Di Sharing By Rey kali ini, saya nggak pengen membahas hal-hal yang agak berat, seperti mempertanyakan kemerdekaan yang telah kita rasakan dan raih, di mana menurut saya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih banyak yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, masih banyak yang dijajah di negaranya sendiri, oleh berbagai aturan dan hukum yang selalunya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, huhuhu.
Ah sudahlah, daripada nambahin pusing karena mengingat semua itu, mending momen 17 Agustus ini, saya gunakan buat mengenang momen masa kecil yang sejujurnya nggak terlalu banyak berkesan, saking jarang ngikutin acara 17 Agustusan, maklum anak pingit, hahaha.
Momen 17 Agustusan Ketika SD
Saya coba mengingat-ngingat, berapa kali ya saya pernah ikutan upacara 17 Agustus ketika SD?
Dan sama sekali nggak bisa mengingatnya, hehehe.
Nyatanya, ketika SD saya memang nggak pernah sama sekali ikutan upacara 17 Agustus, karena upacaranya dilakukan di kecamatan, dan hanya diikuti oleh beberapa siswa dari setiap sekolah.
Si Rey yang cengeng, kurus dan nggak good looking, ketambahan orang tuanya bukan pejabat atau PNS penting, jelaslah nggak diajak, hahaha.
Mungkin juga guru-guru malas ngajak karena takut saya pingsan, orang kurus banget kan ye.
Jadilah saya nggak pernah tahu rasanya ikut upacara 17 Agustus.
Meski demikian, saya beberapa kali sempat nontonin orang upacara loh, lucu kan, malah nonton, hahaha.
Namun, saya ingat pasti ketika bulan Agustus memang kan banyak diadakan lomba-lomba antar sekolah SD tingkat kecamatan, dan saya pernah diajak untuk ikutan lomba cerdas cermat, yang mana ternyata nggak jadi diikutkan ketika hari H, karena saya malah sakit.
Selain itu, saya juga pernah ikut lomba baris berbaris atau gerak jalan indah, dan kalau nggak salah dulu tuh seragam yang digunakan adalah seragam sekolah biasa.
Saya lupa sih tepatnya, kalau nggak salah antara kelas 4 atau 5 SD, ketika itu masih satu sekolah dengan kakak saya, dan kakak saya ikut lomba baca puisi, meskipun enggak menang.
Yang bikin berkesan adalah, ketika Agustusan gini, sekolah kami yang memang jaraknya jauh dari pusat kecamatan, terpaksa harus berangkat di kecamatan, dan selama semingguan (kalau nggak salah), saya dan teman-teman yang mengikuti lomba, menginap di salah satu rumah yang disediakan pihak panitia lomba.
Dan karena keterbatasan biaya kali ya, jadi makannya kudu diusahakan sendiri, seingat saya para guru yang jadi panitia lomba, bawa bahan makanan sendiri, lalu setiap hari masak sendiri, ada jadwal dari para guru dibantu murid-murid yang bekerja untuk bantuin masak.
Dan si Rey? cuman bisa bantuin potongin sayur, kupas bawang, hahaha.
Selain itu, di sana kami juga kesulitan mendapatkan air buat mandi, kami harus berjalan kaki agak jauh mencari rumah penduduk lain yang air bersihnya bisa dibagi buat mandi dan mencuci baju ganti kami.
Mungkin karena semua kerempongan itu, jadilah terasa membekas dan masih teringat di memori saya hingga kini.
Momen 17 Agustusan Ketika SMP
Lucunya, saya dong nggak bisa mengingat momen Agustusan ketika SMP, kalau untuk upacara 17 Agustusnya sih kayaknya saya memang nggak ikutan.
Tapi, momen ikut lomba, kayaknya saya nggak pernah ikut deh.
Jadinya nggak banyak hal yang bisa saya ingat ketika Agustusan di kala SMP.
Dasar emang si Rey yang pikun sebelum waktunya, hahaha.
Momen 17 Agustusan Ketika STM
Nah kalau momen 17 Agustus ketika STM, ada beberapa hal yang masih saya ingat dan membekas banget di hati hingga kini.
Salah satunya, ketika adanya pemberitahuan kalau saya rencananya bakalan diikutkan jadi salah satu anggota Paskibra tingkat kabupaten, karena di STM ketika itu hanya ada 2 kandidat siswa wanita yang tinggi badannya bisa diperhitungkan.
Dan salah satunya adalah saya.
Sementara pihak panitia memang meminta 4 siswa dari STM untuk dikirim jadi anggota Paskibra dari STM.
Kenyataannya, saya nggak kepilih dong, tergantikan oleh seorang teman sekelas yang tinggi badannya jujur jauh di bawah saya, tapi memang dia good looking sih, huhuhu.
Biar kata saya juga nggak yakin bisa mengikuti pelatihan berat anggota paskibra Kabupaten, tapi jujur kecewa banget ketika itu.
Rasa kecewa saya agak berkurang, setelah akhirnya ke-2 teman perempuan itu kembali ke sekolah selepas upacara 17 Agustus.
Dan pipi mereka gosong, ada bercak-bercak putih di bagian pipi masing-masing.
Seketika saya bersyukur, untung saya nggak jadi kepilih, karena ternyata selain latihannya super berat, hampir setiap hari mereka dijemur di lapangan, dilatih tentara dengan suara bentakan setiap saat, hahaha.
Selama STM, saya ingat pernah sekali ikut lomba, yaitu lomba baris berbaris atau gerak jalan indah.
Oh ya, fyi, di Buton dari dulu hingga sekarang, ketika bulan Agustus itu rame banget dong, mendekati tanggal 17 ada banyak banget lomba yang diadakan, salah satunya yang paling meriah adalah lomba gerak jalan indah.
Baris berbaris ini nggak asal jalan dengan berbaris aja, namun jarak tempuhnya itu lumayan jauh dan berkilo-kilo meter.
Selain itu, yang menarik adalah busana yang dipakai setiap kelompok beragam, masing-masing berlomba menggunakan busana yang unik, karena salah satu faktor penilaian adalah dari busananya.
Selain busana, adanya formasi variasi barisan, yang biasanya dipertontonkan ketika berada di depan kantor bupati.
Setiap kelompok berlomba-lomba menciptakan variasi barisan yang keren, agar menarik perhatian semua orang, dan menjadi salah satu faktor untuk dinilai.
Saya ingat banget, ketika itu kelompok kami menggunakan busana blazer dengan rok pendek berwarna ungu, untungnya masalah busana ini ditanggung sekolah, kami cuman diminta mencari sepatu berwarna hitam aja, biar seragam.
Ada satu hal menarik dari ikut lomba baris berbaris tersebut, karena semua anggotanya kan wajib memakai make up, termasuk saya.
Dan saking saya nggak pernah kenal make up, tuh make up nggak saya hapus dong, sampai keesokan harinya saya masuk sekolah, hahaha.
Penutup
Momen 17 Agustus ini, sebenarnya saya tulis karena melihat percakapan di WAG sekolah si Kakak, yang mana sudah seminggu ini mereka kembali sekolah online, karena Jumat lalu, ada 1 murid yang kontak dengan teman-temannya, lalu ternyata dia teridentifikasi positif covid-19.
Karenanya, anak-anak pada mengeluh, sedih karena nggak bisa merasakan momen 17 Agustusan lagi secara langsung, nggak bisa ikut lomba-lomba di sekolah kayak dulu sebelum pandemi.
Sudah bertahun-tahun mereka merayakan 17 Agustusan secara online, dan ketika semua udah masuk offline, kok bisa-bisanya pas di minggu 17 Agustus, malah harus lock down kelasnya.
Padahal, semua kegiatan anak-anak ketika momen 17 Agustus kayak gini, bakalan menjadi kenangan manis yang bisa dikenang mereka ketika dewasa.
Padahal, semua kegiatan anak-anak ketika momen 17 Agustus kayak gini, bakalan menjadi kenangan manis yang bisa dikenang mereka ketika dewasa.
Sama seperti saya, yang meski nggak seaktif anak-anak lain dalam merayakan Agustusan, tapi ternyata banyak juga kenangan menarik di dalam ingatan saya.
Kalau Temans gimana? punya momen 17 Agustus yang menarik dan berkesan nggak ketika kecil dulu?
Sidoarjo, 17 Agustus 2022
Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: canva edit by Rey
Salah satu sepupuku dulu pernah terpilih jadi paskibra di istana. Dan dari cerita dia aku jadi tau seperti apa pelatihannya. Berat memang. Ga cuma baris berbaris cantik 🤣. Aku ga akan mungkin terpilih kalo soal begitu Krn urusan tinggi badan aja ga memenuhi. Tapi kalipun memenuhi syarat, ga pernah kepikir mau ikut dengan latihan berat dan panas2an. Udah tau si Fanny kalo upcara bendera Senin aja lebih suka belakang biar bisa berteduh dr panas matahari 😂😂.
BalasHapusTapi momen Agustus yg paling berkesan sih, Krn dulu di komplek Arun tempat aku tinggal, selaku diadain bazar Rey. Dan besar. Lengkap Ama wahana2 kayak rumah hantu , bianglala dll. Itu seruuuu banget. Aku Ama temrn2 selalu kesana, sekedar jajan kuliner, beli barang2 lucu, nontonin temen2 yg ikut catwalk hahahaha. 2 hari diadain dan selalu rame Ama orang2 komplek, bahkan ada yg penduduk lokal yg bukan tinggal di komplek, juga ikutan DTG. Itu doang yg aku inget. Kalo upacaranya ga berkesan. Lomba yg diadain sekolah juga begitu2 aja.
Oh iya Ama lomba panjat pinang juga seru sih. Yg ngadain komplek juga. Dan Krn sponsornya oil company tempat papa kerja, jadi hadiahnya bisa dibilang mewah pada zaman itu 🤣. Jangan ditanya membludak pesertanya hahahaha.
Kalau saya baru mikirin dibentaknya dulu Mba, udah nangis kejer keknya, belom dijemur, yang ada pingsan bolak balik, jadi ngerti kenapa bukan saya yang kepilih dulu, orang di kelas aja, dikit-dikit cengeng, gitu mau kena bentakan tentara, hahaha.
HapusDulu saya emang jarang keluar rumah sih Mba, palingan tau kegiatan 17an gitu, karena di sekolah hahaha
kayaknya mba rey unik juga nih, secara cewek ngambil STM..biasanya mayoritas cowok sih.. :D
BalasHapusBtw dari story nya memori SD biasanya sih sudah banyak yg skip kecuali yg bikin il Feel atau yang happy banget baru teringat terus
kasian juga sih yang masih merayakan agustusan tidak bisa bermain dikeramaian gara" 1 yg covid, harusnya new normal udah bebas selebrasi moment agustusanya..sad
Hahaha, iya, yang bikin ilfil banget atau happy banget, pasti keinget :D
HapusSyukurlah mbak Rey ngga terpilih jadi paskibraka waktu STM, karena ternyata latihannya keras, mana sama tentara lagi, teman mbak Rey yang good looking jadi cemong pipinya 😂
BalasHapusKalo aku yang aku ingat kalo agustusan itu ada pawai besar di kota, biasanya orang tuaku ngajak kesana untuk melihat, habis itu kadang ke bazar untuk beli jajanan.😄
hahaha, iya Mas, kan di Buton itu aslinya puanaaaassss banget, bahkan menurut saya lebih panas dari Surabaya sih, kebayang deh mereka setiap siang berlatih di lapangan, di jemur pulak
Hapus