Saat ini kita udah menjalani bulan puasa yang ke-3 kalinya di masa pandemi.
Saya jadi pengen bercerita tentang bulan puasa di masa pandemi dari tahun ke tahun, di mana setiap tahunnya ada cerita dan makna yang terkandung selama sebulanan tersebut.
Btw, sejujurnya saya udah mulai lupa dong ceritanya, untung aja saya sering curhat di blog ini, jadi ketika pengen tahu, di sebuah masa lalu, apa yang saya alami, tinggal ubek-ubek blog aja dan bisa bernostalgia kembali dengan kisah lalu *tsah!.
Cerita Puasa Saat Pandemi Tahun 2020
Puasa tahun 2020 lalu, dilaksanakan sejak pertengahan bulan April hingga Mei 2020, pas banget ketika wabah Covid-19 lagi menakutkan.
Alhasil, saya dan anak-anak sangat-sangat membatasi intensitas keluar rumah, bahkan bisa dikatakan selama sebulanan penuh, saya nggak berani keluar rumah.
Keperluan belanja, saya beli secara online, dan kebetulan banget di tahun ini, ada begitu banyak teman-teman yang sangat baik, mengirimkan saya ini itu, baik kebutuhan pokok, maupun kebutuhan camilan untuk ramadan.
Wabah Covid merajalela di Indonesia ketika bulan Maret 2020, lalu Aprilnya harus puasa.
Kebayang banget kan gimana masih takutnya kita saat itu.
Bahkan, mau ngapa-ngapain udah stres duluan, kayak belanja pun, semua belanjaan kudu di semprot cairan alkohol, biar yakin benar-benar aman dari virus Covid-19.
Lebih stres lagi, saat itu saya sendirian mengurus anak-anak di rumah, padahal si Adik kala itu masih menyusui, dan akhirnya bulan puasa kala itu menjadi sebuah masa yang membahagiakan, karena si Adik malah mau menyapih tanpa drama sama sekali, hanya karena dia kasian liat maminya puasa sambil menyusui.
Ketika itu, saya masih sangat rajin menulis, bahkan menulis setiap harinya di blog ini dengan tema yang berbeda.
Karenanya, ketika Blogger Perempuan menyelenggarakan challenge ramadan, saya dengan semangat ikutan dan dengan mudah menyelesaikan tulisan tepat pada waktunya.
Karena pertama kalinya menjalani puasa di masa pandemi Covid-19, saya ingat betul saat itu, hampir semua temanya berhubungan dengan Covid-19.
Keren sih, bikin saya jadi bisa menyimpan cerita pandemi yang mungkin suatu hari nanti jadi sebuah sejarah.
Oh ya, ketika itu saya nggak menang sama sekali dari challenge yang diselenggarakan, tapi semua peserta kala itu dikasih souvenir berupa masker yang kece berwarna pink gonjreng, hehehe.
Betapa bahagianya saya menerima masker tersebut, karena saat itu memang masker medis lagi mahal-mahalnya, dan saya pun belum punya masker kain lainnya.
Cerita Puasa Saat Pandemi Tahun 2021
Di tahun 2021, bulan puasa masih menyimpan cerita takut akan terkena covid-19, dan saya masih juga menjalani dengan mental yang sedikit eh banyak ding, berat.
Tapi, di tahun ini semacam terjadi keajaiban banyak kepada saya, di mana ketika saya sama sekali nggak pernah berpikir bisa mudik, tiba-tiba kok bisa mudik di saat pemerintah membatasi penerbangan buat pemudik.
Saya dan anak-anak akhirnya bisa mudik, menjenguk orang tua, khususnya bapak yang tengah sakit-sakitan tanpa sembuh.
Dan ternyata, kepulangan saya di rumah orang tua, semacam kesempatan yang Allah berikan, untuk bertemu lagi dengan bapak, yang akhirnya meninggal di tangan saya, hanya 3 hari menjelang lebaran.
Bahagia, sedih, bersyukur meski akhirnya sedih lagi.
Itu kali ya yang bisa menggambarkan bagaimana perasaan saya menjalani puasa di tahun 2021 lalu, di mana masih juga dalam masa pandemi, dan akhirnya pemerintah melarang orang mudik, eh tapi saya bisa mudik dong.
Bahagia rasanya bisa bertemu orang tua, meski sedikit sedih karena mama menyambut saya dengan biasa saja.
Bapakpun juga tak bisa menyambut saya dengan heboh seperti biasanya, karena terbaring menahan sakit setiap saat, huhuhu.
Sedih lagi, ketika seminggu setelah bapak meninggal, saya harus kembali ke Jawa, karena berselisih dengan kakak, dan mama sama sekali nggak mau menahan saya, malah membela kakak saya.
Pulanglah saya menuju bandara hanya ditemani seorang sahabat, dan menunggu pesawat dengan berlinangan air mata.
Andai bapak masih ada, tak akan mungkin beliau membiarkan saya pulang sendirian seperti itu, huhuhu.
Tapi apapun itu, puasa tahun 2021 itu memang sangat membekas, karena banyak hal yang terasa terjadi dalam sebuah keajaiban, salah satunya saya dan anak-anak bisa mudik, dan saya bisa mendampingi bapak untuk terakhir kalinya.
Cerita Puasa Saat Pandemi Tahun 2022
Akhirnya, tahun demi tahun berlalu, sampailah saya dan kita semua pada masa sekarang, di mana bulan puasa yang masih dirayakan dalam keadaan pandemi belum mereda.
Namun patut disyukuri banget, karena tahun ini jauh lebih longgar.
Pemerintah bahkan telah mengumumkan bahwa tahun ini, pemudik diperbolehkan, meski masih ada syarat dan ketentuannya sih.
Salah satunya harus banget sudah vaksin hingga ke-3 kalinya.
Lalu saya yang belum booster jadi kepikiran, kapan nih bisa vaksin booster.
Etapi, saya nggak ada niat buat mudik sama sekali sih, hahaha.
Puasa tahun ini, meski di luaran telah diberlakukan kelonggaran yang lebih berarti dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi kondisi saya masih juga nggak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, salah satunya adalah, sendirian mengurus anak-anak, dalam menjalani ibadah puasa.
Meskipun demikian, saya patut dan terus berusaha untuk selalu bersyukur, karena masih diberi kesehatan sehingga bisa menjalankan ibadah puasa, nggak kayak tahun 2021 silam, di mana saya malah nggak bisa puasa banyak hari, saking saat itu saya mengalami menstruasi yang tak kunjung berhenti.
Semoga tahun ini, bolong puasa saya lebih sedikit, dan setelah puasa bisa langsung dibayar agar nggak nampung hutang sampai puasa tahun berikutnya, aamiin.
Demikianlah cerita singkat menjalani puasa saat pandemi dari tahun ke tahun, yang setiap tahunnya meninggalkan kisah yang membekas.
Sidoarjo, 2 April 2022
Note: Tulisan ini diikut sertakan dalam 'BPN 30 DAY RAMADAN CHALLENGE 2022' Day 2 dengan tema 'Puasa saat pandemi'. Tulisan lainnya bisa dibaca di label 'BPN Ramadan 2022'
Iya Rey, sangaaaat sangat ga berasa udh 3 tahun aja Yaa nih pandemi 🤣. Dari yg takut, sedih, sampe skr mati rasa wkwkwkwk.
BalasHapusAku berharap THN ini bisa ke Medan sih, ketemu ortu. Krn kemarin2 masih parno mau pulang. Cuma sebel, ini anak2 vaksin boosternya kan blm ada. Jadi mau ga mau mereka bakal tetep antigen ntr. Drama deh si adek bakalan 🤣🤣🤣. Moga aja pas Juni itu berubah lagi aturan
wkwkwkwkw, mati rasaaaa.
HapusIya Mba, saya sampai udah nggak terlalu seheboh dulu kalau pas si kakak mau keluar, meskipun tetep aja kalau dia udah balik, mulut saya ribut aja nyuruh dia segera cuci tangan dan kaki :D