"When the door is closed, the window is open, and it's true!"
Sebuah kutipan yang sekilas terdengar sederhana, meski sesungguhnya artinya sangat dalam. Di mana ketika pintu tertutup, jendela terbuka, dalam bayangan saya tuh, kan enak ya. ruangan tetap tak kekurangan udara, karena ada jendela yang terbuka lebar.
Apaan sih si Rey ini, kagak nyambung dah! hahaha.
Cerita Tak Sengaja Melihat Kutipan Ketika Pintu Tertutup Jendela Terbuka
Jadi ceritanya tuh, kapan hari, lupa tepatnya, saya nggak sengaja melihat video yang menampilkan 2 wanita bule beda usia.
Kayaknya sih, mereka adalah seorang ibu dan anak.
Si wanita bule yang agak muda, bertanya ke wanita bule yang terlihat sudah tuw eh senior, hehehe.
"What is you'r best advice?"
Dan si wanita bule senior sejenak termenung, sebelum menjawab dengan tenang,
"When the door closed the window open, it's true! And try to focus to the window!"
Begitu deh kira-kira jawabannya, dengan kemampuan English ala Rey yang pas-pasan, wakakakaka.
Jawaban itu terdengar sederhana, tapi entah mengapa, bukan cuman si wanita bule muda yang mewek dengarnya, si Rey juga.
Karena sesungguhnya, kalimat itu menancap dalam di hati saya. Dan menyadari, kek-nya si ibuk senior itu lagi nyindir akoh deh, hiks.
Khususnya di kalimat bagian akhir, try to focus to the window!. Alias, plis Rey, move on dari masalah yang dirimu sulit tangani, fokus ke kesempatan yang bisa dijalani!
Iya nggak sih?
Si Rey ini kadang terlalu semangat maju terus pantang mundur, daya juangnya dibarengi energinya yang terlalu besar, seringnya menyusahkan dirinya sendiri.
Lucunya, si Rey ini kadang sudah menganggap kalau menyusahkan diri sendiri, adalah ciri khas dirinya, wakakakak.
Cerita Implementasi Kutipan Ketika Pintu Tertutup Jendela Terbuka Saat Service HP
Kita tinggalkan cerita tentang masalah kalimat yang bikin mewek itu, saya pengen menceritakan sejenak tentang bagaimana kalimat itu, langsung terpaksa saya gunakan keesokan harinya.
Ceritanya kan, HP saya tuh rusak. HP merk Vivo auto restart berulang terutama ketika nggak dihubungkan ke charger.
Setelah galau berkepanjangan, sayapun memutuskan untuk memperbaiki tuh HP di service center-nya. Kalau googling sih, di Surabaya adanya di WTC dan di plaza Marina.
Saya putuskan untuk ke plaza Marina saja, karena lebih mengenali plaza tersebut, ketimbang WTC. Terlebih saya ngepasin dengan jadwal antar si Adik ke sekolah di pukul 9 pagi kan.
Sementara biasanya kan mall buka mulai pukul 10 pagi.
Namun, di Plaza Marina tuh ada Mc Donalds yang buka 24 jam, jadinya saya bisa mampir di situ bentar kan seandainya kepagian nyampe mall-nya.
Dan ternyata emang bener, saya nyampenya kepagian. Maka melipirlah saya ke McD, dan pesan kopi susu sambil nunggu mall-nya buka.
Tepat pukul 10 pagi, saya segera melangkah masuk ke dalam mall yang masih panas, karena AC belum menyala dengan maksimal.
Sebenarnya, dalam pikiran saya, udah teringat, kalau nggak salah tuh saya baca semalamnya, bahwa lokasi service center Vivo ada di lantai 2 Marina.
Saya nggak bisa ngecek ulang, karena HPnya udah keburu mati alias auto restart aja mulu, berulang.
Tapi, tiba-tiba saya melihat plang Vivo di store depan XL. Dengan pedenya saya mampir, rencananya sih mau nanya lokasi service center-nya.
Eh ujungnya malah ditawarin service di situ aja, dan oonnya si Rey, malah nurut aja, pulak!.
Singkat cerita, HP saya akhirnya dibawa salah satu Mas-nya, nggak tahu ke mana. Dan setelah itu, tiba-tiba si otaknya Rey mulai connect ke dunia nyata.
Lah, kenapa saya malah service di situ?
Padahal saya udah jauh-jauh ke Marina kan ye, maksudnya kan biar langsung service di tempat yang terpercaya gitu kan ye.
Tinggal beberapa langkah lagi loh, sampai ke service center-nya, malah nyangkut di store biasanya, huwaaaaa...
Tapi, udah terlanjur dong, HP saya udah dibongkar, dan akhirnya mereka setuju kalau masalahnya adalah baterai, lalu disarankan ganti baterai.
Lagi-lagi saya ikut aja, dikasih harga 285rebo, kagak nanya juga itu asli apa enggak. Sampai akhirnya semua selesai, saya coba utak atik HP, ya udah nggak ada masalah auto restart berulang.
Sayapun pamit pulang, tapi jalan ke parkiran berasa nggak napak tanah, karena semacam linglung dah.
Sepanjang perjalanan pun, hati nggak tenang, kadang merutuki diri sendiri.
Why Rey? Why?
Udah di Marina loh, malah belok untuk service di tempat yang bukan service center-nya!
Nggak cuman di jalan, sampai di rumah pun, sama! Kebawa bad mood aja seharian, abis juga anak-anak kena imbas diomelin maminya yang error sendiri ini.
Padahal ya, hape tersebut akhirnya saya cash sampai penuh, dan sampai hari ini semuanya udah normal. Baterainya juga masih dalam kategori awet, nggak cepat habis, cuman susah penuhnya aja, hahaha.
Tapi pikiran nggak nyaman dan semacam menyalahkan diri sendiri, karena udah salah service di tempat yang bukan diniatkan untuk dituju, masih aja mengganggu.
Tiba-tiba, kalimat yang saya lihat di video sebelumnya melintas di pikiran.
"When the door closed the window open! And try to focus to the window!"
Iya juga ya!
Kenapa harus fokus ke pintu yang tertutup, atau dalam hal ini nggak jadi service di tempat yang dituju, meski kurang beberapa langkah lagi?
Toh jendela sudah terbuka! dalam hal ini HP saya udah nggak ada masalah lagi.
Sebenarnya kan yang penting adalah HP yang tidak rusak lagi kan?. Tak peduli jalannya lewat mana, selama itu bukan jalan yang salah kan ye?.
Lagian, mungkin saja saya tidak serta merta belok ke store itu, apalagi sampai nurut aja ditawarin service di situ.
Tapi, Allah lah yang membimbing langkah kaki saya ke store itu, karena mungkin rezeki yang ada di saya, adalah milik si Mas yang service itu. Iya nggak?
Ya ampuuunn, setelah menyadari hal itu, seketika hati menghangat, semua pikiran buruk dan overthinking jadi padam.
Memang benar kata si ibu bule itu, try to focus to the window!
Ketika Pintu Tertutup Jendela Terbuka dan Opini Ala Rey
Kalau dipikir-pikir, cerita di atas hanya sebagian kecil yang terjadi dalam hidup saya, dan mungkin pada hidup banyak orang.
Kadang, bahkan seringnya kita tuh terlalu fokus pada pintu yang tertutup. Tanpa kita sadari, jendela terbuka lebar malah lebih baik untuk kita.
Kita terlalu fokus pada kegagalan, meski tahu bahkan melihat jelas, ada jalan lain yang telah terbuka lebar.
Memilih bertahan pada hubungan yang toksik, padahal ada hubungan lain lewat jendela, eh maksudnya apa nih Rey? hahaha.
Ini maksudnya, orang-orang yang sebenarnya punya pilihan lain untuk mengakhiri hubungan toksik, tapi memilih bertahan dengan 1003 alasan *halah, hahaha.
Memilih untuk meratapi hidup kita, di mana menyadari sudah usia segini kok, saya belum bisa beli helicopter pribadi ya? *lah, wkwkwkw.
Padahal, kalau kita bisa melihat lebih luas dan jelas, betapa hingga saat ini hidup kita baik-baik saja, bahkan sebenarnya sudah sangat hebat banget.
Ini saya tujukan untuk diri sendiri sih, juga buat beberapa orang yang selalu melihat miris ke saya, karena kata mereka saya tidak sesukses kakak kandung yang jadi PNS, menikah dengan abdi negara pulak.
Sementara saya, bela-belain jauh dari ortu, menolak banyak kesempatan sukses di daerah ortu, menolak jalan termudah jadi PNS dan berkarya di daerah ortu. Ujung-ujungnya disia-siakan oleh lelaki yang kata mereka saya perjuangkan sebucin itu.
Padahal, tidak semua yang mereka sangka itu adalah benar adalah loh.
Mungkin benar, saya memilih menetap di Surabaya, nggak mau pulang ke Buton setelah lulus kuliah, sedikit banyak dipengaruhi oleh keberadaan hubungan saya dengan si kakak pacar dulunya.
Tapi, sesungguhnya saya bahagia tinggal di sini.
Meski mungkin banyak impian belum tercapai. Semacam banyak pintu yang tertutup rapat, bahkan tidak jarang dengan semangat tak kenal menyerah saya dobrak tuh pintu-pintu yang tetap nggak mau bergerak sedikitpun itu.
In the end, saya akhirnya bisa melihat, bahwa betapa banyak jendela yang terbuka buat saya.
Like... i mean... Hey... coba pikirkan, emangnya masalah berat apa sih yang saya harus tangisi?
Anak-anak sehat dan jadi anak yang sayang dan nurut sama maminya. Kami masih bisa makan, masih bisa berteduh di tempat nyaman. Anak-anak masih bisa sekolah di tempat yang lumayan?.
Bukankah itu sebuah jendela terbuka yang menampilkan hal lebih indah dari pintu yang saya dobrak?
Over all, pokoknya gitu dah, hehehe.
Lesson learned-nya, ketika kita merasa lelah karena semua tak berjalan sesuai harapan. Cobalah berhenti dan lihat lebih luas.
Jangan-jangan harapan kita adalah lewat pintu, tapi pintunya tertutup, namun masih ada banyak jendela yang terbuka.
Begituh.
Kesimpulan dan Penutup
Dalam hidup, sering banget saya, bahkan banyak orang mengalami kekecewaan, ketika kenyataan tak berjalan sesuai rencana.
Kayak kemaren itu, si Rey udah merencanakan service HP di tempat yang semestinya. Sudah dibela-belain loh datang ke Plaza Marina. Dan nyeseknya juga, itu service center-nya kurang beberapa langkah lagi, malah belok ke tempat lain dah si Rey.
Gara-gara itu, saya malah jadi badmood berat. Sampai teringat perkataan "Try to focus to the window!". Dan Alhamdulillah, setelahnya saya jadi lebih plong.
Jadi, saya setuju banget, ketika pintu tertutup, masih ada jendela yang terbuka, dan cobalah untuk fokus ke jendela terbuka itu.
Surabaya, 29 November 2023
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Kirain mbak Rey linglung karena habis makan di mekdi lalu mikirin anak Palestina udah makan belum.😄
BalasHapusKisahnya mirip ibu ya, habis dari pasar agak bengong lalu aku tanya kenapa.
Katanya habis jual emas di tukang emas pinggir jalan. Satu gram kena 150 ribu jadi lima gram 750k.
Kenapa ga jual di toko emasnya saja. Padahal ada suratnya. Setelah lihat suratnya belinya tahun 2005 dan harganya 85 ribu.
Lalu aku bilang sama emak, ngga usah bingung gitu mak, jual ke toko emas juga palingan dapat 85ribu, ngga bakal dapat harga 400 ribu seperti sekarang. Toko emas ya beli emas sesuai harga surat.
Wkwkwkw, eh iya, mirip.
HapusPadahal mungkin toko emas udah dekat, malah belok jual di pinggir jalan ya.
Persis kek saya kemaren, linglung.
Keknya kesambit, karena nge mekdi terooosss, wakakakakak
Terkadang kita terlalu idealis dalam menjalani hidup. Padahal untuk survive semua bisa di lakukan..
BalasHapusBetul :)
HapusPadahal aku pun sebenernya udh tahu ttg pepatah ini, tapi ttp aja kadang masih suka overthinking dgn yg ga penting.
BalasHapusNgerasa nyeseeeel, kenapa tadi ga begini, ga begitu .
Kayak kemarin ya Rey, aku tuh sempet kepikiran lama Ama salah satu blogger yg belum selesaikan kewajiban BW nya. Soalnya udh due date, dan kalo sampe ga, anaknya terpaksa dikeluarin dr grub. Masalahnya aku tuh tipe yg langsung ga respect kalo ada orang ga mau selesaikan kewajiban. Padahal aku ga pengen ngerasa gitu Ama blogger ini. Sepanjang hari kepikiraaan Mulu. Udh aku DM, tapi ga dibalas. Untungnya jelang malam, dia selesai. Aku happy, ga harus keluarin dia. Masih bisa respect Ama dia.
Padahal ngapain coba aku sampe segitunya. Toh kalo ada 1 peserta ga selesai dan mangkir dr kewajiban, tinggal keluarin trus cukup tahu, oh ini anak ga bisa dipercaya. Tapi aku malah ga bisa fokus Ama yg lain coba.
Padahal kalo aku fokus Ama jendela yg terbuka, aku bisa lebih mikirin peserta lain yg ikutan, dan jadi lebih muda milih winner BW di akhir quarter.
Masalah lain aku juga sering begitu. Memang agak susah diilangin sifat begini. Walopun pada akhirnya bisa Nerima utk ga musingin hal begitu, tapi kayak butuh waktu aja. Ga bisa langsung ... Ngerasa buang2 waktu kan jadinya 😅
Hahaha, iya Mba, tapi dengan menuliskannya, jadi lebih mengerti bahwa apa yang kita lakukan sebenarnya buang-buang energi aja :D
HapusJadi, bisa lebih berlatih untuk let it go :D