Pengalaman Kembali Bekerja Kantoran Setelah 4 Tahun Jadi IRT

IRT kembali bekerja kantoran

Sharing By Rey - Kembali bekerja kantoran setelah kurang lebih 4 tahunan menjadi ibu rumah tangga, pernah saya alami ketika 6 tahun lalu.

Ketika itu usia saya sudah kepala 3, dan lumayan susah-susah gampang mencari pekerjaan lagi.
Meski Alhamdulillah, nggak butuh waktu lama, untuk bisa menyesuaikan diri kembali pada ritme dan job desc kantor life, hehehe.
Jadi, beberapa hari lalu saya melihat tulisan tentang rencana seorang ibu yang ingin balik kerja kantoran kembali, setelah anak-anaknya agak mandiri nantinya.

Seketika saya teringat akan pengalaman saya tentang hal itu, dan saya rasa akan menyenangkan dan menyimpan memori, serta memberikan insight baru bagi Temans yang membacanya *halah, ngarep, hahaha.

Memang sih being a housewife itu menantang banget, apalagi buat seseorang yang pernah kerja kantoran sebelum memutuskan atau dipaksa putuskan jadi IRT kayak saya.

Ada banyak hal yang kita alami untuk itu, baik hal-hal yang pemicunya dari over thinking yang berasal dari kita sendiri, hingga hal-hal yang pemicunya berasal dari sekitar kita atau lingkungan.

Entah itu dari keluarga kita, tetangga, hingga pandangan orang kebanyakan, yang menganggap jadi IRT itu sayang banget, karena untuk mendapatkan sebuah ijazah itu, nggak mudah.


Alasan Kembali Bekerja Kantoran Setelah Lama Jadi IRT


Saya sudah sering menuliskan di blog ini, bahwa sesungguhnya saya tuh nggak pernah punya cita-cita jadi seorang ibu rumah tangga.
Karena mama saya seorang pekerja kantoran, dan biasanya anak melihat dan mengikuti jejak ibunya.

pengalaman jadi IRT kembali bekerja kantoran

Ternyata hal itu nggak berlaku buat saya, meski awalnya enggan, namun akhirnya saya jadi ibu rumah tangga juga, setelah punya si kakak yang ketika itu berusia 9 bulan, dan akhirnya udah nggak ada yang bisa dipercaya mengawasinya ketika saya bekerja kantoran.

Kenyataannya, meski jadi IRT, bukan berarti saya diam aja, banyak hal yang saya coba lakukan agar bisa mendapatkan uang dari rumah, di dekat anak, biar nggak was-was bekerja ninggalin anak.

Kenyataannya, semua usaha saya tersebut harus ditinggalkan, ketika kami akhirnya mengalami kekacauan financial di tahun ke-4 saya jadi IRT.

Hal itulah yang mendorong saya kembali bekerja kantoran, dengan kondisi si Kakak waktu itu berusia 4 tahun, dan terpaksa saya titipkan di sebuah Tempat Penitipan Anak, atau yang keren disebut daycare.

Jujur, berat banget ketika harus meninggalkan si kakak, kala itu. Setelah kami selalu bersama 24 jam penuh setiap harinya selama lebih dari 4 tahunan, tiba-tiba si Kakak harus melewati harinya tanpa maminya seharian.

Tapi, keputusan harus saya ambil, karena memang harus ada yang saya lakukan segera agar keuangan kami segera membaik.
Mencari uang dari rumah, sungguh bukan keputusan yang tepat buat saya, mengingat saya minim keahlian banget untuk itu.

Meski selama jadi IRT saya melakukan beberapa usaha, seperti jualan baju anak online dan nggak ada yang laku, hahaha.

Jualan brownies, namun keuntungannya nggak sebanding dengan modalnya, hingga bisnis Oriflame, yang cuman menghasilkan rumah penuh dengan produk Oriflame, dan saya punya sedikit ilmu bisnis dan marketing, yang belum siap saya terapkan untuk sebuah target menghasilkan uang secepatnya.

Satu-satunya cara untuk mendapatkan uang secara cepat, ya mau nggak mau harus kembali bekerja kantoran, karena dengan itu saya bisa mendapat gaji bulanan, dan bisa dengan segera bahu membahu dengan suami, membenahi semua kekacauan ekonomi kami.

Meskipun suami sama sekali nggak pernah menyuruh atau memaksa saya kembali bekerja kantoran sih, tapi memang terlihat jelas, kalau dulu paksu berterima kasih banget, saya bisa ikut andil dalam mencari uang.

Bahkan ketika awal mula saya ingin bekerja kantoran kembali, yang saya lakukan adalah memberitahu suami kalau saya mau kerja, bukan bertanya saya boleh kerja lagi nggak? hahaha.
Tapi tenang aja, paksu mah tipe lelaki easy going, yang YES MAN banget terhadap semua yang pengen saya lakukan.


Cerita Mencari Kerja Kembali Hingga Diterima Kerja dan Kembali Ngantor 


Nah ini kayaknya yang paling banyak ditanyain orang, gimana sih rasanya dan ceritanya, setelah lama jadi IRT, lalu tiba-tiba harus mulai apply lamaran kerja lagi?

Ya rasanya B aja aka biasa aja, hahaha.
Syukurnya nih, sebenarnya selama jadi IRT pertama kalinya dulu selama 4 tahun, saya masih kepikiran dan terbayang untuk kerja kantoran.

Jadi, selama itu ada beberapa kali saya iseng apply lamaran kerja di website pencari kerja, bahkan ada beberapa perusahaan yang manggil saya buat interview.

Jadi, bisa dibilang, selama 4 tahunan awal jadi IRT dulu, saya punya pengalaman interview kerja, dan bahkan ada 2 perusahaan yang nerima, lalu saya tolak *plak! hahaha.

Ya gitu deh mamak labil, setelah melalui serangkaian test dan wawancara kerja, lalu berakhir dengan keputusan saya akan dipekerjakan di sebuah proyek gedung bertingkat, which is sebenarnya itu impian banget, karena saya lulusan tehnik sipil dengan bidang perencanaan gedung, dan ketika bekerja sebelumnya selalu terdampar di perusahaan bagian jalan dan jembatan, sesungguhnya itu adalah dream comes true banget.

Tapi sayang, saya udah pengalaman banget kerja di proyek, dan tahu banget bagaimana ritme kerja di proyek yang nggak mamak-mamak friendly, hahaha.   

Karena selama nganggur, eh salah, selama jadi ibu rumah tangga, saya beberapa interview dan test kerja, jadinya untuk masalah apply lamaran kerja, hingga interview itu, bagi saya biasa aja, alias udah biasa.  

Waktu itu, saya coba apply beberapa job di website pencari kerja, dan juga titip di beberapa teman untuk kasih tahu kalau ada lowongan kerja.

Eh nggak tahunya, justru yang nitip teman itu yang paling cepat dapat respon panggilan, dan begitulah saya kemudian dipanggil wawancara dan test kerja.
Alhamdulillah lulus testnya, dan ketika wawancara bisa menjawab dengan baik, dan langsung diterima kerja, meskipun gajinya masih B aja, hahaha.

Begitulah, waktunya kembali bekerja, kembali dengan rutinitas rempong di pagi hari.

Waktu penyesuaian kerja pertama kali sebenarnya nggak terlalu susah, ketika di kantor.
Yang susah itu menyeimbangkan ritme dengan anak.

Awalnya si Kakak belum nemu daycare yang cocok, sungguh drama banget.
Dari yang daycare-nya super disiplin, sehingga saya nggak boleh telat sama sekali dalam jemput, sementara saya bekerja di perusahaan startup kontraktor. 

Pulangnya pukul 5 sore, lah waktu jemput si kakak pukul 5 juga, nggak ada kompromi, kecuali bayar denda, ckckckck.
Untungnya si Kakak ternyata nggak betah tinggal di situ, saya nggak tahu apa yang dilakukan mereka, yang jelas nggak sampai seminggu, si kakak nangis kejer, ketika saya ajak ke situ lagi.

Akhirnya, pindah lagi daycare-nya.
Tapi kok dapatnya terlalu santai.

Boleh sih saya telat jemput, tapi sering banget saya jemput di pukul 6 sore, dia belum mandi, bahkan nggak makan seharian, kepala benjol karena jatuh, dan dia minum susu aja seharian, astagaaa...

Ada kali selama sebulan saya stres menyesuaikan antar jemput si Kakak, juga menyesuaikan hati biar nggak ngenes liat keadaan si kakak ketika saya tinggalkan dan jemput dia.

Sampai akhirnya kami dapat daycare dan sekolah yang bikin si kakak lebih nyaman, lebih ada toleransi terlambat jemput di sore hari.

Sejak saat itu ritme kehidupan saya berubah total, dari yang keseharian nyantai di rumah aja, bebas bangun jam berapa saja, tidur jam berapa saja, bebas ngapain aja, karena sungguh ya, punya a1 anak dan masih toodler itu, luar biasa enak (baru nyadar ketika punya 2 anak, hahaha).

Berubah menjadi, mulai bangun pukul 4 subuh, masak sarapan, siapin bekal si Kakak, khususnya susunya wajib ditaruh di takarannya, karena yang jaga di daycare tuh nggak telaten, dan jijay juga membayangkan kalau dibawain susu sekaleng, trus yang jaga nggak steril saat ambil susu, hiii..

Siapin botol susu yang udah diisi air dingin, jadi yang jaga tinggal ngisi air panas, lalu masukan susu, kocok dan jadi deh.

Untungnya, untuk makan siang, baik si Kakak, saya dan suami, semua dapat makan siang dari kantor.
Jadi, saya hanya perlu masak untuk sarapan.

Lalu beberes rumah, jam 5 bangunin semuanya, setelah itu suapin si Kakak biar sarapan dan saya juga sarapan, lalu mandiin, setelah semua siap, baru deh saya mandi di pukul 6 tepat, ganti baju, dandan dan berangkat di pukul 7 pagi.

Saya berangkat sendiri naik motor, dan kalau si papi nggak lembur, dia yang antar si Kakak ke sekolah lanjut daycare.

Pulangnya, saya yang selalu jemput si kakak, lalu kami biasanya mutusin, mau makan di rumah, atau beli makan dulu baru makan di rumah.
Kebanyakan sih beli makan dulu, wakakakak.

Masalah pakaian, awalnya sangat menguras waktu juga, dan saya lemparkan ke laundry saja, meski kudu pasrah, karena kadang ada baju yang hilang, yang paling ngenes celana jeans si papi yang baru beli, hilang dan baru kami sadari beberapa minggu kemudian, hahaha.

Dari semua kerempongan tersebut, senyum saya merekah banget, ketika akhirnya bisa merasakan lagi adanya aliran dana yang lumayan jumlahnya sekali masuk ke rekening saya, hahaha.

Meskipun hal itu udah kayak lewat doang, karena dalam sekejap, semuanya pergi lagi buat menstabilkan keuangan, hahaha.


Hal-Hal Penting yang harus Diperhatikan, Saat IRT Kembali Bekerja Kantoran 

Dari pengalaman tersebut, saya jadi menarik beberapa kesimpulan, tentang apa-apa saja sih yang harus diperhatikan, ketika akhirnya ibu rumah tangga atau IRT, kembali bekerja kantoran?


Diskusi dengan pasangan


Berdasarkan pengalaman saya, ibu bekerja kantoran itu, amat sangat membutuhkan kerja sama pasangan banget.

Jadi, sebelum memutuskan kembali bekerja, diskusikan dulu dengan pasangan.
Karena ridha pasangan juga penting banget kan ye.

Mulai dari bagaimana nanti mengatur ritme kehidupan setelah kembali bekerja, anak harus dititipin ke mana, jika di daycare siapa yang harus antar jemput anak?

Jangan lupa juga atur pekerjaan rumah, siapa mengerjakan apa?
Biar lebih jelas dan masing-masing bisa menikmati ritme tersebut.

Meski untuk saya sih, seringnya semua hal harus saya kerjakan sendiri. 
Karena paksu kerja di proyek, dan lembur tanpa ada uang lemburan itu it's a must!


Sounding ke anak


Jauh sebelum saya kembali bekerja kantoran, sebenarnya saya sering banget bertanya ke si Kakak, boleh nggak mami kembali kerja kantoran?

Awalnya si Kakak nggak mau.
Syukurlah ketika kami punya masalah financial, si Kakak sudah lebih pengertian.
Meski usianya masih 4 tahunan, dan sama sekali nggak pernah pisah dengan maminya sebelumnya, Alhamdulillah si Kakak bolehin ketika saya mau kembali bekerja.

Meski si Kakak sudah menyetujui, tapi saya masih selalu sounding ke dia, sebelum saya ngantor.
Mulai dari menasihati untuk lebih mandiri, mau ngomong ama teman di daycare, mau ngomong ama yang jagain di daycare (dulu si kakak nggak mau ngomong sama sekali ama orang dewasa selain mami papinya).

Sampai akhirnya, udah kayak ke paten kan gitu di kepala si Kakak, tentang semua nasihat yang saya sounding-kan sebelumnya. 
 

Persiapkan mental


Setelah lama mengisi keseharian selama 24 jam bersama anak, tiba-tiba harus pisah sama anak, itu bukanlah masalah yang mudah dihadapi, setidaknya buat saya.

Awal-awal saya bekerja dan si Kakak dititipin ke daycare, saya menahan diri banget untuk nggak nelpon daycare-nya setiap jam buat nanyain anak, hahaha.

Bukan hanya itu, membiarkan suami yang mengantar si Kakak ke daycare juga membantu banget biar saya nggak mewek, ketika anterin dia, lalu saya harus berangkat ke kantor, hiks.

Kalau untuk dunia kerja sih, Alhamdulillah saya workaholic dari sononya, hahaha.
Jadi nggak banyak yang harus saya persiapkan, karena ulet dan tekun dalam bekerja, adalah my middle name *halah, hahaha.

Tapi, bagi yang memang menganggap kerja itu hanya sebatas cari uang, wajib banget deh siapkan mental banget untuk menjalani seabrek kerjaan kantor, yang penuh dengan dramanya.
Karena, itu bakalan beda banget kan sama keseharian kita ketika jadi IRT sebelumnya.


Disiplin


Kunci paling utama bagi seorang IRT yang kembali bekerja kantoran adalah, disiplin!
Karena harus ngurus anak dan suami serta rumah, harus nyampe kantor tanpa telat, harus pulang kantor minimal setelah jam pulang tiba.

Karenanya hal itu amat sangat butuh disiplin untuk menyesuaikan.

Ye kan, selama jadi IRT, apalagi ketika anak masih belum sekolah, duh dulu mah saya maraton drakor dan film, hampir setiap hari, kalau enggak ya main game, hahaha.

Malam begadang, kalau si Kakak nggak mau tidur, ya udah saya ikut begadang dengan main game atau nonton.
Bangun siang, ah biasa aja, kan anak juga belum bangun.

Setelah lama terbiasa santai kayak gitu, lalu memasuki jadwal baru yang strict, duh butuh banget ama yang namanya disiplin, karena meleset sedikit aja, jadinya telat semuanya.

Dulunya, saya beruntung, perkembangan medsos belum seramai sekarang, di mana medsos ini yang amat sangat mempengaruhi kedisiplinan seseorang.
Nyecroll medsos sebentar, eh ternyata udah habis waktu 2 jam, hahaha.


Niat yang kuat


Karena memang tantangannya tidaklah mudah, mulai dari menyesuaikan diri dan waktu, sampai dengan drama-drama yang terjadi setiap saat, misal anak sakit, sementara deadline kerjaan nggak bisa menunggu, dan semua itu bikin stres.

Maka dibutuhkan niat utama yang kuat, untuk bisa bertahan kembali kerja kantoran, setelah lama jadi IRT.

Saya sendiri, memang meniatkan kembali bekerja kantoran, demi membantu suami mengstabilkan keuangan kami.
Eh ternyata niatnya memang segitu aja.

Ketika keuangan lumayan stabil, niat kuat itu selesai, dan sulit bertahan terus dalam dunia kerja, alhasil saya resign kembali, hahaha.

pengalaman kembali bekerja kantoran
Kenangan ketika antri beli makan, selepas menjemput si Kakak dari daycare

Demikianlah pengalaman dan tips saya saat kembali bekerja kantoran setelah 4 tahun menjadi IRT dulunya, semoga bermanfaat.

Sidoarjo, 1 November 2021

Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: canva edit by Rey

10 komentar :

  1. Masuk pagi pulang jam 5? Terus jemput anak. Capek ya. kasian anak. Idielnya kita perempuan pulangnya jangan terlalu sore ya. Seperti Guru PNS atau dosen. Selamat malam, ananda Rey. Doa sehat selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. IYa Bu, saya backgroundnya teknik Sipil, pengalaman kerjanya di bagian perusahaan yang pegang proyek pembangunan, sungguh teknik sipil bukan mamak-mamak friendly hahaha

      Hapus
    2. kak sekarang saya lagi di fase ga bisa tenang setiap hari baru baru jadi irt. tiap hari ga bisa tdr

      Hapus
  2. Itu yang pertama sih, setelah balik kerja, cuman setahun resign lagi, sekarang udah mau 6 tahunan jadi IRT part 2 hahaha

    BalasHapus
  3. Rey memang strong woman lah 👏👏:)

    Ga gampang pastinya kembali kerja setelah lama vakum. Dan kebayang sambil kerja, tapi masih tetep bingung mikirin anak di daycare gimana .. si Kaka bisa2nya kejer pas di daycare yg strict itu diapain mereka :(. Jujurnya aku ga pernah berurusan Ama daycare, jadi ga terlalu kebayang anak diurus seperti apa , apalagi rame2 Ama anak lain. Cuma bisa berharap jumlah staffnya yg pasti terbatas, ga sampe jahat Ama anak kita kalo rewel.

    Skr ini aku ga kepikir utk kantoran lagi. Padahal dulu malah ga mau blaaas kalo hrs jadi ibu rumah tangga 🤣. Apalagi tipe ku ga ada keibuan samasekali, bahkan sampe skr. Tapi memang ga ada kesesuaian lagi Ama kantor lama tempat kerja, berhasil bikin aku lebih milih di rumah aja drpd ngantor, ditambah pula pandemi datang. Seperti udah ditunjukin Tuhan jadinya :D.

    Sekarang sudahlah fokus aja Ama anak2, dan tugasku sebagai menteri keuangan di rumah 😄. Toh setelah ngerasain setahunan ini serius di trading saham, aku jadi suka, dan ngerasa ini paling tepat. Target financial tetep bisa tercapai, tapi ga perlu keluar rumah.

    Memang yaaa kalo udah ngerasain enaknya menghasilkan dari rumah, kerjaan kantor jadi ga terlalu menarik. Jadi aku rasa pasti keteteran lagi kalo aku hrs balik kantoran. Masih kebayang pulang kantor malam, ditambah stuck kena traffic jam nya Jakarta. 😫.

    BalasHapus
  4. Mbaa Reeyy luar biasaaa!! Baca cerita Mba Rey aku jd inget rutinitas aku pas anak 1 dulu. Hehehe.. Pagi2 subuh bangun masak sarapan, dianter suami k daycare, lewat jam 6 daycarenya pasti kena denda. Jd berujung kadang aku suka jemput anak sblm jam6, buat aku ajak k kantor klo memang masih ada kerjaan. Hehehe.. Alhamdulillah nya dulu aku daycare dr kantor, jd kualitasnya aku akui jempolan bgd, jd ga khawatir. Dulu ngerasanya udah ribet dg hrs masak, siapin bekel, beres2, kerja, weekend nyuci (krna klo d loundry sering drama baju ilang kaya mba rey jga 😅).
    Tapi ternyata skrng klo udah diliat kebelakang, segitu sebenernya bisa dibilang santai dibanding rutinitas anak 3 kaya skrng 🤣🤣

    Semangat selalu, ibu2 mau bekerja atau Irt, setiap ibu itu hebat dan setrooongg!! 💖💖

    BalasHapus
  5. selama ini aku hanya memperhatikan dari temen temenku, ada yang masih dibantu sama neneknya juga, buat mandiin si anak, nyuapin makan, dan ibuknya berangkat kerja
    apalagi kalau ditambah si anak suka rewel, pulang kerja si ibuk capek plus bawaannya pengen kayak marah mulu,tapi kudu sabar ya

    mba rey termasuk strong women, bangun subuh, siapin ini itu, tau tau udah jam 6 dan jam 7 berangkat, dan terjadi hampir tiap harinya

    BalasHapus
  6. Ga mudahkan bila udah biasa dirumah sama anak tiba2 anak perlu dihantar ke daycare.

    Kalau akak disini mujur aja dapat babysitter yg baik banget. Ga berkira soal ambil lewat, ambil di petang hari anak2 udah kenyang, udah wangi. Anak2 juga sayang banget sama babysitter.

    BalasHapus
  7. Wooooh, baca cerita mba Rey jadi terbayang gimana "asyik" nya hidup berumah tangga. Ada hal yg harus diperjuangkan, namun di sisi lain ada yg harus direlakan. Keputusan tetap menjadi IRT, atau bekerja (akan dapat uang), tapi anak harus kita tinggalkan. Bisa jadi drama seperti ini akan aku hadapi nanti yaa mbak, hheehee..
    Btw, nice sharing

    BalasHapus
  8. Kirain mbak Rey sekarang masih kerja kantoran :D
    Kalau saya niat kuat pingin jadi IRT, semoga segera bisa terlaksana :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)