Padahal hanya sebatas nanya kabar sekarang? gimana kabarnya? udah punya anak belum? udah menikah belum?
Loh, loh, loh...
Itu kan privasi Rey! hehehe
Iya sih, saya juga kadang menganggap kalau pertanyaan macam itu annoying banget nggak sih, dan bakal saya ceritakan di Sharing By Rey kali ini.
Saya juga merasa banget sih betapa nggak enaknya kalau ditanyain hal-hal pribadi?
Sudah punya anak?
Sudah menikah?
Agamanya apa?
Kesannya kepo banget deh.
Tapi, lama-lama, saya kok jadi bingung sendiri ya, kalau ketemu orang, lantas apa dong yang harus kita bahas? hahahaha.
Bertanya Hal Pribadi Itu Ada Manfaatnya
Jadi hari ini tuh di Twitter trending masalah Farel.
Itu tuh, anak kecil yang viral setelah menyanyikan lagu 'Ojo Dibandingke' di istana negara, ketika upacara 17 Agustus lalu.
Source: liputan6 |
Nah, ceritanya si Farel kan ada acara di Banyuwangi, nggak tahu sih acara apa, tapi kayaknya sih acara keagamaan Islam, mungkin Maulid Nabi kali ya.
Lucunya si Farel ini datang dengan membawakan shalawat, serta mengenakan atribut yang identik dengan muslim, yaitu kopiah.
Mungkin karena itu kan ya, si Gus Miftah yang juga ada di acara tersebut, ngajak ngobrol, bertanya apakah Farel bisa ngaji? udah juz berapa?
Farel sendiri kayak bingung jawabnya.
Apalagi ketika ditanya, apakah dia mau bisa ngaji?
Si Farel ragu-ragu menjawab, "Ya mau sih"
Sampai akhirnya seorang panitia memberikannya secarik kertas ke Gus Miftah, yang mengatakan kalau Farel adalah non muslim.
Astagahhhh, si Gus shock, akoh juga ikutan shock sih ya, hahahaha.
Bisa-bisanya non muslim diundang ke acara muslim?
Bisa-bisanya non muslim diundang ke acara muslim?
Melantunkan sholawat pula.
Tapi sudahlah, mari kita tidak berdebat masalah itu.
Saya ingin membahas tentang masalah yang paling penting, yaitu ketika Gus Miftah menanyakan kembali, apa agama Farel?
Kristen atau Katolik?
Si Farel nggak mau jawab, katanya privasi.
Netizen sontak mengelu-ngelukan, katanya keren.
Sayanya nganga?
Apanya yang keren?
Gara-gara dia nggak mau kasih tahu masalah agamanya di awal, jadilah banyak yang salah paham tentang dirinya yang datang sholawat ke acara Islam.
Dan Gus Miftahpun jadi kagok, ngapaiiinnn juga dia maksa anaknya orang bisa ngaji, orang emang nggak boleh ngaji, wakakakakak.
Nah, hal-hal begini sekaligus mengingatkan saya akan masa-masa awkward ketemu orang baru, bingung mau ngomong apa, takut tersinggung, hahahaha.
Kecuali kita ketemu orang yang sering kita temui ya, kalau nanya hal-hal pribadi tentangnya mungkin namanya lebay.
Kecuali kita ketemu orang yang sering kita temui ya, kalau nanya hal-hal pribadi tentangnya mungkin namanya lebay.
Misal, udah hamil?
Tapi bayangkan, kalau kita ketemu orang baru, kita nggak tahu hal-hal privasi tentangnya, gender-nya apa? (ada loh sekarang, cowok gondrong yang cantik), agamanya apa (ye kan, biar pas diajak ngomong nyambung, masa iya saya tanya dia gereja mana, sementara dia Islam?, ini kayak kisah saya dulu sebelum berjilbab, sering banget ditanya gerejanya di mana?)
Pokoknya, kalau kita tahu hal-hal pribadinya, secara umum aja lah, bukan yang mendetail gitu, pastinya basa basi mengakrabkan diri tuh jadi lebih mudah.
Beberapa orang bilang, ya cari topik yang umum?
Apa dong?
Bahas bumi yang sebenarnya datar? *eh
Atau Merkurius itu ternyata jauh?
Aduh lah, mau basa-basi mengakrabkan diri aja, ribet amat, harus belajar dulu, kek mau ujian, wakakakakak.
Jadi, menurut saya, sebenarnya bertanya hal pribadi itu nggak masalah, bahkan ada manfaatnya, seperti:
Apa agamamu?
Biar ngobrolnya enak, kita bisa pilah pilih kata biar nggak menyinggung.
Misal, kita nggak ngobrolin gereja, ke orang yang namanya Kristenable, tapi 100% Islam sejak lahir, kek si Rey.
Pun juga kita bisa mendapatkan topik menarik buat ngobrol, misal ternyata sama-sama muslim atau sama-sama Budha, kan enak bisa lebih nyaman membicarakan tentang agama yang sama.
Apalagi kalau kita tetanggaan ya, bayangkan kalau kita nggak tahu agama tentangga kita, terus kita bagi makanan non halal, ternyata muslim?
Terutama non muslim ya, banyak loh non muslim yang nggak tahu, kalau dalam Islam itu, yang haram bukan cuman babi, tapi turunannya seperti minyak babi dan semacamnya.
Begitu juga, Islam juga mengharamkan makanan yang mengandung minuman alkohol.
Selain parfum Oriflame ya, kalau parfum Oriflame mah insha Allah halal, kan enggak diminum, wakakakakkaka *maafkeun, si Rey komedinya garing, wakakakkaa.
Sudah menikah belum?
Kebayang nggak sih, kita jomlo, terus ada yang ngomongin masalah pernikahan?
Yang ada kitanya baper, yang ngajak ngomong santai aja.
Ye kan, kita nggak mau orang tanya tentang status, udah nikah belum.
Jadinya orang nggak tahu kalau lagi ngomong sama jomlo, wakakakakak.
Sudah punya anak belum?
Nah ini sama aja kayak poin menikah di atas, biar pas kita ngobrolin anak, kan enak, nggak malah bikin baper, karena lawan bicara kita ternyata belum punya anak, apalagi kalau ternyata dianya pejuang garis dua, kan malah makin bikin baper ya.
Nah, kalau kita tahu hal pribadi tentang anak, kan ngobrolnya bisa disesuaikan, setidaknya kita bisa menghindari hal-hal yang bikin dia baper.
Apalagi ya pertanyaan hal-hal pribadi? kok saya tetiba blank, wakakkaka.
Intinya sebenarnya tema-tema yang dikira pribadi itu, bukanlah hal yang salah untuk ditanyakan, asalkan tentu kita harus tahu cara yang sopan serta sikonnya.
Cara Bertanya Hal Pribadi Serta Batasannya
Nah sebenarnya nih saya udah pernah bahas hal ini di 2 postingan saya sebelumnya, tapi memang temanya tentang bagaimana kita menyikapi pertanyaan yang bikin baper, khususnya ketika lebaran tiba.
Dan juga pernah bahas kisi-kisi ide menjawab pertanyaan yang bikin baper tersebut.
Sekarang, saya jadi pengen berbagi opini sih ya, tentang gimana sih cara bertanya hal-hal pribadi kepada orang lain, agar maksud kita untuk sekadar tahu kondisi orang tersebut, dan bisa mengatur pembicaraan yang lebih asyik, tanpa menyinggung perasaannya.
1. Bertanya untuk sekadar tahu statusnya, tanpa maksud apapun
Kalau menurut saya, pertanyaan kayak gini bentuknya sangat jauh dari pertanyaan 'kapan', tapi lebih banyak menggunakan, kata 'Sudah, Apa? dan Berapa?'.
"Sudah nikah belum?""Sudah punya anak?""Berapa anaknya?""Agamanya apa?"
Ini kan standar banget ya.
Bedakan dengan pertanyaan,
"Kapan nikah?""Kapan tambah anak?"
dan semacamnya.
Sebenarnya 'kapan' juga pantas ya digunakan, tapi untuk bertanya waktu yang pasti, dan lebih general.
Misal,
"Kapan nih main ke rumah saya lagi?""Kapan nih bisa ke mall bareng?"
Dan semacamnya.
Bukankah semua pertanyaan tersebut sama sekali nggak terdengar annoying ya?
Hanya sekadar tahu aja, terdengar basa basi biasa aja.
Bukan bertanya untuk mau kepoin.
Oh ya, tentu saja disesuaikan dengan kondisi ya, jangan sekali bertanya, semuanya ditanyain, udah berasa mau interview kerja aja, semua ditanyakan dalam satu waktu hahaha.
2. Menjaga reaksi berlebihan yang menyinggung
Nah ini dia sih yang menurut saya bikin orang tersinggung dan kesal, yaitu reaksi atas jawaban kita, ketika menjawab pertanyaan orang.
Misal,
Saya : "Udah nikah belum?"Dia : "Belum sih"Saya : "Wah iya kah? kok belum menikah sih?"Dia : "Lah situ emang mau ngado berapa puluh juta?"
wakakakakak.
Coba bandingkan,
Saya : "Udah nikah belum?"Dia : "Belum sih"Saya : "Oh gitu"
Lalu alihkan pembicaraan untuk hal-hal yang lain, nggak usah nanya mengapa belum nikah? apalagi ketambahan di-judge "wah, milih-milih jodoh kali nih, yang lama?"
Suka-suka dia kan ye, mau dia pilih jodoh lama kek, pilih cepat kek, atau nungguin situ cerai biar dia bisa nikah sama suami situ, astagaaahhh, wakakakakak.
Jadi, kalau saya liat-liat, memang masalah utamanya tuh di reaksi orang ketika mendengar jawaban kita, kalau pertanyaannya mah sebenarnya biasa kalau masalah yang standar tentang pribadi ya.
3. Tidak membandingkan atau meremehkan
Ini masuk ke dalam poin reaksi sih sebenarnya, yaitu ketika dia udah jawab pertanyaan kita, tapi kita malah membandingkan kondisinya dengan orang lain.
Kadang, bahkan dibandingkan samapun, tidak serta merta orang merasa senang loh.
Misal,
Saya : "Udah nikah belum?"Dia : "Belum sih"Saya : "wah sama nih, adik saya juga belum nikah"Dia : "Saya nggak nanya?"
wakakakakak.
Iya sih syukur-syukur kalau adik kita lawan jenisnya gitu ya, meskipun banyak juga loh yang kurang suka dijodoh-jodohkan, terlebih ketika pertama kali bertemu, langsung dijodoh-jodohkan.
Jadi mending reaksi kita terhadap jawabannya bikin simple aja, daripada keterusan malah menyinggung, hehehe.
Selain membanding, meremehkan juga adalah hal yang bikin kesel banget nggak sih?
Saya : "Udah nikah belum?"Dia : "Belum sih"Saya : "masih muda sih, nggak papa, itu teman saya udah 50 tahun belum nikah loh"Dia : "teros, mau doain saya nggak nikah sampai 50 taon?"
wakakakakakak.
4. Tidak mendesak
Masih masuk ke reaksi juga sih, selain kita bisa menjaga reaksi agar tidak berlebihan, tidan meremehkan maupun menyamakan nasib, demikian juga tidak memberinya pertanyaan lanjutan, apalagi kalau kesannya didesak.
Saya : "Udah nikah belum?"Dia : "Belum sih"Saya : "Loh mengapa? menikah itu enak loh, jadi ada teman berbaginya, eh saya jodohin sama adik saya ya, dia ganteng bla..bla...bla..."Dia : "Males banget punya kakak ipar kakean bacot"
wakakakakakak.
Cerita Tentang Tetangga Kepo Tanya Hal Pribadi sampai Mendetail
Saya pernah baca sebuah cerita, entah fiksi atau non fiksi di grup FB KBM,
Agak lupa sih cerita detailnya, tapi secara garis besar gini ceritanya.
Ada seorang tetangga yang baru pindah di daerah tersebut, tetangga itu seorang ibu paruh baya yang ramahnya over dosis.
Over dosis ini menurut tetangganya sih ya, panggil saja si tetangga ini ibu A.
karena si ibu A ini sering risih dengan ramah tamahnya.
Mulai dari yang suka ngajak ngobrol ceritain tentang dirinya, sampai nanya tentang hal-hal tetangganya.
Dia tanyainnya nggak tanggung-tanggung, sampai hal pribadi banget dan detail.
Dan meskipun si ibu A udah memperlihatkan wajah cemberut, si ibu paruh baya tersebut tanpa merasa bersalah hanya tersenyum dan mengakhiri keponya.
Suatu hari, si ibu A ini berangkat kerja, tak lama kemudian dia mendapatkan telepon dari si ibu tetangga kepo itu, dia disuruh pulang segera, karena ada hal mendesak yang terjadi.
Awalnya si Ibu A ini males nanggapinya, tapi akhirnya kepikiran juga, karena si ibu tukang kepo ini nggak pernah sampai mengganggu dengan menelponnya ketika di kantor.
Lalu pulanglah dia, sesampai di rumah betapa terkejutnya ketika rumahnya ramai oleh orang-orang yang nggak dikenalnya, dan ketika dia pulang, orang-orang tersebut mendadak pergi begitu saja dari rumahnya.
Nah, di rumahnya juga ada si ibu paruh baya yang super kepo itu.
Barulah menjelaskan kepada si Ibu A, kalau tadi tuh dia curiga, ketika ada beberapa orang datang ke rumah si Ibu A, ketika ditanya, mereka bilang kalau keluarga ibu A.
Anehnya, mereka nggak bawa kunci, dan masuk ke dalam pagar kayak maksa masuk.
Akhirnya si ibu kepo ini, bertanya hal-hal pribadi tentang ibu A, dan tentu saja para orang tak dikenal itu menjawab dengan salah.
Karena tak ada orang banyak di jam kerja gitu, si ibu kepo pura-pura ramah masuk ke rumah si ibu A, maksudnya biar aksi keluarga gadungan tersebut jadi tertunda.
Dan untunglah si Ibu A cepat pulang, sehingga rumahnya gagal kerampokan di siang hari bolong.
Bayangkan, kalau seandainya ibu paruh baya itu nggak mau kepo terhadap hal-hal pribadi si tetangga, manalah dia tahu kalau yang datang itu keluarga gadungan, dan bisa jadi si ibu paruh baya cuek, dan membiarkan rumah ibu A diacak-acak maling sekampung itu.
Demikianlah, betapa bertanya hal pribadi ke orang lain itu, sebenarnya tidak selamanya buruk, bahkan ada manfaatnya.
Penutup
Zaman sekarang memang udah banyak banget generasi muda, bahkan generasi agak tua, yang mengkampanyekan untuk tidak bertanya hal-hal pribadi.
Kebanyakan menganggap kalau itu kepo aja, kayak nggak ada kerjaan lain.
Padahal, ketika bertanya gitu, bisa jadi memang lagi santai, lagi bersosialisasi.
Apalagi dalam bertetangga ya, saya rasa bertanya hal pribadi itu hal yang wajar, yang penting diperhatikan poin-poin cara bertanya, dan batasan mana yang bisa kita tanyakan.
Dan, yang ditanya juga jangan auto tersinggung.
Apalagi membandingkan dengan kehidupan di luar negeri, di mana orang don't care about your privacy.
Iya, emang don't care, makanya mau ada orang dirampok di depannya pun, kebanyakan orang cuek, dengan alasan not my business.
Demikianlah mengapa negara kita dikenal sebagai negara yang paling ramah di dunia, ya karena basa basinya itu, dari basa basi biasanya berlanjut dengan saling menolong.
Dan dengan basa basi juga, keramah tamahan bangsa ini tetap ada.
Kebayang nggak sih kalau kita dibatasi banget dalam beramah tamah, mau ngobrol sama tetangga aja kudu baca silabus dulu buat bahan obrolan, aduh Mak! wakakakakaka.
Sidoarjo, 08 Oktober 2022
Sumber : opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Saya termasuk orang yang sangat berhati-hati dalam bicara
BalasHapusetika yang harus banyak orang ketahui, agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
BalasHapus