Jangan Bawa-Bawa Ortu dan Egoisme Pelaku Kejahatan

"Aku memang jahat, kamu boleh balas dendam ke aku, boleh maki aku, tapi jangan pernah bawa-bawa ortuku!"

Familier nggak dengan kalimat seperti itu?

Saya sih sering banget dengarnya, bahkan membaca di media sosial.

Cerita Jangan Bawa-Bawa Ortu dan Egoisme Pelaku Kejahatan

Tahu nggak alasan saya nggak suka berdebat di mana saja, terutama dengan orang lain. Terutama di masa sekarang-sekarang ini, which is si mamak Rey ini udah tuw eh senior, hahaha.

Tiada lain dan bukan, untuk menghindari bikin orang sakit hati dengan perkataan saya. You know, si mamak Rey yang kayaknya ramah dan lucu ini *tsah. Kalau udah marah, kata-katanya setajam pedang para ksatria di Jepang *halah!.

Iya, saya tuh paling malas berdebat, jadi seringnya kasih pukulan telak buat si pelaku, yang sukses bikin sakit hati mendalam.

"Kasian banget ibumu, capek ngelahirin dan besarin anak yang kayak gini!"

"Ibumu ngapain aja sejak dulu? sampai nggak ngajarin kamu jadi manusia yang normal?"

Lebih parah lagi, kalau misal dikirimin gambar mesum sama stranger,

"Waaahh, keren, itu kamu sama ibumu ya?"

Astagaaaahhhh...

Mulut saya ini memang benar-benar mematikan.

Dan mulut itu bisa disalurkan dari jari ketikan.

Super kasar banget kan ya?

Tapi tenang saja, kalimat pedas level dewa itu, hanya akan keluar untuk orang-orang yang memang kelakuannya kek setan. Yang sengaja bikin hati saya sakit nggak ketulungan.

Jujur, sejak kecil saya kurang suka berdebat, jangankan debat, bersaing dalam sebuah lomba aja, bikin energi saya terkuras habis.

Apalagi berdebat dengan orang yang memang berbeda pola pikirnya dengan saya. 

Kalau cuman debat biasa sih, palingan saya milih untuk menganggap orang itu nggak ada. Tapi kalau udah dalam tahap merugikan saya banget.

Waaahh siap-siap aja, mamakeh bapakeh dan seluruh keluarganya keangkut semua dalam ucapan si Rey.

Iya, emang sebaiknya nggak boleh gitu. Tapi saya nggak suka marah terlalu lama. Saya tidak punya toleransi besar menikmati suasana yang bikin hati sakit banget.

Dan sungguh nggak punya energi untuk harus berulang kali menjelaskan ke orang lain, kalau tindakan dia itu merugikan saya.

Jadi, pakai cara paling mudah aja.

Angkut aja semua bapakeh mamakeh keluargahnye, hahaha.

Tapi, ada satu hal juga yang membagongkan buat saya. Di mana ketika pelaku kejahatan yang merugikan itu, marah dan berkata,

"Kalau marah dengan kelakuan aku, ya lampiaskan ke aku aja, nggak usah bawa-bawa ortu aku!"

Uwoowwwww uwwwooooowww!

Ini the most hal terlucu sedunia nggak sih?

How about, "JANGAN MERUGIKAN ORANG LAIN, JIKA INGIN ORTUNYA AMAN, NGGAK DIBAWA-BAWA ORANG LAIN?" 

wkwkwkwk..

Aneh banget kan! Bisa-bisanya dia bebas merugikan orang lain, tapi udah merugikan orang lain, masih juga menyetir perilaku sakit hati korban!

Aneh banget deh!

Ini bukan hanya terjadi ke saya ya, sering banget loh saya liat pertengkaran orang di medsos, yang akhirnya masalahnya merembet ke mana-mana. Ujung-ujungnya ortunya juga ke bawa-bawa.

Bukan hanya ortu sih ya, anak dan keluarga besar juga.

Contohnya, waktu kejadian viral si Farida Nurhan yang mengomentari Codeblu secara kurang sopan. Si Omay (nama panggilannya) sebenarnya pasang mental kuat dibully se Indonesia raya.

Namun, auto mental down, ketika anak dan cucunya jadi ikut kebawa-bawa dalam masalahnya yang sebenarnya nggak ada hubungannya dengan anak cucunya.

Kalau udah kayak gini, seperti biasa si pelaku akan bermain playing victim.

"Urusannya sama saya, jangan bawa-bawa keluarga!"

Etdaaahh, enak aja dia menyetir sakit hatinya para korban.

Jaga Sikap itu Sama Dengan Jaga Nama Baik Keluarga dan Ortu

Coba gitu ya, orang-orang yang suka dengan entengnya merugikan orang lain, bisa menyadari. Bahwa menjaga sikap itu, sama dengan menjaga nama baik keluarga, termasuk ortu.

Setidaknya, itu yang selama ini saya pegang teguh.

Saya bukanlah sosok manusia yang beruntung punya ortu dengan kiprah luar biasa positif. Tidak.

Ortu saya bahkan bisa dibilang punya banyak kekurangan, apalagi bapak. Ortu juga banyak menorehkan luka di hati saya ketika kecil bahkan hingga kini menjadi inner child yang terluka.

Tapi buat saya, menjaga nama baik mereka adalah hal yang penting. Tidak akan saya biarkan celah orang menghina ortu saya, apalagi jika itu dari akibat sikap buruk saya.

Bukankah itu menjadi sebuah target penting untuk kita, agar lebih berhati-hati dalam mengambil sikap. Lebih peduli dengan nama baik ortu, bukan berarti membungkam sikap para korban kejahatan kita dalam mengekspresikan rasa sakit hatinya.

Tapi, bagaimana sikap kita menjaga nama baik ortu dan keluarga, dengan tidak memberi celah ada buat orang lain, untuk berhak mengganggu keluarga kita.

Kalau saya sering menyebutnya.

Jangan bungkam mulut dan sikap orang yang berhak menyakiti kita! Tapi buatlah orang lain tidak punya hak atau alasan apapun untuk mengungkit dan bawa-bawa ortu dalam masalah kita!

 

Begitulah.

Kalau Temans, punya pengalaman kasih ucapan pedas bagai cabe rawit dari Manado yang pedasnya luar biasa? hahaha.

Surabaya, 13 Desember 2023