahaha
aku juga memilih untuk menulis. tapi menulis di buku harian saja. setelah itu bukunya ditutup dan disimpan. suatu saat pas baca lagi tulisan itu, senyum-senyum sendiri. kadang mikir kok bisa ya saat itu menulis kayak gitu hahahaha
BalasHapusKarena aku orangnya pendiam dan susah mengekpresikan perasaan dalam kata-kata, jadi kalau marah aku cuma diam aja, Mbak Rey. Kalau udah beberapa jam masih marah juga, aku mandi, terus tidur. Bangun tidur biasanya udah reda rasa marahnya.🙈
BalasHapusAku sebenarnya juga gembeng, Mbak. Tapi entah kenapa kalau marah jarang sampai nangis. Kalau marah sampai nangis, berarti marahnya udah kebangetan sekali. Keseringan sih nangis cuma kalau pas sedih, terharu, dan nonton drakor aja.😂
Sama Rey, kalo Ama anak, aku cendrung ngomel pastinya, walo kemudian nyeseeel banget udah marah2 :(. Tidak marah ke anak, kayaknya selalu jd target hidup yg paling sering gagal ,tapi selalu aku pasang lagi dan lagi :p.
BalasHapusKalo sama suami ato teman, baru beda. Kebanyakan aku diam. Walopun setelah itu bakal puanjaaaaaang ocehanku utk ngelepasin uneg2. Aku pernah meledak marah? Pernah.
Sama temen kantor hahahahaha. Itu saking keselnya, sampe akhirnya meledak sih. Tapi ajaibnya, skr kami malah temen baik. Aku tipe yg kalo marah bisa meledak2, tapi baiknya juga cepet.
Males dipendam2, bikin penyakit ntr hahahaha