Influencer tidak boleh menghubungi pihak brand duluan, itu etika yang harus dipahami. Pernyataan tersebut saya dapatkan di facebook, yang sayangnya saya belum sempat ingat siapan penulisnya, eh feed efbi ke-refresh dan hilang deh tulisan tersebut.
Jadi, ceritanya tulisan itu membahas tentang kasus yang sedang viral, di mana seorang food vlogger curhat tidak diterima ketika mengajukan kerjasama review dengan pihak sebuah tempat makan atau resto. Iya, si Magdalena.
Gara-gara kasus viral tersebut, muncul berbagai pendapat di media sosial. Salah satunya tulisan yang saya baca tadi itu, yang intinya menurut si penulis, seorang influencer sejati pantang menghubungi pihak klien atau brand duluan.
Yang harus dilakukan adalah, menunggu dan tetap branding agar brand notice dan tertarik untuk kerja sama dengan si influencer.
Jujur, saya setuju sih dengan pernyataan atau tulisan tersebut. Namun bukan berarti tidak setuju dan menghujat para influencer yang punya inisiatif mengajukan penawaran kerja sama duluan.
Menurut saya, yang paling penting itu adalah attitude. Dan sikap menghubungi brand duluan untuk penawaran kerjasama itu, beda makna dengan attitude.
Baca juga : 4 Hal yang Harus Dihindari oleh Influencer
Heboh Influencer atau Food Vlogger yang Mengeluhkan Penolakan Kerjasama
Sebelum membahas tentang influencer yang tidak boleh menghubungi pihak klien duluan, saya ingin membahas tentang heboh dan viralnya kasus seorang food vlogger, Magdalena.
Jujur ya, seandainya mental si Magdalena kuat. Dia tahan aja hujatan netizen. Karena tahu nggak sih, justru dengan kasus ini, banyak orang jadi kenal si food vlogger tersebut.
Termasuk saya.
Kalau bukan karena kehebohan ini, saya dong nggak kenal siapa itu Magdalena. Ya mungkin karena saya juga bukan penggemar tontonan orang makan kali ya. Boro-boro mau ngiler nontonin orang makan, yang ada saya jijay liat orang mengunyah depan kamera, hahaha.
Nggak usah hujat saya, emang si Rey ini agak laen orangnya, hahahaha.
Jadi wajar sih, kalau saya nggak kenal si Magdalena ini. Foodie reviewer yang saya tahu tuh cuman si Omay aka Farida Nurhan, itupun bisa dibilang saya jarang liatnya, apalagi nontonin konten makan-makannya. Saya malah lebih suka liat konten anaknya, yang isinya kebanyakan curhat.
Baca juga : Kasih Ibu Oleh Seorang Farida Nurhan
Nah si Magdalena ini, awal mulanya saya tahu masalahnya, dari TikTok deh kalau nggak salah. Di mana dia tampil di sebuah podcast milik Samuel Christ, dan bercerita tentang pengalaman dia ditolak kerjasama oleh sebuah tempat makan.
"Ini fun fact loh, kayak aku... baru tahun lalu, aku mo datang ke tempat datang. Aku udah nunjukin followers aku berapa? bisa bantu sejauh apa? gitu kan."
"Iya, tapi ini kan bisnis! gitu kan. Saya dikasih apa? loh?"
"Dalam hati kan, pak ini nilainya, tidak ternilai loh, kalau misalkan lu disuruh bayar gua misalkan, bisa bayar berapa? gitu kan.
"itu tuh sering banget, aku tuh masih sering dipandang sebelah mata banget, apalagi teman-teman aku yang lebih kecil lagi secara media. Aku sering banget dapat cerita kayak gitu, ditolak. Trus pas dapat review restoran, datang, itu kayak dibiarin aja, gitu, nggak dijamu gitu. Aku pikir kok kayaknya nggak ada kelasnya banget ya food vlogger ini!"
Demikian curhatan si Magdalena, yang menurut saya memang nggak ada yang aneh loh dengan perkataannya itu.
Tapi lagi-lagi, dasar banyak netizen yang sumbu pendek, yang mungkin selama ini iri dengan kehidupan para influencer yang terlihat mewah. Apa-apa pamer di medsos, kata netizen. Giliran makan minta gratisan.
Begitu kali hujatan para netizen se Indonesia raya, sampai-sampai beberapa publik figur juga ikutan beropini, which is saya kasian banget liat yang beropini tersebut. Karena plis deh, saya pikir mereka itu SALAH PAHAM LOH!.
Dan coba deh pikirin, betapa memalukannya kita, berkoar-koar dengan opini salah paham kita, menyimpulkan sesuatu tanpa tabayyun. Duh kalau saya sih malu, makanya kasihan sama beberapa publik figur, yang menanggapinya ke mana-mana.
Netizen juga selalu aneh sih, meskipun nggak ada yang bisa kita lakukan selain memahami. Bisa-bisanya mereka bilang para influencer suka pamer. Lah itu emang JOBDESC-nya influencer woeee...
Pamer apa aja, biar dapat atensi dan netizen.
Meskipun memang, gara-gara jobdesc tersebut, beberapa influencer bertindak di luar batas norma dan ketentuan. Tapi bukan berarti semua influencer sama kek gitu.
Dan masalah pamer followers.
Itu bukan pamer woe, itu modal para influencer untuk mengajukan kerjasama dengan sebuah brand. Ya kali ada team yang mengajukan kerja sama, tapi cuman setor nama aja. Emang semua orang kenal Magdalena? enggak kan?
Makanya, ketika teamnya mengajukan kerjasama dengan pihak tempat makan, masalah followers itu wajib dia tampilkan, bahkan bukan cuman followers loh, biasanya lengkap dengan engangement dan portofolio lainnya.
Baca juga : mengejar Follower Instagram, Yay or Nay?
Para influencer yang namanya sudah besar itu, nggak kayak si Rey yang kerja seorang diri. Mereka punya team, punya target, punya SOP dalam mengajukan kerja sama maupun menerima kerja sama.
Jadi, bukan Magdalena yang pamer followers, tapi emang SOP mereka kek gitu.
Dan telah diklarifikasi oleh Magdalena dan Samuel Christ, yang meskipun malah bikin netizen tambah emosi. Di mana maksud curhatan Magda itu bukan minta gratisan. Tapi merupakan tahapan penawaran kerjasama yang selalu dia dan teamnya lakukan.
FYI, si Magda ini ternyata emang udah 8 tahunan menggeluti dunia food vlogger, dan selama ini, dia concern ke UMKM. Di mana bukan semata mereview, tapi juga memberikan bantuan modal.
Dan sebelum mereview UMKM tersebut, teamnya akan survey terlebih dahulu. Biar nggak terjadi miss atau masalah berarti ketika proses review kan.
Jejak Heboh Influencer Dihujat Karena Tuduhan Minta Gratisan
Btw, jejak heboh influencer sebenarnya bukan terjadi saat ini saja. Sebelumnya sudah ada beberapa nama yang menghebohkan dunia netizen.
Baik dari dalam negeri, maupun dari luar negeri. Yang kasusnya sama sih menurut saya, heboh karena kesalah pahaman netizen dan juga pihak brand yang ditawarkan kerja sama.
Baca juga : Influencer, Tidak Selalu Jadi Cara Mudah Untuk Mendapatkan Uang
Elle Darby
Pernah heboh di zamannya, dan kalau kita googling di media Indonesia, sedih banget sih judul artikel yang membahasnya, dengan tulisan 'Nggak tahu malu", "Maunya Gratisan".
Di tahun 2018 silam, si Elle Darby, seorang Youtuber mengirimkan email permohonan kerja sama kepada pihak hotel mewah di Dublin, yaitu Hotel Charville Lodge.
Dia menawarkan kerja sama exposure tentang hotel tersebut, bermodalkan 87 ribu subscribe di Youtube dan 76 ribu followers di instagramnya.
Namun, dia meminta bayaran dengan membolehkan dia menginap gratis dan menikmati semua fasilitas hotel tersebut, selama 5 hari.
Pihak hotel yang membaca emailnya jadi geram, dan malah memposting email tersebut disertai penolakan di akun media sosialnya.
Padahal, menurut saya, si Elle mungkin salah, dia mengirim email dengan bahasa kekinian, bukan bahasa formal. Tapi kalau masalah etika, tidak ada yang salah dengan penawarannya.
Kalaupun dinilai terlalu berlebihan, kan tinggal ditolak kan ye. Buat apa malah dijadikan konten dan mempermalukan si influencer?
Sementara, coba aja liat zaman now, setengah mati kita membangun blog, eh para klien seenaknya nawarin kerja sama dengan fee yang tidak manusiawi, hiks.
Karin Novilda
Menjadi seorang influencer dan selebgram papan atas Indonesia, menjadikan Karin juga tidak luput dari hujatan netizen. Ketika di tahun 2019 lalu menawarkan kerja sama terbuka di twitter, dengan pihak EO untuk sebuah event yang akan dibuatnya di bar.
Karuan saja si Karin dihujat netizen, katanya minta gratisan aja. Dan bayaran yang disebut Karin sebagai In Exchange For Exposure itu dinilai hanya menguntungkan Karin saja.
Gara-gara itu, Karin sampai mengeluarkan beberapa video edukasi, tapi dasar netizen di mata mereka, Karin cuman mau enaknya doang.
Astagaaaahhh, belom tahu sih para netizen ini, dikira semua influencer itu enak-enak doang? Dan apa salahnya sih, kalau nggak setuju ya tolak aja. Atau better diamin aja.
Sama kayak kliennya blogger zaman now kan, si Rey begadang setiap hari bangun blog, eh ditawar dengan fee yang bahkan nggak bisa buat beli kuota.
Ada juga yang minta barter review produk, produknya nggak seberapa, tapi briefingnya ngalahin brief job dengan fee jutaan *eh, hahaha.
Atta Halilintar
Atta Halilintas sebelum menikah dengan Aurel juga pernah dihujat netizen, salah satunya karena penawaran kerja sama yang diajukan ke sebuah travel agent, untuk keperluan mereka berlibur ke Amerika sekeluarga.
Padahal nilai kerjasama influencer dulu sebelum pandemi itu mahal loh, ini si Atta nawarin dengan exposured semua keluarganya.
Dan kalaupun nggak setuju, ya ditolak aja napa!
Baca juga : Atta Halilintar Menawarkan Kerjasama Exposured, Mengemis Atau Peluang Marketing?
Magdalena
Yang terakhir yang menghebohkan adalah kasus Magdalena. Padahal di sini lebih membagongkan lagi, ketika sumbu pendek netizen terlanjur salah paham dan mengemukakan love hate ke Magda selaku influencer.
Jelas-jelas Magda menjelaskan kalau itu bagian dari SOP kerjasama di teamnya, bisa-bisanya langsung dihakimin kalau maunya gratisan dan pamer followers, hm.
Tentang Influencer yang Minta Gratisan, Masa Iya Sih?
Dari berbagai penghakiman serta hujatan netizen terhadap para infuencer, yang bikin sakit telinga itu, ketika ada ungkapan, influencer minta gratisan!.
APA? GRATISAN?
Coba deh, netizen kalau lagi mau makan, iseng bikin konten juga ya, yang aestetik gitu. Mulai dari rekam depan tempat makan, rekam dalamnya, makanannya, ekspresi ketika sedang makan.
Lalu, edit video-nya, dan jadikan sebuah konten berbentuk video untuk diposting di media sosial kayak instagram atau TikTok gitu.
Cobain ya, abis itu silahkan komen, apakah influencer itu DAPAT GRATISAN?
Enak aja gratisan.
Kayaknya kudu belajar apa makna gratisan itu deh. Di mana gratisan artinya cuma-cuma atau tidak dipungut bayaran. Dengan logika, kalau masalah makanan ya.
Kita datang, pesan makan, makan dengan nyaman dan enak, abis itu pulang deh. Sudah!
Apa influencer kayak gitu? KAGAK! Mereka harus nahan malu, untuk rekam dari depan resto atau tempat makan, akting kayak menunjukan mereka mau makan ke dalam.
Terus menu udah tersaji, para influencer, khususnya para foodie reviewer, harus rela menahan lapar. Dan membiarkan makanan mereka dingin, karena kudu difoto dan direkam sampai mendapatkan hasil terbaik.
Pas mau makan pun, harus makan dengan hati-hati, karena direkam. Biar penonton liatnya ngiler dan pengen ikutan datang ke resto itu, bukannya malah eneg liat orang makan, kek si Rey ini.
Setelag itu, jangan lupa proses edit video itu nggak mudah loh, apalagi dengan adanya brief dan ketika klien minta draft, ada peluang revisi. haduuhhh...
Sungguh saya selalu gemes sendiri, kalau ada yang bilang influencer minta gratisan. Belum tahu mereka bagaimana kebanyakan influencer justru tidak menikmati makanannya, karena fokus di konten.
Dan ini berlaku dengan semua hal ya, bukan cuman makanan aja. Produk-produk lainnya juga, kata siapa gratisan, emang klien nggak minta bikin video? atau semacamnya?.
Semua itu butuh perjuangan tauk, dan nggak semudah gercepnya netizen dalam hal menghakimi. Saking hal-hal yang harus dilakukan untuk masalah kerja sama influencer yang bikin video. Jujur saya sebagai influencer abal-abal, hahaha. Seriiiingggggggg banget sok kebangetan, karena menolak beberapa permintaan kerjasama.
Padahal ya, kalau dipikir-pikir, saya itu butuh uang banget loh, tapi daripada nggak bisa kasih yang terbaik, mending saya nolak.
Karena menurut saya, bikin video dan editnya itu sulit loh. Dan bisa saja si netizen bilang para influencer doyan gratisan, ckckck.
Baca juga : Tentang Penawaran Kerjasama yang Tidak Masuk Akal
Influencer Tidak Boleh Menghubungi Pihak Brand Duluan, Masa Sih?
Lalu masalah yang utama ingin saya bahas adalah, tentang influencer yang katanya tidak boleh menghubungi pihak brand duluan, untuk menawarkan kerja sama.
Wao banget sih sih menurut saya pendapat ini, bahkan bisa saya katakan kalau pendapat kayak gitu benar, tapi primitif (maafkeun!).
Kenapa cobak influencer nggak boleh menghubungi atau menawarkan kerja sama duluan kepada pihak brand? atau klien?. Sementara persaingan di mana-mana, dan influncer udah dijadikan sebuah profesi utama oleh beberapa orang loh.
Daripada menunggu sambil bikin konten nyeleneh biar viral, kan mending bertindak profesional, yaitu menawarkan kerja sama duluan.
Yang penting adalah, bagaimana kita harus bersikap profesional banget dalam menawarkan kerja sama tersebut. Dengan cara:
- Jika ada kontak email, sebaiknya kirim pesan melalui email, pastikan memakai kalimat yang sopan dan profesional, jangan menganggap pihak brand adalah anak remaja. Kayak si Elle Darby yang nulis email pakai kata, "hy there". Belajar gih buat email yang profesional, tentunya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk hubungi melalui DM juga boleh sih menurut saya, asalkan jadikan itu sebagai follow up tentang email penawaran yang dikirimkan.
- Jangan lupa sertakan portofolio tentang modal yang dipunyai influencer, misal followers, engangement rate, kategori followers. Dengan demikian, pihak klien tahu kerja sama apa yang kita tawarkan, dan apa yang mereka dapatkan.
- Siapkan mental dengan penolakan. Meski zaman udah semakin canggih, tapi nggak semua orang paham digital marketing loh. Jadi nggak heran kalau ada yang akan menolak bahkan meremehkan. Mulai dari membandingkan follower yang dipunyai influencer, meremehkan pembayaran yang diminta (padahal mah masalah rate influencer itu masuk ke kategori jasa, which is terserah empunya kan ye!), hingga menolak dengan cemooh. Ketika itu terjadi, terimalah dengan lapang dada, anggap bagian dari tantangan bekerja.
Untuk hal demikian, alangkah tidak bijak dan bad attitude kalau influencernya marah dan menjelekan brand, hanya karena ditolak atau ditawarin tapi fee-nya kecil banget.
Jadi, bukan karena influencer yang berinisiatid menawarkan kerja sama duluan, dicap bad attitude. Atau influencer yang menawarkan kerjasama dengan rate yang dinilai kemahalan, kayak di Elle Darby atau Atta yang minta dibiayain perjalanan sekeluarga ke Amerika.
Ye kan, sekali lagi saya katakan, untuk masalah jasa. Tidak ada patokan tertentu berapa rate yang harus diminta influencer. Kalaupun ada yang minta fee dan dinilai kemahalan. Ye kan mungkin itu adalah bentuk si influencer menghargai karya dan kerja keras timnya, ye kan!
Baca juga : Dear Pelaku Online Shop, Pakai Ads Aja, Jangan Influencer
Kesimpulan dan Penutup
Influncer menghubungi brand atau klien duluan, untuk menawarkan kerja sama itu, sama sekali bukanlah hal yang salah. Justru itu adalah influencer yang menekuni profesinya dengan benar-benar serius.
Karena kalau udah punya team, maka pemasukan rutin harus wajib, karena buat bayarin gaji teamnya kan ye. Di masalah Magdalena, mengapa dia dan team selalu berinisiatif mengajukan kerja sama dengan klien duluan?
Karena goal-nya emang mengedukasi UMKM tentang digital marketing. Dan Magda udah punya team, dia wajib dapat penghasilan setiap bulannya, biar gaji teamnya nggak ke-hold mulu, kayak yang suka hold fee-nya para blogger, padahal ya nggak seberapa *eh, hahaha.
Sidoarjo, 06 April 2023
Sumber:
- Opini dan pengalaman pribadi
- https://www.kompas.com/hype/read/2023/04/03/095653966/awal-mula-food-vlogger-magdalena-banjir-cibiran-hingga-dikomentari-bintang?page=all diakses 06 April 2023
- https://www.suara.com/entertainment/2023/04/06/093343/dihujat-gegara-dinilai-mau-makan-gratisan-permintaan-maaf-magdalena-bikin-netizen-makin-emosi diakses 06 April 2023
Demikian artikel tentang opini pribadi akan etika influencer tidak boleh menghubungi brand duluan, semoga bermanfaat.
Setuju sih Rey, yg penting itu attitude memang, saat mengajukan diri utk promote bisnis yg dimaksud. Aku sendiri ga ngerasa mengajukan diri duluan itu salah. Asal caranya benar, proposal nya bagus dan formal, ya kenapa ga. Jangan kayak si Darby, 😅. Tapi aku pun ga suka dengan cara pihak hotel mempermalukan dia.
BalasHapusKalo ttg atta, itu aku kurang setuju memang. Krn travel yg dia mau pakai itu whatravel yg pas kejadian masih baru berjalan. Dan si atta minta sekeluarga dibayarin 🤣🤣🤣🤣. Agak ga tau diri kasarnya sih. Krn aku ngalamin sendiri pas pakai whatravel ke US, itu perorang aja totalnya Ama visa, tipping, asuransi, bisa 50 juta per pax. Lah dia minta sekeluarga yg udah kayak kesebelasan bola 😅😅. Ya kasian travelnya bangkrut. Tapi sbnrnya whatravel ga ada sebut nama dia sih. Ntah kenapa akhirnya bocor 🤣.
Kalo kasus Magda, kasian sih sbnrnya. Aku lumayan suka duluuuu dengan konten2 dia. Sempet follow, tapi kemudian pas udah mulai komersil, agak males. Tapi sesekali masih nonton YT nya. Ada Bbrp yg ternyata memang enak makanannya setelah aku coba 👍. Cuma berharap aja Magda bisa bangkit lagi. Memang Yaa ngomong di medsos itu harus hati2 bangettttt. Pantes aja aku ga cocok jadi influencer 🤣
Wkwkwk aseeliiii, jadi influencer kayaknya kayak sudah tertemboki untuk dapat mengutarakan pendapat atau omongan sebaik dan sehati-hati mungkin. Sekali blunder, beuh langsung dikulitin sama netizensssss -_-
BalasHapusaku jadi tau juga akar masalahnya
BalasHapusdenger masalah si Magda ini cuman kulit luarnya aja, kayak yang "minta gratisa", ternyata historinya begini toh.
dan aku juga sering denger kalau influencer jangan menghubungi brand langsung, agak bingung juga waktau denger kata-kata ini pertama kali. Karena nggak semua influencer lolos job dari agency, malah ada yang dari pihak brandnya langsung.
aku rasa nggak masalah juga kalau misalnya seorang influencer menghubungi brand secara pribadi pastinya juga melihat etika, seperti cara penyampaiannya