Nggak heran, sejak SMP saya sering banget (seperti) dimanfaatkan orang lain, terutama teman sendiri.
Waktu SMP, saya sering banget disuruh menuliskan surat cinta, untuk teman perempuan yang memang paling manis di antara teman sekelas.
Saya menulis dengan mengarangnya, seolah-olah saya jadi teman yang manis itu, yang menyatakan cintanya juga kepada kakak kelas kami yang juga paling tampan se sekolah.
Saya menuliskan surat cinta berulang kali, biarpun saya risih sebenarnya.
Karena bahkan saya sendiri, belum tahu yang namanya cinta-cintaan, namun beruntung saya sering baca novel percintaan ketika SMP, jadinya bisa mengira-ngira.
Saya terpaksa melakukan hal itu, karena saya nggak enak dan nggak tahu cara nolak dengan bilang TIDAK.
Sifat Nggak Enakan Bikin Nggak Nyaman, Tapi Nggak Bisa Bilang TIDAK
Ketika STM juga sama.
Saya sering banget harus melakukan hal-hal yang saya nggak suka sebenarnya, tapi saya nggak bisa bilang TIDAK.
Dan begitu juga seterusnya, hingga saya kuliah.
Waktu kuliah, sifat nggak enakan saya semakin parah, karena saya merasa harus melawan sifat minder saya, yang membuat saya nggak bisa punya teman.
Akhirnya, saya memaksakan diri agar bisa membaur dan diterima oleh semua teman.
Tidak jarang, ketika teman-teman sudah membuat gengnya solid, saya masuk dengan sok kenal sok dekatnya, kadang juga dicuekin.
Namun, sering juga dijadikan senjata buat teman-teman yang punya maksud tertentu, misal minta contekan ketika ujian, meskipun kalau yang ini saya punya senjata yaitu duduk di depan, dan pura-pura pusing memikirkan jawaban sehingga nggak dengar orang manggil, hahaha.
Tapi seringnya terpaksa harus membantu teman-teman saat ujian, minjamin catatan, membolehkan teman-teman datang istrahat di kos saya, karena kos saya dekat kampus.
Padahal ya saya juga pengen istrahat.
Tapi saya nggak bisa bilang tidak.
Yang paling ngenes, saya membiarkan teman merebut kakak kelas yang saya taksir.
Ceritanya, saya punya teman yang memang cantik karena berkulit putih bersih.
Sebenarnya dia udah punya pacar, tapi yang namanya wanita kan ye, dielu-elukan banyak pria itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri (mungkin sih ya, hahaha).
Teman saya ini, karena cantik, dia semacam dijauhi teman perempuan lainnya.
Biasa kan ya, orang cantik selalu dibully, hahaha.
Saya kasian melihat dia nggak punya teman, saya dekati deh dan temani dia.
Mungkin karena dia nggak punya teman, dia terlihat baik sama saya.
Dia cerita tentang tunangannya, dia juga sibuk mencarikan saya pacar polisi, teman dari tunangannya.
Tapi waktu itu, saya nggak suka polisi atau tentara, saya malah naksir seorang kakak kelas, dan karena saya pernah merasakan nggak enaknya cinta dalam diam ketika STM, kali ini saya nggak bakal diam lagi, saya ceritakan perasaan saya kepada teman yang cantik itu, terlebih saya lihat dia memang peduli dengan saya.
Teman saya mendukung perasaan saya, dan mengompori saya untuk ngomong langsung ke kakak kelas itu, tapi saya malu dong ya.
Orang belum pernah pacaran, boro-boro mau nembak kakak kelas.
Sampai akhirnya, teman saya itu berjanji akan menyampaikan perasaan saya ke kakak kelas tersebut.
Yang terjadi, beberapa hari kemudian, dia jujur kalau dia udah jadian sama kakak kelas itu, dan gitu ya masih sempatnya dia minta istrahat di kos saya selepas kuliah, karena dia janjian mau ngedate sama kakak kelas itu saat sore.
Ketika sore, saya masih sempat mengantar dan menemani teman saya tersebut, menunggu di jemput di pinggiran jalan besar, dan saya menunggu sampai mereka pergi berboncengan, sambil tersenyum bercieh-cieh, padahal hati berdarah, hahahaha.
Waktu berlalu, hubungan teman saya itu kandas, ya iyalah, orang dia udah punya tunangan aslinya.
Suatu ketika dia mengatakan kalau akan menikah segera, tak lama dia hamil.
Dan karena merasa sulit meneruskan kuliah, dia memutuskan cari kuliah di kampus yang langsung bisa skripsi.
Dan tebak siapa yang ngerjakan skripsinya?
Saya dong, hahaha.
Saya dong, hahaha.
Saya masih semester 5 kalau nggak salah waktu itu, dan saya terpaksa begadang demi menyelesaikan skripsi dengan 5 judul, selama 24 jam saja, hahahahaha.
Cerita ngenes ini, hanya sepenggal kisah yang saya punya, karena sifat nggak enakan saya.
masih banyak kisah lainnya, yang intinya saya nggak nyaman melakukannya, hanya saya nggak bisa bilang tidak.
Dan sejujurnya saya udah lupa kisah itu, saya baru teringat beberapa hari lalu, ketika teman-teman itu sendiri yang menghubungi saya dan kami ngobrolin masa lalu sambil tertawa.
Setelah lulus dan bekerja, sifat nggak enakan itu masih saja berlangsung.
Ini semakin parah.
Tahu nggak sih, selama beberapa kali saya pindah kerja, hampir di semua pekerjaan saya tuh, saya nggak punya job desc yang tetap.
Saya mengerjakan banyak banget bagian pekerjaan.
Apalagi kalau bukan awalnya teman minta bantuan, saya nggak enak mau nolak, saya bantuin deh, kok bisa dan rapi, eh lama-lama itu jadi kerjaan saya, hahahaha.
Di kos juga gitu.
Saya punya teman orang Batak, dia tuh anak tunggal yang manjanya minta ampun.
I mean, saya juga manja, tapi saya nggak memaksa seorang harus menuruti saya.
Nah, teman saya itu, benar-benar tak bisa melepaskan saya, hanya karena saya nggak enakan, dan saya nggak bisa nolak.
Nah, teman saya itu, benar-benar tak bisa melepaskan saya, hanya karena saya nggak enakan, dan saya nggak bisa nolak.
Pernah dia dirawat di RS, teman lainnya malas mengunjungi dan peduli banget, karena kalau udah dipedulikan, udah deh dia lupa daratan.
Saya juga jujur kadang kesal, tapi nggak tega dan nggak enakan kalau mau nolak.
Sungguh nggak asyik banget punya sifat nggak enakan itu.
Bukan hanya dia, teman kos lainnya juga sama.
Kadang seenaknya sendiri.
Ada yang punya mobil, tapi nggak hafal jalan Surabaya, saya yang sering keluyuran dipaksa jadi pengarah jalannya.
Meski saya capek, kembali lagi, saya nggak bisa bilang tidak, karena saya nggak enakan hahaha.
Sifat Nggak Enakan Ternyata nggak Selamanya Buruk
Namun, benarkah sifat nggak enakan itu mutlak buruknya?
Ternyata, tidak juga dong.
Dan itu saya sadari setelah bertahun-tahun kemudian.
Mengapa?
Ternyata apa yang saya lakukan dulu, meskipun saya seperti tertekan, dan jadinya nggak ikhlas.
Dibalikin lagi ke saya, di saat saya butuhkan.
Seperti ketika akhir-akhir ini saya sakit dan tidak berdaya.
Tahu nggak sih, hampir semua teman-teman yang dulu suka memanfaatkan saya, kembali menghubungi saya, memberi semangat, doa, perhatian, obat-obatan bahkan bantuan materil.
Bahkan, teman kos yang dulunya menyebalkan itu, marah besar mendapati nasib saya yang punya masalah, tapi nggak mau curhat ke dia.
"Mbak, aku tuh udah anggap Mbak Rey itu sodara Mbak, plis jangan merasa nggak enak lagi untuk bercerita kepada aku!"
Btw, saya loose contact ama sahabat tersebut udah bertahun-tahun lamanya. Saya merasa nggak enak mau hubungi dia, saya takut dia udah melupakan saya.
Ternyata, dia masih sangat peduli pada saya.
Hanya karena saya mau masakin dia bubur, ketika dulu dia dirawat di rumah sakit.
Ya Allaaahh, saya bahkan udah lupa hal itu, dan dia masih ingat dan selalu membahasnya, hiks.
Padahal ya, itu bubur ngasal, saya belum pandai masak dulu, saya hanya memasukan beras dan air yang banyak ke rice cooker, hahahaha.
Ternyata, apa yang saya lakukan dulu, semacam tabungan kebaikan yang akan dibayar oleh Tuhan ketika saya butuh dong, masha Allah.
Bukan hanya tabungan kebaikan yang akan balik ke saya di saat saya butuh.
Tapi, gara-gara sifat nggak enakan saya, jadilah saya yang bisa banyak hal.
Bukan hanya sekedar pekerjaan kantor, yang bukan job desc saya, macam kerjaan teknik tapi bukan tanggung jawab saya.
Tapi juga bagian lain.
Bahkan kalau ada komputer rusak, di saat teman lainnya bakalan cuek dan menunggu Mas IT, saya dong nggak enak nyuruh-nyuruh dan nggak sabaran menunggu, langsung auto benerin sendiri.
Jadilah saya pun bisa hal lain yang bukan bidang saya.
Lalu, untuk sifat saya yang sok kenal sok dekat ingin masuk dan berbaur dengan siapapun, dan akhirnya (semacam) dimanfaatin oleh banyak orang itu?
Itulah mengapa ketika akhirnya saya memutuskan jadi blogger, saya punya banyak banget teman blogger?
Karena saya bisa berbaur, meskipun sejujurnya saya masuk kategori introvert.
Saya bahkan berani datang event sendiri, sampai di sana berani sok SKSD berbaur dengan teman-teman lainnya, yang kadang responnya nggak langsung bisa mengakrabkan diri.
Manalah mungkin saya bisa tahan dan akhirnya bisa membaur, jika saya sejak dulu tidak terlatih SKSD hahaha.
Dan manalah mungkin, teman-teman lama dan baru saya begitu peduli sama saya, kalau saya dulunya memilih nyaman dengan diri sendiri, yang introvert, yang suka menyendiri, yang merasa nggak butuh bantuan orang lain, dan langsung auto menjauh dari teman yang kita pikir adalah toksik, padahal belum tentu dianya yang toksik, bisa jadi respon kurang tepat kita yang menjadikan hal itu toksik.
Tips Nyaman Dengan Sifat Nggak Enakan Tanpa Merasa Depresi
Menurut saya, sebenarnya bukan masalah sifat nggak enakan yang bikin kita jadi depresi, tapi respon kita yang mengerjakan apa yang sebenarnya kita nggak nyaman, tapi nggak enak mau nolak.
Kalau saya, setelah dipikir-pikir, meskipun saya nggak enakan, tapi bukan berarti mereka bisa seenaknya juga terhadap saya.
Dan saya jadi memikirkan tips agar nyaman dengan sifat nggak enakan, tanpa merasa tertekan lalu depresi, yaitu:
1. Punyai goal dan pola pikir terkontrol
Iya, kalau dipikir-pikir, meskipun banyak teman yang seperti memanfaatkan sifat nggak enakan saya, tapi saya tidak pernah merasa sampai depresi berat dan tertekan.
Karena saya punya goal untuk itu.
Seperti saya membantu teman saya yang malah nyosor lelaki yang saya taksir itu.
Dulu tuh kan goal-nya agar saya bisa berbaur dengan siapapun, tidak pilih-pilih teman.
Jadi, saat saya (mungkin) dimanfaatkan, saya tidak merasa kalau itu merugikan.
Memang ada kesal-kesalnya, tapi hanya sebatas saat itu saja.
Setelah itu, ya udah, nggak dendam juga, karena saya mengontrol pola pikir, kalau saya enggak dimanfaatin, saya hanya membantu teman saya yang kesulitan.
2. Terapkan batasnya
Meski nggak bisa bilang tidak, karena sifat nggak enakan, tapi bukan berarti saya kebablasan tak terkontrol.
Jadi nggak mungkin banget saya mau terjun di jurang, hanya karena saya nggak enakan, hahaha.
Saya tidak senaif dan sebaik itu juga kok, hahaha.
Saya punya batas, dan saya belajar ilmu tarik ulur.
Kayak menghadapi teman saya yang manja itu, ada saatnya kalau dia udah keterlaluan, saya langsung kabuuurrr yang jauh, hahaha.
Lucky me, Tuhan tuh selalu mempertemukan saya dengan orang-orang baik, jadi kayak teman saya itu, kalau saya udah menjauh, dia langsung ngerti kalau saya marah, dan biasanya dialah yang sibuk merayu saya, hahahaha.
Intinya, meski semua hal nggak bisa saya tolak, tapi ada batasan juga, yang mana kalau saya udah nggak sanggup, ya udah saya kabuuurrr, hahahaha.
3. Memikirkan membantu selagi bisa
Nah ini kayaknya yang paling menguatkan saya saat saya nggak bisa bilang tidak, karena pola pikir saya yang saya atur kalau saya bantu, karena saya bisa.
Dan memang sih ya, saat single adalah masa emas dan bebas buat kita menabung kebaikan sebanyak-banyaknya. Membantu orang sebanyak-banyaknya.
Karena saya sering melihat, bagaimana teman-teman yang udah nikah, jadi terkungkung anak, nggak bisa bebas lagi.
4. Memikirkan saya juga merasakan keuntungannya
Seperti yang saya tulis di atas, how lucky i am, karena semua teman-teman saya tersebut, adalah orang-orang baik, jadi nggak hanya saya mulu yang disulitkan, tapi mereka juga sesekali membuat saya merasa bahagia dan mendapatkan keuntungan.
Demikian juga dengan nggak enakan di kantor, dan jadi mengerjakan semua hal.
Saya beruntung dong ya, bisa tahu semua hal, daaan of course saya disayang boss, tanpa sibuk capek cari muka seperti yang biasa orang lakukan buat merebut perhatian boss.
Demikianlah, sifat nggak enakan itu, nggak selamanya buruk kok, ada banyak hal positifnya juga, terutama saat kita melakukan hal nggak enakan tersebut dengan trik-trik tertentu.
Karenanya, buat kalian wahai anak muda, yang masih single, yang mungkin sibuk tapi masih bisa memilih harus sibuk prioritas.
Selagi muda, tabunglah banyak hal kebaikan di mana saja, kapanpun dan untuk siapapun.
Percayalah, semua itu akan kembali kepada yang melakukannya.
Selagi masih muda dan single, jangan pilih-pilih sesuatu yang hanya sesuai dengan kemauan sendiri semata.
Karena hidup tidak sebercanda itu kawan.
Hidup, terutama ketika sudah menikah, akan lebih keras, jika kita tidak mempersiapkan mental dan kemampuan serta pengetahuan sejak dini.
Demikianlah..
Sidoarjo, 1 Maret 2021
Sumber : pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Canva dan dokumen pribadi
waaaaah bermanfaat banget tulisannya kak rey :D
BalasHapusjadi merubah pola pikir dan menginspirasiiiii :D
Makasih Farah :)
HapusBiasanya orang yang ngga enak lebih mengutamakan perasaannya daripada logikanya, benar ngga sih?
BalasHapusSalah mas, biasanya orang yang ngga enakan itu lebih mengutamakan ngga enakan dari pada enaknya.😂
HapusEnggak juga sih, meski saya nggak enakan, tapi untungnya ngga sampai melakukan hal yang merugikan diri sendiri, jadi masih ada kontrol diri, dan untungnya kok nggak ada teman yang benar-benar jahat :D
Hapussaya punya hubungan unik sama teman, ketika kita rasa "dekat" sama orang, tidak enakan itu hilang.. Jadi cara mengetahui kita teman dekat atau tidak, yaitu sering bilang ngga :))
BalasHapusjadi ingat pilem Yes Man saya mbak..
salam kenal ya..
Lah saya sama hampir semua orang sih gitu, bahkan ke pasangan (kadang sih) hahaha.
HapusIyaa mirip yes man, saya yes woman tapi :D
Sebenarnya aku juga agak mirip sih, kadang ngga enak kalo disuruh teman soalnya saya juga merantau dan ngga punya banyak teman. Akhirnya kalo ada teman yang nyuruh ya saya lakukan selama saya bisa.
BalasHapusGus, belikan rokok Marlboro ya, sisanya buat kamu saja sambil ngasih uang 50 ribu, ngga enak kan mbak ditolak, apalagi ini teman baik.😱
Selain itu juga pernah disuruh nganter teman waktu pulang kerja karena motor yang biasanya dipakai dibawa anaknya karena ada perlu. Sebenarnya mau nolak karena lumayan jauh 5km tapi karena ngga enakan aku antar juga. Pulangnya dikasih kue karena di rumahnya dia jualan kue.😄
Ternyata sifat ngga enakan ngga selamanya jelek ya.😂
wakkakaka, itu mah enak Mas :D
HapusYaa...Yaa aku mengerti perasaanmu dan apa yang kau rasakan sama seperti dirimu..🤣🤣🤣 Ciiieee ile lebay banget gw yee..🤣🤣😋
BalasHapusDulu juga aku begitu uni Rey, Dari SD sanpai Smp orangnya paling nggak enakan sama teman..Akhirnya tak mau terbebani pas Stm saya rubah sifat seperti itu.
Dan hasilnya lebih nggak enakkin malah, Saya sering dibilang kejam, Tak mau perduli dan sering dijauhi teman.😊😊 Tetapi sebenarnya inti dari semuanya yaa tetap ada untung dan ruginya.
Solusinya mending ikuti kata hati saja dan jangan terlalu hanyut terbawa perasaan.... Mau yaa bilang mau, Nggak yaa bilang nggak..
Jangan mau yang nggak2 itu yang repot akhirnya.🤣🤣🤣🤣
Jangan
Kagak salah Tong elu kagak enak.. :-D gue kok sangsi banget yah wkwkwk
Hapushahaha, Kang Sat nggak enaknya itu sama semua orang atau cuman ama cewek aja Kang? :D
Hapusyampunn mbakk itu apa nggak langsung kepala ngerjain 5 judul skripsi dalam waktu 24 jam, ckckckck
BalasHapusaku yang satu skripsi bisa jadi luamaaa banget selesainya
aku yagitu mbak, kadang susah mau bilang tidak, tapi gimana ya..bingung sendiri
hahaha bener tuh kata mas Agus, dengan sifat nggak enakan bisa mendatangkan rejeki tak terduga ya
kayaknya aku pernah dulu pas di kantor kalo ga salah (lupa), mungkin kata beberapa petinggi di kantor bilang, "jangan semua-mua nya yang diminta sama orang lain di iya iyain, berarti kalau disuruh nyebur sumur , mau ya", hahahaha
mungkin ada beberapa hal tertentu yang kudu berani bilang "enggak", dan tergantung situasi juga
hahaha, dia lintas PTS Mba Inun, bisa dikatakan dia pindah ke PTS itu langsung lulus, jadi skripsi hanya formalitas, saya bikinin mirip laporan Kerja Praktik aja :D
HapusNah syukurlah saya belom pernah dan semoga jangan pernah ketemu orang yang jahat :D
Dulu sampai sekarang kayaknya iya iya aja kalau aku disuruh-suruh gitu. Pernah waktu jaman SD aku disuruh kakak kelas untuk antar surat ke tetanggaku yang dia taksir. Aku ya iya aja waktu itu jadi tukang antar surat.
BalasHapusJadi ingat pertama kali ikut event di Semarang dan aku nggak paham sama sekali jalan di kota Semarang. Tapi mulai dari situ aku rajin banget ikut event dan tiap kali event pasti naik bus Trans Semarang. Soalnya biar aku paham jalan di Kota Semarang dan biar percaya diri gitu. Soalnya aku selalu berangkat sendiri kalau ikut event di Kota Semarang.
Bener banget nih, Mbak Rey. Apa yang kita tanam nanti bakal kita panen ya. Seperti Mbak Rey yang menanam kebaikan di masa lalu dan saat ini memanen kebaikan.
Terima kasih untuk nasihatnya untuk aku yang masih single karena aku tiap hari selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan berbuat kebaikan.
Semangat Farida, menabung kebaikan, insha Allah bisa dipetik di kemudian hari, bahkan bisa dibawa ke akhirat nanti :D
Hapuskalo saya gak enak menolak cowok, mbak. karena setelah bercerai, saya jadi kembali single dan suka kencan sana sini. hahaha.
BalasHapushahahaha, kalau cewek ditolak dong? :D
HapusMbak Rey apa kabarnya? Duh lama banget ga kesini, udah sehat kan mbak say? peluk dulu sini.
BalasHapusTernyata ya, hal kecil yang kita lakukan untuk orang lain yg bahkan kita udah lupa bisa jadi tabungan kebaikan untuk masa yg akan datang, Tuhan memang ga Tidur, kita pasti menuai apapun yg kita tanam.
Tengkiu say, Alhamdulillah udah baikan, cuman memang masih dijaga banget beraktifitas nggak bisa kayak dulu :D
HapusBener Meta, hukum tabur tuai :D
Dari semuanya, yg disuruh ngerjain skripsi bikin gondok sih hahahahha ..
BalasHapusTapi, Tuhan selalu tau niat kita ya Rey. Walo memang terpaksa, tapi mungkin Krn perasaan ga enakan itu, ttp aja dianggab tabungan kebaikan kita, dan malah balik di saat kita memang butuh :)
Aku sendiri juga sering ga enakan Ama temen, tp ga sampe kayak kamu juga hahahah. Yg ttg cowo itu, ogah sih :p. Mungkin udh musuhan kalo aku :D. Ga pengen juga ribut terang2an, maluuuuu berantem Krn cowo :p wkwkwkkw
Hahahaha, iya Mba, tapi memang mungkin semua yang teman minta itu, kebetulan saya bisa sih Mba, kalau enggak, mungkin juga saya nggak bakal mau :D
Hapus5 judul skripsiii, harusnya mbak rey minta bayaran. kalau saya anaknya malah curigaan banget, itungan pula, nggak heran saya malah suka curiga kalau ada yang baik ke saya... soalnya saya nggak bisa basa-basi, dan suka dibilang judes karena nggak gampang bilang iya hahahahhaa...
BalasHapusno 1, menurut saya, paling penting.
karena pada akhirnya, yang memutuskan adalah kita sendiri. bilang ya ketika hati berkata ya, dan tidak ketika memang diri ini setengah hati. jadi lebih lega nantinya... :D
Nah iyaaa, kalau pola pikir kita udah menganggap bahwa apa yang kita lakukan hanyalah membantu, jadinya nggak terlalu terasa berat :D
Hapus