Saya justru sangat malu terlihat miskin.
Karena saya merasa terlahir dengan berbagai potensi, yang tentunya bisa dikembangkan agar tak menjadi miskin.
Wait!, jadi ilfil ya bacanya? hihihi.
Si Rey kok begitu arogan seperti ini ya?.
Akan tetapi, hold you'r mind please!
Karena definisi dari miskin itu, yang mungkin bikin kita jadi berbeda pandangan.
Bagi saya, definisi miskin yang memalukan itu, ada beberapa macam, seperti:
Semua orang pasti pernah berhutang, terutama hutang uang.
Waktu kecil, saya tumbuh dengan melihat orang tua saya juga pernah berhutang uang, terutama ketika kakak saya mencoba berbagai test masuk sekolah.
Definisi Terlihat Miskin A La Rey
Bagi saya, definisi miskin yang memalukan itu, ada beberapa macam, seperti:
1. Suka berhutang, lalu bayarnya jadi amnesia
Waktu kecil, saya tumbuh dengan melihat orang tua saya juga pernah berhutang uang, terutama ketika kakak saya mencoba berbagai test masuk sekolah.
Tapi, satu hal yang paling saya syukuri adalah, berkat didikan bapak yang selalu memaksa saja jadi orang yang lebih baik, jadinya saya tumbuh jadi orang yang selalu harus berada di jalan yang benar, salah satunya nggak bisa tidur kalau punya hutang.
Jangankan punya hutang uang ya, punya hutang kerjaan yang masih ada deadline 2 sampai 3 hari aja, sudah cukup bikin saya kepikiran mulu, apalagi hutang uang yang nggak kelar-kelar.
Jangankan punya hutang uang ya, punya hutang kerjaan yang masih ada deadline 2 sampai 3 hari aja, sudah cukup bikin saya kepikiran mulu, apalagi hutang uang yang nggak kelar-kelar.
Meskipun demikian, bukan berarti saya nggak pernah berhutang.
Sesekali pernah kok, terlebih saat saya masih kerja dulu.
Seringnya saya berhutang sesuatu karena membeli produk jualan teman, di mana teman-teman paling doyan maksain produknya diambil aja dulu, bayarnya belakangan.
Dengan terpaksa saya ambil, dan syukurlah saya selalu segera melunasi ketika keesokan harinya atau sesegera mungkin.
Karena saya tuh pikunnya kebangetan, semakin ditunda semakin lupa, dan punya hutang tapi nggak kunjung dibayar itu sangat memalukan buat saya.
Dan dengan kebiasaan seperti itu, sungguh, saya kadang tak habis pikir, dengan cara berpikir orang-orang yang tak punya malu, berhutang di mana-mana, tapi setelahnya jadi semacam amnesia kalau punya hutang.
Sesekali pernah kok, terlebih saat saya masih kerja dulu.
Seringnya saya berhutang sesuatu karena membeli produk jualan teman, di mana teman-teman paling doyan maksain produknya diambil aja dulu, bayarnya belakangan.
Dengan terpaksa saya ambil, dan syukurlah saya selalu segera melunasi ketika keesokan harinya atau sesegera mungkin.
Karena saya tuh pikunnya kebangetan, semakin ditunda semakin lupa, dan punya hutang tapi nggak kunjung dibayar itu sangat memalukan buat saya.
Dan dengan kebiasaan seperti itu, sungguh, saya kadang tak habis pikir, dengan cara berpikir orang-orang yang tak punya malu, berhutang di mana-mana, tapi setelahnya jadi semacam amnesia kalau punya hutang.
Dan iyes, saya sungguh malu, jika terlihat miskin karena saya suka berhutang, tapi bayarnya amnesia.
Miskin hati dan mental ya tepatnya 😅
Temans.
Miskin hati dan mental ya tepatnya 😅
2. Merasa depresi karena nasib tak membaik, lalu memperbanyak tidur
Temans.
Memang sih ada semacam kalimat yang sering beredar.
Bahwa,
"Orang sukses berawal dari mimpi, karenanya mari perbanyak tidur biar bisa mimpi terus"
Itu meme ya, temans!
Plis lah, jangan membuatnya jadi kenyataan.
Sering banget menemukan orang yang merasa depresi, karena merasa hidupnya kok gitu-gitu aja, waktu terus berlalu, dan nasibnya tak kunjung berubah.
Setelah depresi, lalu dia memutuskan untuk memperbanyak waktu tidur, molooorrr aja mulu di tempat tidur, melewatkan waktu sholat, khususnya yang muslim.
Lalu, ketika bangun, mood-nya tetap memburuk, karena tidurnya hanya menghasilkan iler, atuh maaahhh!
Beneran deh temans, hidup itu ibarat perjalanan.
Jika kita pengen ke langit, usahakan melewati jalan ke atas, jangan malah turun ke jurang.
Mau semakin dalam kita menurun, kagak ada deh yang namanya langit di bawah sono, kalau ular dan hewan-hewan berbahaya lainnya sih banyak, ckckckck.
Sumpah ya, saya tak mau terlihat miskin, karena saya seperti ini.
Sumpah ya, saya tak mau terlihat miskin, karena saya seperti ini.
Sungguh suatu hal yang memalukan, jika saya miskin, karena saya kebanyakan tidur.
Tidur memang baik, sebagai investasi kesehatan.
Tapi jangan harap kehidupan bakal berubah hanya dengan tidur mulu, apalagi sampai melewatkan waktu sholat, waktu yang paling baik untuk meminta kepada yang Maha Kaya?
3. Playing victim dengan keadaan
Ada loh, eh bahkan banyak banget orang-orang di masa sekarang, yang senang banget bermain korban alias playing victim dengan keadaan.
Misal, punya hutang, terus nggak ada kabar.
Ditelpon nggak digubris, di chat juga nggak digubris.
Giliran yang punya hak emosi dan mendatangi ke rumahnya, lalu melakukan hal yang mungkin membuat dia malu, tiba-tiba aja si pelaku ini malah balik menyerang si penagih tersebut.
Yang dituntut atas kasus mencemarkan nama baik lah, yang mengintimidasi orang yang sedang kesulitan lah.
Duh yeeee, pengen nabok nggak sih?
Off course saya malunya sampai ke ubun-ubun, kalau saya miskin, tapi lari dari tanggung jawab, giliran ditagih dengan sadis, malah balik menyerang.
Saya kerja keras mengorbankan apapun, karena Malu Terlihat Miskin
Kehidupan saya saat ini, jika ada yang lihat dari dekat, mungkin semua akan mengatakan kalau saya tuh terlalu ambisius, sampai mengorbankan kesehatan.
Benar.
Sejak punya anak dua, saya bahkan sangat jarang bisa tidur sampai 5-6 jam dengan pulas.
Bahkan sejak tahun 2020 lalu, 80% dari tahun tersebut saya lewati dengan nggak pernah tidur di malam hari, saya tidur di pagi hari, kadang selepas sholat Subuh, namun seringnya setelah pukul 7 atau 8 pagi, karena kudu masak dan mengurus sarapan si kakak, dan memandikan serta menyuapin si adik terlebih dahulu.
Tidurnya pun sulit untuk nyenyak, karena anak-anak berisik, berantem mulu.
Saya jarang banget bisa punya waktu bersantai, sekadar membaca buku, bahkan ada beberapa buku yang masih ada pembungkus kertasnya sejak 2 tahun lalu, hahaha.
Saya sama sekali nggak bisa benar-benar lepas dari bekerja.
Bahkan saya buka medsospun, selalu diikuti pekerjaan.
Nonton film? semata buat bahan nulis, hahaha.
Lucky me, saya sudah terbiasa melakukan hal itu sejak kecil.
Bisa dibilang, justru saya merasa lebih baik, kalau saya bisa menyalurkan energi saya yang besar, untuk sesuatu hal yang mencegah saya terlibat suatu hal yang mencekik di kemudian hari.
Salah satunya ya terlihat miskin.
Nggak punya uang, sampai harus hutang.
Bahkan nggak bisa bayar hutang, lalu pura-pura amnesia,
Suer, Alhamdulillah-nya, sesusah-susahnya hidup saya, saya selalu berusaha menghindari hutang, karena saya sungguh nggak nyaman hidup berhutang.
Lah gimana kalau memang butuh Rey?
Ya makanya itu kenali kemampuan finansial kita.
Saya sadar betul memilih menikah dengan lelaki yang tak punya pekerjaan tetap, tak punya uang tunjangan keluarga sama sekali.
Keluarga saya sungguh ngeri dengan keadaan saya, karena saya sungguh tak punya pegangan yang seperti kakak saya yang seorang PNS atau punya gaji, tunjangan dan uang pensiunan.
That's why saya bekerja lebih keras.
Apapun yang bisa saya lakukan, saya lakukan dengan benar-benar serius.
Saya tidak peduli, jika saya menghabiskan waktu setiap hari buat nulis artikel organik alias nggak berbayar.
Tapi saya teramat sangat yakin dengan janji Tuhan kepada hamba-Nya, bahwa Dia akan selalu memberikan rezeki kepada orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh.
Yup, saya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, begitu takut kalau Tuhan marah pada saya.
Karena saya takut terlihat miskin dan menjadi seperti definisi miskin di atas tadi.
Dan memang benar.
hampir 12 tahun menikah, sudah bertahun-tahun menjadi ibu rumah tangga alias nggak punya pemasukan tetap lagi seperti dulu.
Alhamdulillah, Allah selalu memberikan rezeki kepada saya dan anak-anak, dari segala penjuru mata angin, Subhanallah.
Saya tak punya tabungan banyak seperti orang-orang, tak punya investasi, karena memang nggak punya penghasilan tetap, demikian juga suami.
Tapi Alhamdulillah, saya nggak pernah merasakan yang namanya benar-benar kelaparan demikian juga anak-anak.
Karena apa?
Saya sangat yakin semuanya karena janji Allah.
Di mana Dia berjanji untuk selalu memenuhi rezeki hamba-Nya yang mau berusaha dengan lebih.
Dan benar.
Meski mungkin usaha saya ini terlihat tidak bisa menghidupi.
Tapi percayalah, saya sungguh beruntung tak pernah merasakan hidup berkekurangan.
Saya masih bisa makan enak.
Saya masih bisa membayar sesuatu yang harus saya bayar.
Saya masih bisa beli skincare.
Anak-anak masih bisa jajan.
Saya juga sering membantu suami, jika benar-benar lagi nggak punya uang.
Intinya, segala puji bagi-Nya yang Maha Benar dan Maha Kaya.
Betapa Dia Maha Benar dengan segala janji-Nya.
Karenanya, saya tak pernah bisa tenang jika jauh dari-Nya, terlebih bermalas-malasan, sementara saya nggak punya investasi atau gaji tetap kayak lainnya.
Dan anak saya dua.
So, saya sangat yakin, tidak akan pernah ada orang yang kelaparan di dunia ini.
Tidak akan pernah ada orang yang kekurangan di dunia ini sampai nggak bisa membayar hutangnya, bahkan bermain korban segala.
Selain orang yang kebanyakan bermimpi dan menghasilkan iler berkepanjangan.
So, mari kita semangat temans, lakukan, apapun yang bisa kita lakukan saat ini dengan bersungguh-sungguh dan kalau perlu berlipat gandakan usaha keras kita.
Takutlah ketika jauh dari Tuhan.
Karena, bagaimana bisa kita takut sama manajer padahal bukan dia yang punya uang dan membayar gaji kita.
Sementara, sang Maha Kaya, Maha Pemberi, Maha Kuasa, kita skip?
Yup, saya bekerja keras sampai nggak tidur temans.
Karena saya malu terlihat miskin.
Demikianlah.
Sidoarjo, 11 Januari 2021
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Dokpri dan Canva edit by Rey
Tumben bijak Rey...:-D
BalasHapusBener banget itu berhutang bisa bikin tidak bisa tidur nyenyak. Begitulah saya saat mencicil rumah tempo hari.. rasanya ada yang ganjel banget. Bener juga soal masalah kerjaan yang tidak tuntas, bikin kayak ada batu besar di hati.
Soal jangan malu karena miskin, mungkin bisa juga diartikan dengan cara lain Rey. Mungkin maksudnya, tidak perlu merendahkan diri karena saat ini kita "tidak mampu" atau jatuh, tidak kaya. Dengan begitu kita tidak perlu merasa lebih rendah daripada orang lain dan punya kepercayaan diri.
Mental seperti ini kerap dibutuhkan karena kalau tidak perasaan rendah diri berlebihan justru bisa menenggelamkan diri dalam kubangan dan susah bangkit.
Itu salah satu interpretasi lain dari "jangan malu karena miskin".
Di sisi lain, benar seperti kata Rey hal ini tidak berarti kita "menyerah" dengan kemiskinan, kita harus "malu" karena miskin dan harus berjuang meninggalkan zona misqueen itu tadi. Kita harus terus memperbaiki kehidupan kita sendiri.
Itu dua sisi pandangan soal jangan malu karena miskin dan seperti biasa tidak bisa diinterpretasikan hanya dari satu sudut saja.
btw, nice writing Mamak Rey
Soalnya abis makan jagung Pak, *lah apa hubungannya ya? hahahahaha.
HapusHihihi iya Pak, kalau saya perhatikan, kebanyakan kalimat 'jangan malu karena miskin' itu, ditujukan buat orang-orang, yang sengaja menaikan gaya hidup, demi bisa diterima di kalangan pertemanan gitu.
Ya bukan saya banget sih, saya nggak punya teman yang kudu wajib kumpul-kumpul gitu soalnya hahahahaha *melas banget yak :D
Nah, iya Pak, kadang karena kondisi memang sulit, orang-orang jadinya seperti mnyerah, tapi nggrundel saat nasibnya nggak berubah.
Kadang sampai nggak bisa bayar ini itu, tapi dibiarin aja, lebih suka dipikirin sambil tidur aja, akhirnya ya nggak pernah ada jalan keluar :D
Tengkiuuu Bapakkk :D
Jadi ingat kuot yang rame bbrp tahun lalu. "Saya kerja keras karena ganteng aja gak cukup untuk menghidupi anak istri"
BalasHapusBentar Bang, ini semacam deklarasi bahwa BangDay ganteng gitu kah? wakakakakak
HapusSaluuut dengan kerja kerasmu, Mbak. Semoga jadi contoh baik juga bagi anak-anak ya. Kalau saya juga bekerja keras karena kalau kita kekurangan itu orang-orang lebih punya celah untuk menghina, dan kita nggak punya pilihan untuk menghadapinya. Ini berdasarkan pengalaman mama papa saya dulu yang bahkan dianggap rendah sama saudaranya sendiri karena nggak berpunya. Sekarang saya mengerti kenapa mereka ingin anak-anaknya meski perempuan tetap harus bekerja.
BalasHapustengkiu saaayy:*
HapusWah kalau masalah begitu, udah kenyang saya sejak kecil diremehkan, cuman mungkin karena sekarang saya hidup berjauhan dari keluarga, jadinya udah semacam melupakan hal itu :D
Betul banget, bahkan keluarga jadi meremehkan ya, kalau kita kekurangan :D
point ketiga yang soal berita orang yang berhak nagih utang malah dipenjarakan membuat aku nggak habis pikir, waktu itu rame banget di berita. yang utang malu dan merasa namanya dicemarkan. Dan otomatis yang utang pura pura sok lupa kalau pernah pinjem duit ckckck
BalasHapusbetulll apapun yang kita kerjakan, intinya mengharap ridha Allah, dan tiap orang yang berusaha pasti akan dimudahkan jalannya. sama seperti mba Rey
mungkin kalau aku sendiri, kadang ada luputnya mbak, dan baca ini macam tertampar aja
nah kaaann, banyak banget kayak gitu, maksudnya, berhuutang boleh, tapi bertanggung jawablah, jangan amnesia, apalagi ditagih nggak digubris.
HapusMalu-maluin sih ya
Angkat topi dulu :). Aku sukaaaa Ama isi tulisannya ;).
BalasHapusOrang2 skr kebanyakan gengsi. Duit ga ada, tp sok sok an kaya. Ujung2 malah ngutang. Mnding kalo punya kemampuan bayar,ini malah Susah bayar pula.
Makanya, pas aku memutuskan resign Rey, aku lgs tutup fasilitas kartu kreditku yg dari kantor. Ga mau lagi pake. Krn sadar diri aja, aku tergantung dengan suami skr. Walopun dia minta ke aku supaya CC jgn diapus, biar dia yg bayar, ttp aja aku emoh, karena takut banget akunya bablas dlm pemakaian .kalo dulu masih ada gaji utk bayar ontime. Blm lagi pikiran terjelek, kalo suami kenapa2, tagihan blm dibayar, itu ttp hrs dibayar Ama ahli warisnya. Jadi , ga deh... Mndingan aku banyakin asset drpd hutang begitu.
Aku akuin sejak resign jg aku LBH konsisten jalanin ibadah. Mungkin Krn waktu juga LBH banyak. Ga kesedot hanya utk kerjaan, yg kalo dipikir2 kenapa aku ga bisa sama fokusnya ke Tuhan, pdhl Dia yg menurunkan rezeki, bukan bos di kantor.
Harusnya belajar juga dari pendiri Facebook yang sederhana dan apa adanya, padahl kaya kebangetan :D. Maluuuu, kalo kita yg ga ada apa2nya dari segi kekayaan, tapi tingkah kok kebanyakan gaya :p.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBener banget mba Fan👍
Hapusaku malah gak pake CC...
Awwww Mba, semoga kita semua bisa lebih dekat pada-Nya ya Mba, kalau masalah CC saya pernah punya masalah karena itu, biarpun bukan CC saya, tapi cukup bikin saya trauma
Hapustakutnya sampai keperasaan makanya kerja keras, kalau takutnya hanya sampai pikiran biasanya menggantungkan pada orang lain.. yang terjadi hanya menuntut saja..
BalasHapuspostingan bermanfaat mencerahkan pola pikir, ibu blogger keren
Hehehe tengkiu :)
HapusSuka bgd sama bahasannya Mba rey. Kadang orang yg terlihat kaya juga blm tentu berkecukupan. Orang yg terlihat sederhana blm tntu jg kekurangan..
BalasHapusNgomong2 tntng orang ngutang gayanya malah lbh heboh dr yg ngutangin itu banyak banget. Sampe kadang mikir sendiri, apa enaknya foya2 pake uang orang lain 😅😅
Aku suka bgd bahasan bahwa rejeki selama kita berusaha akan selalu ada. Pintu rejeki jg selalu dibuka dr pintu yg ga diduga2 ya.. 😍😍 Semoga Allah selalu mudahkan rejeki Mba rey dan keluarga yaa..
Aaamiin ya Allah, makasih mama cantik :*
HapusKayaknya memang karakter dari habbit deh, kadang dimulai dari kebiasaan memakai jatah buat besok, untuk hari ini, lalu terbiasa memakai jatah orang untuk dirinya sendiri, kebawa sampai seterusnya.
Post yg bagus mbaaaaa...
BalasHapusSeperti yg mba Fan bilang, banyak yg gengsi n sok2an kaya. Alih2 ngutang utk menuhi semua itu.. giliran ditagih, gak sanggup..
Mbaaa, aku punya pengalaman ngutangin orang, pas wkt nagih malah aku diomelin. Akhirnya ya aku iklaskan ajah. Daripada aku harus tarik otot berkali-kali. Sarafku tegang gara2 nagih utang.
Nih contoh, org yg maksa jadi org kaya dgn cara ngutang.
Waaaahh saya juga pernah, cuman untungnya nggak banyak dan udah saya niatkan ngasih sejak awal sih, mungkin saya memang orangnya ga percayaan sama orang lain, jadi kalau ada yang mau ngutang, mending saya bantuin, ketimbang ngutangin :D
HapusAwalnya mampir kesini karena "kepo" sama judulnya, apa maksut yang tersembunyi disana. Tapi setelah dibaca sampai habis ternyata isinya benar-benar menginspirasi, terimakasih mbak rey
BalasHapusMakasih kunjungannya Mba :)
HapusMba rey masih di oriflame smpe skrg?
BalasHapusUdah lama nggak :)
Hapus