Terima kasih Rey. Saya pikir berterima kasih ke diri sendiri adalah sesuatu yang pantas saya lakukan, setelah beberapa waktu belakangan ini saya terlibat dalam beberapa hal baru.
Mulai dari ketika ibu mertua sakit, dan suprisingly saya bisa ikutan merawat beliau. Ke rumah mertua, padahal jujur saya dan kakak-kakak ipar agak kurang bersahabat. Ya gara-gara masalah saya dengan pak suami, jadinya saudara-saudaranya ikut terlibat deh.
Tapi, sakitnya ibu, seolah bikin semua anak mantunya jadi kompak. Seolah semua rasa hati yang awalnya sedikit atau banyak kesal, langsung menguap, ketika semua anak dan mantunya fokus mengurus ibu.
Saya bahkan jadi lebih dekat ke kakak-kakak ipar, kompak mengurus ibu meski sambil saling nanya. Maklum kan kami bukan perawat, dan baru pertama kali merawat lansia.
Ditambah kami harus menghadapi bapak mertua yang super cerewet, hal-hal demikian dari yang bikin kesal hati, malahan jadi lucu karena dihadapi bersama.
Memang sih, setelah papinya anak-anak berangkat kerja di luar pulau, saya jadi jarang menjenguk ibu. Salah satu alasannya adalah, saya kudu mengurus 2 anak seorang diri, dengan kebutuhan mereka yang banyak, ditambah saya juga punya kerjaan.
Sampai akhirnya ibu meninggal dunia, jujur menyesal juga sih karena nggak sering-sering ke sana. Padahal saya udah deg-degan dengan keadaan ibu yang makin mengkhawatirkan.
Tapi semua telah terjadi, yang bisa saya lakukan adalah ikut bantu-bantu di pemakaman ibu, hingga tahlilannya.
Dan inilah puncak dari sikap dewasa saya dituntut habis-habisan. Karena pas ibu meninggal, papinya anak-anak masih di luar kota, otomatis saya harus ke rumah mertua bertiga sama anak-anak saja.
Bukan hanya harus ke sana bertiga duluan, papinya anak-anak memang akhirnya pulang. Tapi cuman 3 hari doang, sementara masih ada tahlilan selama 5 hari berturut-turut. Dan mau nggak mau, saya harus ke sana, bantu-bantu dan membaur, biar kata nggak ada si Papi.
Baca juga : Ibu Mertua Dalam Kenangan yang Melengkapi Inner Child
Si Rey di Masa lalu
Mengapa harus berterima kasih pada diri sendiri?
Karena sejujurnya, ini adalah peningkatan luar biasa buat saya. Sudah kenal papinya anak-anak dan keluarganya selama 22 tahun, tapi dasar sayanya emang orangnya introvert, jadi sulit untuk bisa membaur tanpa si Papi.
Pokoknya, saya mau ke sana, kalau ada si Papi. Itupun di sana, kalau si Papi sibuk sendiri, dijamin si Rey ngambek, wakakakak.
Saya memang pernah tinggal di rumah mertua, selama kurang lebih 8 bulanan. Dan ketika itu si papi juga kerja di luar kota, namun seminggu sekali dia pulang.
Nah sekarang bisa pulangnya 3 bulan sekali, mau maksa sering pulang juga ngehek liat tiket pesawat, wakakaka.
Nggak ada pilihan lain, mau nggak mau, suka nggak suka, ya harus dijalani sendiri, eh bertiga sama anak-anak dengan berani.
Karena emang nggak ada alasan kayak di masa lalu, which is dulu tuh tinggal di rumah mertua menyenangkan buat saya. Karena ketika ada acara atau banyak orang, which is itu amat sangat menguras energi buat seseorang yang introver kek saya. Saya bisa ngendon di kamar aja dengan alasan,
"Jaga bayi!"
Wakakakakak.
Kalau diingat-ingat jujur malu sih sama sikap saya dulu, ada acara rame banget banyak keluarga kumpul, eh saya ngendon di kamar. Bahkan makanpun terpaksa si papi yang ambilin dan bawa ke kamar, lalu saya makan di dalam kamar.
Coba bayangkan kelakuan si Rey ini, emang luar biasa anehnya kok, hahaha.
Baca juga : Ketika Istri Tidak Dekat Dengan Keluarga Suami
Waktu dan Kondisi Mendewasakan, Terima Kasih Rey!
Selain dari pada waktu dan kondisi yang akhirnya mendewasakan saya, sebelumnya harus diakui, saya beruntung banget dijodohkan dengan lelaki yang keluarganya tergolong sabar.
Iya kan, coba bayangkan diri saya ada di posisi sebagai menantu dari mertua yang aduhai mulutnya. Well, saya nggak tahu sih kalau mertua maupun ipar-ipar berkata apa di belakang saya, dan kalaupun berkata yang buruk, saya paham itu manusiawi kok.
Tapi, jujur ya, saya nggak pernah sama sekali mengalami dan semoga jangan pernah ya, yang namanya mertua bentak atau menghina saya langsung di depan mata, meski sikap saya yang ajaib itu.
Banyak yang bilang, jangan membenci sesuatu atau seseorang secara berlebihan, kita nggak akan tahu kehidupan di depan sana.
Dan begitulah, saya bersyukur banget dikaruniai hati yang sensitif oleh Allah, sehingga ketika mendengar ibu mertua sakit padahal waktu itu saya masih kesal banget dengan papinya anak-anak.
Tapi ternyata saya berhasil melawan sakit hati, dan bergegas melihat ibu mertua yang sakit. Bahkan sampai di waktu-waktu ibu sakit, saya juga masih merasa sakit hati ke papinya anak-anak, karena dia tidak mau berinisiatif buka komunikasi dengan mama dan keluarga saya di Buton.
Sekadar say 'hello' atau ucapan 'selamat Idul Fitri' misalnya. Jujur banget ya, ketika kesal itu terlintas di pikiran saya, bahwa nggak mau lagi terlalu peduli sama keluarganya juga ibunya.
Tapi nyatanya ketika mendengar ibu makin gawat, apalagi ketika ibu meninggal, nyatanya saya menangis meraung-raung juga di depan si Adik, saking kaget dan shock dan nyesal nggak sering-sering liat ibu.
Terima kasih ya Allah, atau karunia hati ini yang super sensitif. Sehingga saya selalu berhasil menaklukan ego, khususnya kalau untuk masalah kebaikan.
Dan begitulah, saya akhirnya berhasil membaur dengan kakak-kakak ipar ketika si Papi nggak ada di rumahnya. Datang sendiri eh bertiga ding dengan anak-anak.
Baca juga : Tinggal Di Rumah Mertua? Perhatikan Hal Ini
Ikut bantu-bantu di dapur, biar kata tugas utamanya cuman riwah riwih aja, sama potong lontong atau buah, hahaha.
Tapi percayalah, itu peningkatan 500% hahaha. Semoga ibu bisa bahagia melihat perubahan mantu super ajaibnya ini, huhuhu.
Dan kondisi juga sih yang bikin saya bisa menaklukan semua ego diri. Sehingga bisa berpikir, mau sampai kapan saya membatasi diri dari keluarga si Papi? Toh sekarang keluarga si Papi adalah satu-satunya keluarga saya di Jawa ini kan ye.
Serta kepergian ibu yang lebih menyadarkan saya bagaimana perjuangan dan kesabaran ibu menghadapi mantu ajaibnya ini.
Terima kasih Ibu.
Terima kasih Rey.
Terima kasih ya Allah.
Sidoarjo, 29 Mei 2023
Terkadang setelah kehilangan, baru kita benar2 merasakan sakitnya Rey. Ikut sedih denger ibu mertua meninggal yaa 🤗. Bersyukur memang dapat ibu mertua yg baiiik begitu. Buatku pun mertua jauh lebih baik dan terbuka dibanding ortuku. Makanya saat mereka mendadak meninggal, rasanya juga betul2 sedih.
BalasHapusSemoga hubungan kamu dan sodara2 ipar bisa semakin bagus juga rey
aamiin, betul Mba
Hapusbener kata mba Fanny, kita baru bener bener merasakan kehilangan kalau udah ditinggal.
BalasHapusaku baca cerita mba rey ini, mba rey udah berhasil mengalahkan rasa atau sikap introvertnya perlahan-lahan, sama soodara ipar juga membaik. Bersyukur punya keluarga ibu mertua yang baik baik
Bener banget say, butuh waktu yang nggak sedikit tapi Alhamdulillah bisa :)
Hapus