Tulisan ini sebenarnya sebagai lanjutan dari cerita perjalanan memakai jilbab ala Rey kemaren. Karena kemarin tuh nulisnya buru-buru, keburu pukul 12 malam dan tulisan harus dikumpulkan, akhirnya saya bagi jadi 2 tulisan saja.
Kalau di tulisan sebelumnya saya sudah menceritakan awal mula saya memakai jilbab, lengkap dengan alasan membagongkan dalam memutuskan berjilbab.
Lalu perjalanan saya dalam memakai jilbab, menemukan tantangan yang luar biasa, salah satunya kesulitan dalam mencari pekerjaan salah satunya karena saya berjilbab.
Namun akhirnya saya bertahan dalam menggunakan jilbab, sampai akhirnya bekerja di perusahaan Chinnese dan menjadi pelopor pertama wanita muslimah berjilbab.
Keajaiban jilbab juga saya rasakan ketika bekerja di proyek pelebaran tol. Harus lembur sampai tengah malam seorang diri perempuan di tengah rekan lelaki yang menonton film dewasa di kantor.
Alhamdulillah, saya aman tak diapa-apain oleh mereka. Mungkin karena penampilan saya yang mengenakan jilbab kali ya, Alhamdulillah semua rekan kerja bisa menghormati saya bahkan menjaga dengan baik.
Keajaiban jilbab juga saya rasakan, sebagai jilbab atau penghalang saya dalam pergaulan yang lebih banyak mudharatnya, salah satunya nggak bisa ikutan ke diskotik atau semacamnya, dengan alasan berjilbab.
Namun, dibalik keajaiban jilbab yang saya rasakan tersebut, masih ada PR terbesar buat saya untuk lebih menyempurnakan jilbab tersebut, di antaranya:
1. Bisa berjilbab di depan semua lelaki non mahrom
PR terbesar saya hingga saat ini adalah bisa menutup aurat di depan semua lelaki non mahrom tanpa kecuali.
Iya, meski saya selalu mengenakan jilbab, tapi ada masa saya tidak berjilbab meskipun di depan lelaki non mahrom, yaitu Kakak dan Adik ipar.
Alasannya sih, saya malas berjilbab mulu apalagi kalau hanya di rumah keluarga. Dan begitulah, meski sekarang sudah lebih sopan dengan mengenakan pakaian panjang, tapi saya masih malas menutup semua aurat meski ada Kakak Dan Adik ipar.
Sudah mendingan sih, dulu ketika saya tinggal di rumah mertua saat si Kakak Masih bayi, saya bahkan sering pakai celana pendek di rumah, kadang juga habis dari kamar mandi ya pakai handuk biasa aja di depan Kakak Dan Adik ipar *hadeh 😪
Bukan hanya di depan para ipar, kadang juga saya malas pakai jilbab ketika ada si tukang kurir, babang gofood maupun semacamnya.
Sering juga, ketika buang sampah saya ogah pakai jilbab, meskipun sepi, tapi siapa tau kan tetangga ada yang liat?.
2. Bisa mengenakan pakaian tertutup syar'i
PR kedua adalah agar membiasakan mengenakan pakaian syar'i. Beberapa pakaian saya masih ketat dong, terutama celana panjang.
Ditambah bentuk tubuh yang memang lebar, dengan BB yang bertambah, makin ketatlah celana saya.
Saya juga masih sulit menggunakan gamis lebar, pakai rok aja harus cari yang agak pendek, karena kalau enggak pasti keinjak, apalagi kalau lagi di tangga.
Saya juga nggak betah pakai jilbab panjang dan tebal, gerah banget.
Meskipun sebenarnya pengen loh, karena melihat Kakak saya sudah lama tak lagi pernah memaknai celana tanpa dipadu dengan rok panjang atau gamis.
Jilbabnya juga panjang dan tebal, dan saya hanya ternganga melihatnya, karena I know betapa gerahnya itu.
Tapi, kata Kakak saya sih, lama-lama bakal terbiasa, dan nggak terlalu terasa gerah lagi.
Mari kita lihat, kapan nih si Rey bisa mengikuti kakaknya. Sekarang sih sudah jarang beli celana, lebih banyak beli rok, tapi ya kalau dipikir-pikir sama aja. You know, saya tuh kalau pakai rok, sering banget tanpa sadar saya angkat sampai keliatan pahanya, wakakakaka.
Nggak keliatan jelas sih, karena saya pakai legging, tapi kan ya sama aja yak.
3. Membiasakan berpakaian longgar dan panjang meski di rumah
PR lainnya yang juga harus dilakukan adalah mengurangi ataupun menghilangkan kebiasaan memaknai celana pendek.
Ampun deh, sebenarnya saya udah pernah mempraktikan ini, ketika 3 bulanan di rumah eyangnya anak-anak, dan saya hanya mengenakan kaos lebar dan celana panjang.
Namun, entah mengapa, setelah nggak lagi di rumah itu, kebiasaan saya pakai celana pendek kembali datang.
Ya gimana ya, aslinya saya nggak kuat pakai celana panjang seharian, karena gerah banget. Paha dan betis saya rasanya gatal-gatal saking gerahnya.
Mungkin ada yang bilang, kenapa nggak pakai daster panjang aja.
Duh, buat si Rey ya, pakai daster itu ibarat pakai kaos aja nggak pakai celana, karena bisa dipastikan CD nya ke mana-mana tuh, hahahaha.
Masalahnya adalah, anak-anak kan laki, dan semakin gede, tapi maknya pakai celana pendek mulu, pegimana ceritanya itu yak, hahaha.
Semoga aja saya bisa membiasakan memakai pakaian longgar dan panjang meski di rumah, agar ketika ada orang lain, saya bisa segera pakai jilbab lebar saja.
Nah masalahnya juga nih, sudah saya belain dong beli bergo lebar dan panjang, tapi jarang dipakai karena nggak tahan dengan gerahnya.
Ampyun emang si Rey.
Begitulah 3 PR terbesar saya dalam memakai jilbab dengan lebih baik lagi.
Kalau Temans, gimana?
Surabaya, 15 April 2024
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)