Ini topik yang sangat sensitif sebenarnya, tapi kayaknya kalau enggak saya tulis, rasanya juga nggak nyaman di hati.
Tentang dukungan kepada Palestina, dalam bentuk ajakan memboikot semua produk asli Israel. Termasuk produk-produk lainnya, yang diketahui memberikan bantuan dana kepada negara Yahudi tersebut.
Hal ini terjadi, sebagai bentuk dukungan kepada para korban perang yang dibombardir tanpa perikemanusiaan di Gaza, Palestina.
Update dari beberapa website berita resmi, hingga saat ini, hampir 10 ribu korban tewas dalam serangan Zionist. Mirisnya, 3000 di antaranya adalah anak-anak.
Jujur ya, saya nggak sanggup liat video-video yang beredar di media sosial. Sebagai seorang ibu yang juga punya anak, rasanya kok perih banget melihat banyak ibu yang menangisi jasad anaknya.
That's why, akun media sosial saya jarang membahas tentang korban Gaza. Bukan karena takut diblokir oleh empunya media sosial tersebut, di mana kita semua tahu, bahwa mereka juga menjadi pendukung Israel sejak dulu.
Baca juga : Kisah Nyata WN Korea Disandera Taliban
Meski demikian, sebagai seorang ibu, dan manusia, saya juga mendukung segala upaya untuk menghentikan perang yang mengorbankan orang-orang tak berdosa itu.
Tentunya semampu saya.
Untuk hal seruan boikot pun, saya juga ikut setuju. Karena sedikit banyak hal itu berdampak langsung kepada Israel.
Dari berbagai sumber yang ada, diberitakan bahwa dampak dari seruan boikot tersebut sudah terasa, bukan hanya untuk para Zionist, tapi juga di dunia.
Misal, berbagai saham dari perusahaan yang produknya diserukan untuk diboikot, terus turun dan melemah.
Dan di dunia nyatapun, sangat terlihat dampak nyatanya.
Di berbagai gerai makanan yang produknya terkena seruan boikot, terlihat sepi dan melompong. Kita bisa liat dari berbagai video di media sosial.
Tapi, saya sendiri juga melihat langsung di tempatnya.
Seperti yang sering saya ceritakan, bahwa sudah 2 bulanan ini, saya selalu nongkrong di McD, yang mana kebetulan terkena imbas boikot juga.
Terlihat jelas, bagaimana gerai tersebut makin hari, semakin sepi. Tadi pagi misalnya, ketika saya tiba di pukul 7.00, keadaan sangat sepi, tanpa ada satu orang pun.
Ini tentunya sangat berbeda dari biasanya. Saya tahu persis, karena sejak akhir Agustus, saya selalu berada di sana. Dan mengalami kesulitan mencari tempat duduk, meskipun udah datang di pukul 7 pagi itu, udah jadi hal yang lumrah.
Namun, beberapa hari belakangan ini memang berbeda, terutama tadi ya.
Sampai di pukul 10 pagi, di mana saya harus segera pergi untuk menjemput si Adik di sekolahnya, tidak tampak pengunjung yang ramai seperti biasanya.
Setidaknya, sejak saya datang, sampai pergi lagi, hanya ada sekitar 4 meja yang terisi. Dan percaya atau tidak, kesemuanya punya keperluan yang persis seperti saya.
Numpang kerja.
Baca juga : Coffee Ground Surabaya, Tempat Kerja, Meeting dan Hang Out
Tidak bisa dipungkiri, McD memang sudah menjadi tempat nebeng kerja pakai laptop yang sangat nyaman dan sangat terjangkau, bahkan dibandingkan dengan coffee shop lokal.
Terbukti, ketika saya yang setiap ke sana hanya menghabiskan sekitar 10 ribuan -15 ribuan untuk beli kopi. Sejujurnya saya jadi nggak enak sih, tapi ketika melihat ke sekeliling, sebenarnya saya bukanlah satu-satunya yang demikian.
Di samping saya tadi pagi misalnya, ada ibu-ibu yang datang hanya memesan Matchagato yang jika beli promo, seharga 13ribuan.
Di depan saya, tampak 2 orang wanita muda yang menikmati es krim cone. Lalu tak lama kemudian, datanglah lebih banyak teman mereka, tapi tak ada satupun yang memesan apapun.
Ternyata, mereka sepertinya hanya nebeng tempat untuk meeting secara team. Sekilas saya dengar, mereka lagi punya event yang harus menjual sebuah produk.
Di meja sebelah lainnya juga tampak seorang lelaki yang menikmati kopi 12 ribuannya, sambil melihat dengan serius ke laptopnya.
Ini sungguh sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya, yang ketika pagi, aroma ayam goreng telah memenuhi ruangan. Karena pengunjung yang datang, bukan semata numpang kerja kayak saya dan lainnya. Tapi juga buat sarapan atau mungkin juga makan siang yang kepagian.
Sesungguhnya, saya bergidik melihat aksi solidaritas yang sedemikian kuatnya, meskipun saya juga menyadari, Allah lah yang menggerakan hati orang-orang yang dengan kuat memboikot demi dukungannya kepada Palestina.
Saya bilang kuat, karena tidak semua orang bisa melakukannya dengan straight. Saya misalnya, meski tahu kalau McD adalah salah satu produk yang diboikot, tapi nyatanya saya balik lagi ke situ.
Setelah beberapa hari terlunta-lunta di jalanan, bingung mau kerja di mana yang tempatnya mumpuni, dan nggak perlu biaya banyak.
Atau, beberapa orang yang kerja di perusahaan yang diboikot tersebut misalnya. Saya yakin banyak di antaranya, yang sebenarnya pro Palestina, tapi ada mulut-mulut yang harus diisi dengan nyata, sehingga mereka tetap harus bekerja menyokong perusahaan yang dimusuhin orang sedunia itu.
Meskipun, saya yakin, banyak di antaranya yang ketar ketir menanti hari esok, menunggu keputusan dari nasib mereka.
Apakah mereka masih bisa bertahan kerja dan mendapatkan bayaran dari perusahaan tersebut? Atau jangan-jangan harus menelan pil pahit dengan adanya pengurangan karyawan, dampak dari kerugian yang dialami perusahaan selama masa boikot tersebut.
Bukan hanya itu, beredar di media sosial, beberapa orang senang membuat konten yang bikin kesabaran pekerja di perusahaan yang di boikot tersebut harus diuji.
Baca juga : Manfaat dan Tips menyewa Kantor
Misal, ada video, seorang laki yang datang melalui jalur Drive Thru McD, si laki tersebut lalu menanyakan promo apa yang sedang ada di McD saat itu. Eh setelah dijawab panjang lebar sama Mbaknya, si Laki tersebut dengan santainya ngomong,
"Nggak jadi deh Mbak, saya teringat saudara-saudara saya yang dibombardir di Palestina!"
Ya ampun mas'e!
Kalau benar-benar teringat dengan saudaranya di sana, kenapa nggak dibantu aja Mbak di Mekdi itu biar dapat kerjaan lain?
Duhh....!
Bukan hanya masalah banyaknya oknum yang jadinya mengerjain beberapa pekerja yang kebetulan bekerja di perusahaan yang lagi ramai-ramai diboikot itu.
Fenomena lain yang bikin sedih adalah, munculnya beberapa kubu yang saling mengejek, menyerang, orang-orang yang punya pikiran sedikit berbeda dengan kebanyakan orang saat ini.
Seolah semua hal yang berkaitan hal-hal berbau Israel tapi memang belum bisa sepenuhnya dilepaskan, seketika menjadi musuh yang seolah harus dibinasakan juga.
Duh ya, lupakah kita bagaimana Nabi Muhammad berperang di zaman dahulu? Beliau berperang melawan sikap buruk, bukan manusianya.
Dan semuanya demi kedamaian dan keselamatan hidup manusia di bumi.
What i'm trying to say adalah marilah kita bersama-sama, untuk mendukung Palestina merdeka dengan damai. Cukup kepada Israel kita perangi.
Janganlah menambah musuh di antara sesama kita.
Masalah Palestina ini, bukan semata hal keagamaan bukan, tapi sudah jadi misi kemanusiaan, karena toh, bukan hanya muslim di Palestina yang jadi korban, banyak non muslim juga hidup dan menjadi korban di sana.
Kalau, ini adalah sebuah misi kemanusiaan, mengapa kita, bahkan sesama muslim aja kok jadi gontok-gontokan.
Cobalah memahami saudara muslim kita lainnya, yang mungkin belum bisa secara penuh untuk ikut memboikot produk yang membantu Israel.
Selama hukumnya adalah kewajiban dan kebutuhan, kita nggak bisa dong memusuhi pekerja di McD maupun Starbuck aserta lainnya, karena mereka kita anggap membantu perusahaan pendukung Zionist?
Baca juga : Tentang Taro Snack, Unilever dan Masa Lalu
Termasuk orang-orang yang masih saja memakai produk Unilever dan semacamnya itu. Eh termasuk juga si Rey yang masih butuh ke Mekdi sesekali, karena jujur saya malu setiap hari nebeng kerja di Perpusda nantinya, hahaha.
Intinya demikian, mari kita mendukung Palestina, namun cobalah untuk tidak saling memusuhi untuk dukungan tersebut.
Demikianlah opini saya, yang tentu saja ini sama sekali tidak mutlak benar. Mungkin juga beneran salah, tapi menurut saya mengajak orang mendukung Palestina dengan damai itu jauh lebih bermanfaat, ketimbang kita jadinya saling musuhan dengan alasan membela perang.
Surabaya, 03 November 2023
Kaaan adeeeem baca beginiiii. Pusiiing aku Ama ajakan boikot yg menggebu2, apalagi td pas baca mas yg udh nanya di Drive thru malah gitu reaksinya. Dia kira sengaja ngerjain orang, yg samasekali ga ada salah Ama dia dibenarkan dlm agama???
BalasHapusAku juga ga mau nunjukin apa aku setuju boikot atau ga. Diem2 ajalah. Toh di antara banyak produk itu, ada juga produk yg aku ga bisa lepas.
Cth Airbus dan Boeing. Laah aku rutin traveling, kalo ga naik pesawat, trus mau naik apa, masa kapal laut 🤣🤣🤣. Kapan nyampenya.. emangnya mereka kira Airbus dan Boeing itu ga sokong si zionis??
Kalo mau boikot, ya silahkan, tapi ga usah menggebu2. Di kira pekerja di sini ga kena imbas.. emang mau KSH makan mereka?? Ngomong doang yg mudah. Sampe ada yg bilang, kan ntr kalo produk lokal kayak wings laku, pabriknya buka lowongan pasti.
Ntah bego ntah naive sih yg ngomong 🤣🤣.
Kuatir aja, kalo ntr balik lagi beli barang yg diboikot, apa ga malu tuh udh semangat di awal 🤣🤣🤣
Aku Sokong palestina, udh pasti itu. Tapi aku prefer pakai cara donasi langsung ke embassy mereka. Bukan dgn cara boikot. Beberapa produk zionis ini memang ada yg udh lama aku ga pake, Krn ga suka barangnya, bukan Krn masalah ini.
Nah iyaaaa, yang bikin sedih itu, orang-orang terlalu berlebihan, sampai sesama kita juga dihujat.
HapusYa kan, nggak semua orang bisa boikot dengan benar-benar semuanya dihindari :(
Kalo aku mah sudah lama boikot McD. Eh aslinya bukan boikot sih tapi karena memang ngga pernah kesana soalnya jauh dari desa.
BalasHapusMenurutku dari pada boikot yang kurang efektif, mendingan mendesak agar pemerintah Israel agar segera menghentikan perang di Gaza.
Cuma ya. Jangankan pemerintahan Indonesia, PBB saja dicuekin sama Israel.
Hahahaha, diriku pecinta mekdih dari dulu kala :D
HapusMau ke manapun kami pergi, selama masih ada mekdih di situ, pasti kami makan mekdih hahaha
Iyaaaa, banyak hal sih yang harus diperhitungkan pemerintah, kalau mau benar-benar keras ke Israel :(