Jadi Blogger Bikin Punya Banyak Teman (Lagi)

 

Kata orang, seiring bertambahnya usia, kita akan kehilangan banyak teman. Kalau kata beberapa konten yang sering wara wiri di beberapa media sosial,

"Ketika circle pertemanan kita semakin mengecil, itu tandanya kita semakin dewasa (atau tuwah, hahaha)"

Sejujurnya, baru disadari kalau betapa beruntungnya saya, di mana seiring waktu berlalu, rasanya kok lingkar pertemanan saya nggak pernah mengecil ya?.

Entah karena saya masih muda atau nggak pernah tuwah *hoeks! hahaha. Atau memang saya terlalu Ge eR, mengklaim si Anu, si Itu, si Ono adalah teman saya, hahaha. 

Belakangan barulah menyadari, ya iyalah teman-teman saya nggak pernah menghilang. Selain karena saya emang dari dulu nggak pernah punya banyak teman, dan sekarang saya ikut komunitas blogger, yang sukses bikin saya punya banyak teman (lagi).

Baca juga : Tips Anti Bete Menghadapi Teman yang Nyebelin Ala Rey 

Cerita Pertemanan Saya, Dimanfaatkan, Tapi Tidak Merasa Dimanfaatkan

Kalau ngomongin tentang pertemanan, sejujurnya saya minder sih ya. Karena bagi si Rey yang (sesungguhnya) introvert ini, adalah sulit punya teman yang benar-benar akrab.

Mungkin juga sejak SD saya selalu diwanti-wanti bapak, agar pilah pilih teman, hanya boleh berteman dengan teman yang pintar dan juara kelas.

Ketika SMP juga sama, bapak akan marah besar kalau saya bergaul dengan teman yang nggak juara kelas, katanya takut ketularan malas belajar.

Padahal ya, bergaul enggak bergaul dengan teman yang prestasinya biasa, si Rey tetap aja mulai menurun semangat belajarnya, saking udah kenal novel percintaan, kerjaannya membacaaaa novel aja mulu, hahaha.

Ketika STM, sebagai remaja yang kehidupannya serba kekurangan, sukses bikin saya jadi seseorang yang minder, dan jadinya sulit punya teman. Boro-boro ya bisa bergabung dalam sebuah geng pertemanan.

Saya bisa didekatin teman manapun, tiada lain tiada mungkin karena saya masih bisa dikatakan murid yang lumayan pintar di kelas. 

Jadi, teman-teman yang mau bergaul dengan saya, biar mereka bisa nyontek tugas-tugas sekolah, hahaha.

Tapi dasar saya ya, biar kata dalam hati kecil tahu maksud mereka, tetap aja dilayanin, tetap aja merasa nggak dimanfaatkan, hahaha.

Ketika kuliah, teman-teman yang seringnya memanfaatkan jadi semakin bertambah, nggak peduli teman perempuan, bahkan teman lelaki.

Bahkan, si Kakak pacar pertama dan satu-satunya itu, awalnya dekatin saya ya karena dia pengen saya bantuin tugas bestek atau tugas menggambar di kampus.

Saya memang punya kelebihan dalam hal tugas-tugas kuliah di awalnya, karena beruntung masuk kuliah jurusan teknik sipil, setelah lulus STM jurusan Bangunan Gedung.

Berbeda dengan kebanyakan teman-teman saya yang lulusan SMA, sungguh mata kuliah yang berbau teknik, bikin mereka stres, dan merasa butuh saya, hahaha.

Selain kebanyakan teman butuh bantuan saya dalam mengerjakan tugas kuliah, beberapa teman juga butuh numpang istrahat di kos saya yang kebetulan dekat dengan kampus, hahaha.

Si Rey, yang haus dengan teman ini, yang dulunya memang berbentuk Bety La Fea, wakakakak. Mau-mau aja tuh dimanfaatkan.

Bahkan, diminta bikinin skripsi oleh salah satu teman yang terpaksa pindah kuliah di kampus lain, lantaran hamil, dan ingin cepat lulus. Si Rey mau aja dong.

Sampai begadang dong, saya kerjain tuh skripsinya, padahal waktu itu saya masih di semester 5 kalau nggak salah.

Sampai lulus kuliah, saya kerja dan ngekos pun, masih juga sering dimanfaatkan beberapa teman kos, apalah daya si Rey ini orangnya nggak enakan mulu kan ye.

Tapi thanks to hati saya yang agak laen, hahaha. Biar kata di satu sisi hati merasakan banget, dan menyadari kalau saya dimanfaatkan. Tapi sisi hati yang lain, menolak untuk menyetujui, kalau saya dimanfaatkan.

Dengan menganggap, ya begitulah kalau punya teman, harus bisa membantu temannya ketika butuh bantuan. Biar kata pas saya balik butuh bantuan, jarang ada yang bisa, hahaha.

Tapi, Alhamdulillahnya nih ya, ketika saya menganggap kalau saya tidak rugi, meskipun teman-teman mungkin sadar betul memanfaatkan si Rey yang terlalu culun ini. 

Beberapa tahun kemudian, Allah balas lunas semua pola pikir saya itu. Ketika saya bermasalah dan benar-benar sendirian. Eh tahu nggak sih, beberapa teman lama justru datang sendiri, menyapa saya lewat chat, bahkan membantu dengan keuangan. Subhanallah....

Begitulah cerita pertemanan saya, di mata orang awam, mungkin terlihat menyedihkan dan sedikit (bilang aja, banyak, Rey!) bodoh, hahaha.

Tapi kenyataannya sisi hati saya mengatakan, it's OK, i am OK.

Dan Allah jadikan tabungan kebaikan untuk saya di kemudian hari kan.

Baca juga : Sifat Nggak Enakan Dalam Pertemanan itu Ternyata Tak Selamanya Buruk

Menjadi Blogger Bikin Selalu Punya Teman, Bahkan Di Mana-mana

Mungkin karena saya nggak terlalu mengambil hati, alias nggak terlalu baper dengan segala tingkah dan drama pertemanan. Bikin saya nggak terlalu merasa bahwa teman itu begini begitu.

Asyik-asyik aja tuh, biar kata mungkin nggak selamanya asyik.

Ketika akhirnya teman-teman berganti. Misal, saya punya teman akrab banget ketika STM, lalu akhirnya kami jadi asing setelah kuliah. Saya tak pernah merasa baper kalau itu masalah banget.

Dalam hati, saya berpikir kalau hal itu wajar. Kami tak pernah lagi bertemu, kami sudah punya kegiatan lain masing-masing.

Demikian juga, ketika lulus kuliah, jadi asing dengan teman-teman kuliah. Setelah menikah, jadi asing dengan teman-teman kos, setelah jadi IRT jadi asing dengan teman-teman di kantor.

Semua itu bukanlah sebuah masalah besar buat saya.

Kirain saya sehebat itu memanajemen hati, ternyata salah. Bukannya saya benar-benar nggak baper, tapi karena saya memang akhirnya selalu mendapatkan teman baru.

Seperti sekarang, ketika saya menua dengan usia senior (mau bilang usia tuwah kok rasanya gimana gitu ya, wakakakak). Nggak pernah tuh merasa benar-benar kesepian nggak ada teman.

Selalu ada teman dong, ketika pengen ngerumpi di WA misalnya, tinggal buka WA dan gangguin mamak 3F si Diahalsa, misalnya, hahaha. 

Atau kalau lagi galau, update status aja di WA, nantinya bakal banyak teman yang ngajak ngobrol. Kok bisa Rey? Iyaaa.... teman blogger, hahaha.

Betapa beruntungnya saya jadi blogger, karena bisa menua tanpa kesepian nggak punya teman. Selalu ada teman, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Para teman-teman blogger, dari segala penjuru Indonesia, bahkan yang belum pernah ketemu di dunia nyata, hanya sering bertegur sapa di dunia maya. Pas ketemu, rasanya kayak udah akrab banget dong.

Dan Temans pasti akan kaget kalau saya memberitahukan sebuah kenyataan, si Rey itu aslinya introvert loh. Kebayang kan gimana orang introvert itu, sulit menjalin pertemanan, even cuman saling bertegur sapa gitu. 

Enggak berlaku buat saya dong, cobalah jika ada sebuah event blogger. Atau misal lagi jalan, ketemu teman blogger, bukan main dah hebohnya, berasa bestie puluhan tahun, hahaha. 

Baca juga : Begini Cara Saya Bergaul Dalam Komunitas Blogger, Meski Merasa Introvert 

Teman Blogger Rasa Keluarga

Semua kehebohan dan rasa tidak kesepian saya hingga kini, tidak lain karena pertemanan sesama blogger itu sedemikian eratnya.

Di dunia maya, kami bisa bertegur sapa dalam berbagai platform, dan kemudian bertemu di dunia nyata, udah berasa ketemu keluarga jauh.

Kekompakan blogger terutama dalam sebuah komunitas pun pernah saya rasakan. Ketika pandemi melanda dulu, ketika saya harus sendirian tanpa bantuan siapapun saat sakit dan terpuruk. 

Berbagai bantuan mengalir untuk saya, dari blogger yang komunitasnya nggak cuman satu dua aja. Tapi dari beberapa circle.

Luar biasa banget sih menurut saya, that's why saya menuliskan di atas, betapa beruntungnya dulu saya bisa menganggap tak masalah dimanfaatkan oleh teman-teman. Toh saya juga nggak sampai mengalami kerugian yang berarti kan ye.

Dan benar saja, Allah gantikan semua sikap tersebut, dengan memberikan teman-teman blogger rasa keluarga, di saat yang tepat ketika saya butuh teman dan keluarga.

Kesimpulan Dan Penutup

Dalam setiap perjalanan hidup manusia, teman adalah sesuatu yang dibutuhkan. Sayangnya tidak semua orang bisa dengan mudah menjalin pertemanan, apalagi teman yang benar-benar dekat kan ye.

Lalu, seiring waktu, teman-teman seolah menghilang, tenggelam sibuk dengan kesibukan dan urusan masing-masing.

Hal itu, tak pernah bikin saya merasa kehilangan teman. Yang ternyata bukan karena teman-temannya selalu stay, tapi karena Allah gantikan teman-teman yang saya butuhkan, melalui teman blogger.

Yup, bersyukur banget, menjadi blogger bikin saya punya banyak teman lagi. 

Surabaya, 20 Oktober 2023

Sumber: pengalaman dan opini pribadi

Gambar: dokumen pribadi dan Canva edit by ReyBlogger

Tulisan ini diikutsertakan dalam challenge Ngeblog Asyik Bareng KEB