"Ah masa sih Rey, memang kamu nggak punya teman cewek?"
Atau,
"Banyak tempat curhat kok Rey, kamu aja yang nggak mau curhat!"
Iya kan?
Atau mungkin sebagian akan, dengan semangat menceritakan bahwa pasangannya adalah best friend banget sebagai teman curhat.
Lalu si Rey baper.
Eh enggak sih, hahaha.
Insha Allah, si Rey kagak bakalan baper kok kalau ada yang dengan semangat cerita tentang tempat curhat masing-masing.
Bahkan senang membacanya, serius!
Karena, tulisan ini dibuat, bukan untuk cerita ngenes kok, hahaha.
Yang kayaknya kok si Rey ini ngenes banget, sendirian, sebatang kara, nggak punya siapa-siapa untuk berbagi beban hidup.
Padahal iya *loh, hahaha.
Enggak ding.
Enggak ding.
Insha Allah saya udah mulai menerima semua kenyataan itu, that's why saya lebih tenang menghadapinya.
Sendirian?
Yo wes!
Hehehe.
Maksud judul di atas adalah, menjelaskan kalau sebenarnya tidak ada tempat curhat yang paling baik, selain Tuhan.
Hehehe.
Maksud judul di atas adalah, menjelaskan kalau sebenarnya tidak ada tempat curhat yang paling baik, selain Tuhan.
Eh itu mah, memang banget ya.
Namun, sekarang lagi nggak pengen ngomongin Tuhan, lagi ngomongin tentang mengapa sih banyak yang baper dan menganggap kalau tidak ada orang yang peduli sama kita?
Ketika Merasa Tak Ada yang Peduli Curhatan Kita
Temans pasti sering kan ya, membaca tulisan yang menjelaskan, bahwa semakin dewasa, lingkar pertemanan kita semakin kecil, bahkan sampai akhirnya nggak ada sama sekali?
Terbiasa sendiri, tenggelam dalam pikiran sendiri, and it's ok |
Etapi, sebenarnya bukan hanya ketika kita semakin dewasa loh.
Coba deh perhatikan para remaja zaman now, banyak dong yang suka mengeluhkan, kalau teman-temannya nggak pengertian, nggak bestie klop gitulah.
Atau, semacam punya bestie, tapi datangnya cuman saat butuh aja, kalau pas senang-senang, lupa deh sama kita.
Para remaja itu nggak salah kok.
Saya juga pernah merasakan hal tersebut.
Bedanya, saya dulu keknya fakir teman banget.
Jadi, meski sadar cuman dimanfaatin, tetep aja saya baik kepada semua teman, khususnya sama teman perempuan, hehehe.
Waktu kuliah misalnya, saya tuh baru sadar sesadarnya, kalau sebenarnya saya nggak punya teman yang benar-benar peduli sama saya dulunya.
Kebanyakan, hanya datang karena mereka lagi nggak punya teman, hahaha.
Tapi saya terima aja dong :D
Untungnya sih, ternyata, meski saya sadar kalau mereka nggak benar-benar mau berteman sama saya, saya memang merasa sedih akan itu, tapi nggak merasuk di hati.
Jadi, saya sama sekali nggak pernah merasa dendam, nggak pernah merasa yang 'gimana-gimana'
Dan lucky me, itu membantu banget, ketika saya udah setuwah *eh, sedewasa ini ding, hahaha.
Iya, saya dengan mudah menerima hal-hal yang mengecewakan, khususnya datangnya dari orang lain, means teman yang tidak sesuai dengan harapan saya.
Mungkin karena itu juga, saya nggak terlalu merasa sedih lagi, ketika saya sedang dilanda banyak pikiran, ingin berteriak menumpahkan segala uneg-uneg di hati.
Iya, saya dengan mudah menerima hal-hal yang mengecewakan, khususnya datangnya dari orang lain, means teman yang tidak sesuai dengan harapan saya.
Mungkin karena itu juga, saya nggak terlalu merasa sedih lagi, ketika saya sedang dilanda banyak pikiran, ingin berteriak menumpahkan segala uneg-uneg di hati.
Tapi saya nggak tahu harus meminta siapa yang harus mendengarkan saya.
Karena saya udah tahu, memang nggak ada yang akan peduli banget secara terus menerus tentang kita.
Karena, hei Rey, semua orang punya hidup sendiri-sendiri juga kan ye?
Terlebih untuk manusia dalam usia remaja, we know kan banyak banget hal-hal shocking yang kita alami di masa remaja, dan semua remaja mengalami.
Itu berarti, bukan kita aja yang butuh telinga untuk didengarkan curhatan kita, teman-teman juga.
Dan sadar nggak sih kita, kalau lagi sumpek itu, kita hanya mau didengarkan, nggak mau dengar kisah melas lainnya.
Dan sadar nggak sih kita, kalau lagi sumpek itu, kita hanya mau didengarkan, nggak mau dengar kisah melas lainnya.
Kita berharap dimengerti teman, tapi kita nggak sadar kalau teman juga pengen bercerita.
Dan yeah!
Mungkin karena pemikiran tersebut, saya tumbuh jadi sosok teman pendengar yang baik, di mana saya lupa bercerita, hanya mendengar aja.
Semakin Dewasa, Semakin Tak Ada Tempat Curhat
Lalu kita semua growing old, menikah, punya anak.
Dan mulai sibuk dengan masalah masing-masing.
Jadi, bagaimana bisa kita beranggapan, ketika dewasa teman-teman sudah tidak peduli?
Enggak kok!
Teman sebenarnya bukan nggak peduli, tapi teman-teman juga sama kayak kita, punya masalahnya masing-masing, dan saling sungkan untuk menambah beban masing-masing dengan masalah kita.
Mungkin ada satu dua orang yang akan peduli, tapi itupun nggak akan selamanya.
Coba aja deh kita pikirkan ya, pasangan kita, yang awalnya cinta mati sama kita, nggak bisa hidup sama kita, lama-lama juga eneg dengan masalah kita.
Apalagi teman yang memang udah punya tujuan hidupnya sendiri?
Itulah mengapa, saya selalu menganggap, jika pasangan nggak bisa jadi tempat curhat yang baik, maka memang tak ada lagi tempat saya buat curhat.
Setidaknya manusia ya.
Dan here i am, curhat sama blog, hahaha.
And i am happy saja sih ya, meski untuk itu butuh perjalanan waktu yang sungguh panjang.
Dan begitulah.
Perlahan namun pasti, saya bsia melihat celah dari semua pengalaman hidup, yang awalnya terasa pahit buat dirasakan.
Saya, tumbuh jadi orang yang selalu mengalah pada semua orang, lebih memilih jadi pendengar yang baik, ketimbang rebutan cerita.
Bukan hanya di teman, di keluarga juga gitu.
Kalau mau curhat, dan kakak saya udah mengeluh duluan, biasanya saya diam aja dan mendengarkan semua keluhannya aja.
Padahal ya awalnya saya yang mau cerita, hahaha.
Sedih banget kan ya, nggak punya pasangan pula, ngenessss pait pait dah dirimu, Rey! wakakakaka.
Tapi ternyata enggak loh!
Tapi ternyata enggak loh!
Memang udah dipersiapkan sebelumnya ama Tuhan.
Saya diarahkan jadi pendengar yang baik, nggak atau mungkin belum kali ya, hahaha... menemukan tempat curhat yang menenangkan.
Karena saya memang lebih kuat dari yang saya pikirkan, dan saya punya kelebihan lain, yaitu saya suka menulis.
Dan begitulah kira-kira, saya bisa menuliskan uneg-uneg saya dengan puas di blog, dan siapa sangkah, saya bahkan bisa menghasilkan cuan dari blog tempat saya curhat tersebut.
Jadi, buat saya, tidak ada manusia tempat saya curhat di dunia ini, but it's oke.
Karena saya masih punya blog, dan bisa menulis.
How about you, Temans?
Sidoarjo, 16 April 2022
Note: Tulisan ini diikut sertakan dalam 'BPN 30 DAY RAMADAN CHALLENGE 2022' Day 16 dengan tema 'Curhat Hari Ini'. Tulisan lainnya bisa dibaca di label 'BPN Ramadan 2022'
Saya tidak terbiasa curhat Rey.. hahahaha maklum cowok. Kebiasaan kalau ada kepusingan atau apapun di dalam hati, saya mah terbiasa handle sendiri.
BalasHapusSama Yayang juga saya jarang curhat, bukan karena ga percaya, tapi memang karena tidak terbiasa saja. Cuma dia sih sudah tahu kebiasaan jelek suaminya ini, jadi kalau lihat muka saya agak gimana gitu, pasti coba nyari cara buat ngajak ngobrol.. dan biasanya sih bukan jadi curhat, karena masalahnya biasanya memang masalah bareng, jadi kita lebih seperti diskusi bukan curhat.
Terserah deh kalo yang kayak gitu disebut curhat.. Cuma Yayang juga jarang curhat karena mungkin sama, masalahnya dia, ya masalah saya juga jadi mau ngapain juga curhat kan mending coba cari solusi..
Hahaha.. tapi itulah saya dan manusia kesayangan saya itu. Kita berdua jarang atau malah mendekati ga pernah curhat.. Mungkin karena kita sudah merubahnya menjadi diskusi untuk memecahkan masalah bareng..
Dan semakin ke sini, bukannya nyari tempat curhat, banyak orang sekarang sering melihat stempel DEPT SOK SIAL di jidat, jadi mereka kadang demen banget curhat, bahkan ada orang yang baru kenal saja bisa cerita masalah keluarga dan lain lain
wwkwwkwkwkwkwkwk Dept nya baru ya Bapak, wakakakakak.
HapusKalau saya ya gitu, suka curhat, tapi kalau liat orang rebutan curhat, udah deh, saya milih jadi pendengar aja, daripada rebutan curhat, toh percuma, ga bakal didengar dengan baik.
Btw, ternyata memang ada ya orang kayak gitu, jadi bukannya nggak mau komunikasi, tapi emang nggak biasa curhat ya.
Dan ternyata perempuan juga ada ya.
kalau saya kayaknya tipe yang cerewet dan bocor banget curhatnya.
tapi balik lagi, liat lawan curhatnya juga :D
Saya juga nggak punya teman curhat mak rey...Paling yaa cuma sama istri doang.
BalasHapusKalau sama orang lain untuk curhat saya malah ogah dan tak terbiasa... Jadi sebisa mungkin saya harus jadi orang yang tegar. Eeheee!! Meski terkadang tak selamanya bisa tegar.🤣🤣🤣
Kalau orang2 atau teman2 banyak yang sering curhat ke aku...Giliran aku bingung mau curhat sama siapa.😥😥 Kasihan amat gue yee.😭😭
wkwwkwkkwwkwk, gapapa KangSat, kan masih ada istri yang setia mendengarkan curhatannya hahahaha.
HapusTapi kita sama nih, sering mendengarkan, giliran punya masalah bingung curhat ke mana :D