10 Etika Makan di Tempat Makan Umum, Jangan Malu-Maluin Deh!

etika makan di tempat umum

Tadi malam saya sedang makan di bakso Solo dekat kampus B Unair, lalu berakhir dengan hampir mengeluarkan semua isi perut yang ada.

Bukan masalah baksonya yang aneh ya, Alhamdulillah meski tempatnya terbilang sederhana, warung bakso tersebut masih Rey friendly-lah *halah, hahaha.


Cerita si Rey yang Super Jijikan dan Kejadian Nggak Asyik Ketika Makan 

Terserah deh dibilang pick me seperti kata anak-anak mudah di zaman now. Tapi sudah sering saya ceritakan di banyak tulisan saya, salah satunya di tulisan tentang 5 fakta menarik tentang Reyne Raea ini.

Bahwa, betapa level jijikan ala Rey itu luar biasa menakjubkan, hahaha.

Semua keluarga dan orang terdekat saya sangat paham akan hal ini, bahkan Bapak yang egois selalu menghargai karakter jijikan saya yang super ini.

Mama selalu menjauh dari saya, ketika ingin makan sesukanya, biar saya nggak kehilangan selera makan. Kakak saya juga nggak berani ngomong yang aneh-aneh ketika saya sedang makan.

Anak-anak saya, bahkan si Adik, nggak berani pup dan rela menahan meski kebelet, kalau maminya sedang makan. Bahkan si Kakak rela cari toilet yang jauh jika memang kebelet sementara maminya masih mengunyah.

Papinya anak-anak? bahkan akan segera mandi, pakai parfum segambreng ketika baru nyampe, karena takut dia akan mengeluarkan BB yang bikin saya rewel, wakakaka.

Luar biasa banget pokoknya.

Meski demikian, ketika kecil kekurangan saya yang super jijikan ini, sering banget dimanfaatkan kakak saya untuk saling mengejek.

Misal, saya berselisih dengan kakak, dia bakal pura-pura pegang hidung di depan saya makan aja, udah cukup bikin saya menjerit, lalu menggebuk kakak saya itu, wakakakak.

Tauk dah, level super jijikan saya ini, dari mana munculnya, yang jelas hal ini sering merepotkan diri sendiri jadinya.

Seperti tadi malam, saya yang siangnya abis anter anak-anak test coding di Codero Surabaya. Pulangnya setelah upload foto, saya ajak anak-anak beli sampul buku di Sakinah Supermarket.

Di jalanan si Kakak mengeluh lapar, sekalian deh saya ajak makan di luar, karena paham banget dengan kode-kode si Kakak seperti itu yang biasanya pengen diajak makan di luar.

Kebetulan juga, udah lama banget saya nggak pernah ajak mereka makan di luar, saking lagi penghematan luar biasa sejak beberapa bulan terakhir, hahaha.

Awalnya, si Adik pengen makan McD, tapi urung karena kami terbayang bebek goreng Purnama. Nah, kebetulan dari sekian banyak bebek goreng Purnama di Surabaya, hanya 1 tempat yang paling cocok buat kami, baik rasa, tingkat kematangan bebek gorengnya, sama kebersihan warungnya.

Agak jauh sih tempatnya, di jalan Ngagel Jaya Selatan sana.

Dengan menempuh jalanan yang macet karena pas magrib di Jumat sore, kami sampai deh di jalan Ngagel, lalu sedih melihat warungnya enggak buka, hiks.

Bingung mau makan apa, terpikirkanlah makan bakso kesukaan kami, dengan alasan harganya paling murah, mengenyangkan dan kami juga udah lama nggak makan bakso.

Si Adik semangat, si Kakak meski kurang semangat karena udah memikirkan bebek goreng, ternyata gagal, akhirnya juga setuju.

Berangkatlah kami ke bakso dekat Unair tersebut, dan sampai di sana, ternyata warungnya ramai, tapi masih ada kursi dan meja yang kosong dan bisa kami tempati.

Setelah anak-anak duduk, saya memesan 3 porsi bakso, 3 porsi nasi dan 2 minuman. Dan tidak menunggu lama, pesanan kamipun diantarkan di meja kami.

Seketika kami bertiga makan dengan lahap, terutama anak-anak yang memang udah lapar karena siang cuman makan onigiri ala-ala buatan maminya.

Ketika di tengah kegiatan makan kami, saya udah mulai nggak nyaman, ketika mendengar sekelompok cewek-cewek, yang sepertinya mereka adalah mahasiswa yang ngekos di dekat lokasi tersebut.

Mereka cuman ber-4, 3 berkerudung dan 1 nggak berkerudung, di mana ke-4 nya sebenarnya udah selesai makan bakso, tapi masih ngobrol.

Yang jadi masalah adalah, obrolan mereka dengan suara kencang itu, mulai mengganggu saya, ketika mereka dengan santai mengobrol dengan makanan yang buat saya itu ekstrim.

"Ibu kos saya kan masak rawon babi!" kata seorang cewek, entah yang mana.

Masya Allah, perut saya mulai bergolak.     

FYI, maafkan jika ini dibaca teman non muslim, maksud saya bukan merendahkan jenis makanan. Tapi, karena memang sebagai seorang muslim, sejak kecil diajarkan tentang makanan yang tidak halal itu haram dimakan.

Kebayang kan, bagaimana mualnya, bahkan ketika saya mendengar orang ngobrolin hal itu ketika saya sedang makan, makan bakso pulak! which is ....bakso babi kan juga banyak, huwaaa....

Mereka terus mengoceh, dan lagi-lagi membahas babi, bahkan lebih ekstrim, mereka juga menyinggung tentang anjing.

"Ih aku nggak nyangkah loh, ada orang yang tega makan anjing!" kata seorang cewek, entah yang mana.

"Loh, di Jawa Tengah banyak loh, itu malah di pinggir jalan banyak yang jual daging anjing!"

Oooo mai gudness!

Saya langsung menoleh, mau menegur mereka, tapi mulut masih terasa kaku, karena mereka memang sempat memperhatikan saya yang menoleh terang-terangan ke mereka. Tapi tetep aja dilanjutkan.

Perut saya udah nggak bisa kompromi lagi bergolak, lalu tiba-tiba si Kakak, yang sebenarnya level jijikannya nggak separah maminya, juga ikutan nggak kuat ngabisin baksonya.

Auto keluar tanduk singanya si Rey.

Iya, i know singa nggak bertanduk, tapi saking kesalnya saya udah berasa jadi singa yang bertanduk, wakakakaka  

Seketika saya langsung tegur mereka semua,

"Mbak, maaf ya, tapi saya mual loh, di sini kan makanan halal, yang makan sebagian besar muslim, jangan bahas makanan yang ekstrim dong, atau kecilin suara kalian, saya udah nggak sanggup habisin bakso saya loh, tuh anak saya juga nggak bisa lanjut makan!"

Alhamdulillahnya, mereka mau bertindak kooperatif, seketika mereka berhenti membicarakan makanan ekstrim itu, dan malah segera membayar bakso yang mereka makan lalu pergi.

Syukur Alhamdulillah.

Meski demikian, saya udah nggak sanggup ngabisin makanan saya, untungnya si kakak masih lapar, dan masih berusaha ngabisin makan dan berhasil.


10 Etika Makan di Tempat Makan Umum, Jangan Malu-Maluin Deh!

Btw, ini bukan kali pertama saya mengalami hal yang kurang mengenakan dari sikap beberapa orang ketika makan loh. Dan seringnya terjadi di warung bakso tersebut, dengan pelaku yang hampir sama, para cewek-cewek.

ngomongin babi dan anjing saat makan bakso

Bahkan 2 kali sebelumnya saya sampai nekat pindahin mangkuk ke meja yang agak jauhan, hanya karena nggak sanggup telan bakso, sementara di samping saya ada cewek, pakai jas putih keknya mahasiswa kesehatan atau kedokteran, entahlah. Dia makan bakso sambil srot srot ingusnya loh.

Ya ampuuunnnn, muaaaaallll banget, hiks.

Memang sih, mungkin dia nggak lagi pilek, hanya karena makannya kepedasan, jadinya meler. Tapi plis lah, kan bisa loh lap melernya tanpa suara dengan tissue. 

Saya juga pernah kok, ketika lagi pilek dan makan di luar, apalagi makanannya panas dan pedas, otomatis melernya tambah keluar kan.

Tapi bisa banget loh kita lap meler tanpa ada suara, serius.

Meski makan di warung makan, plis lah jangan lupakan etika yang ada, karena etika tersebut melatih kita untuk selalu punya manners yang baik ketika makan di tempat umum mana pun.

Di antaranya:


1. Pastikan Tidak Ada Bau Badan yang Tak Sedap

Untungnya sih, saya belum pernah mengalami secara langsung, makan di samping orang bau ketek parah, hahaha.

Tapi serius, meskipun mungkin kita cuman makan di warung, bukan di resto, boleh dong kita tetap menganut manners yang baik.

Setidaknya memastikan kalau kita nggak sedang menguraikan aroma nggak sedap, yang bikin orang-orang mual ketika sedang makan, hehehe.


2. Jangan Makan dengan Mengecap

Meski makan di warung kaki lima, plis lah jangan mengecap, itu nggak asyik didengar, dan kalau saya jatuhnya jadi jijik dong, hiks.

Kenyataannya, banyak orang yang di manapun makan, tetap denga mengecapnya. Saya sering ketemu di McD ketika dulu sering nongkrong di sana. Di mana ada cowok dengan dandanan rapi, aroma parfumnya semerbak. Eh pas makan,

caappp, caappp, caaappp...

Ya elah! Memalukan dan menjijikan tauk!. Dan hal ini yang sering banget saya ajarkan ke anak, terutama si Kakak yang memang struktur giginya kacau sehingga sering makan dikecap tanpa disadarinya.

Tips biar nggak ngecap adalah, pastikan mengunyah makanan dengan mulut yang tertutup.


3. Jangan Makan sambil Membunyikan Cairan Hidung

Plis lah, biar kata di kaki lima, bahkan menurut saya khususnya di kaki lima ya, karena seringnya kita harus makan dengan duduk berdekatan. Lalu makan pedas atau panas, kalau meler tolonglah dilap tanpa suara srot-srot.

Daripada saya byor di situ, kan lebih runyam, hahaha.

Dan hal ini bisa jadi habit loh, akan terbawa ketika suatu saat makan di tempat yang lebih mentereng, kan lucu kalau kudu sambil srot-srot.


4. Jangan Kentut di Tempat Makan Umum

Kalau ini mah udah terlalu parah ya, Alhamdulillah nggak pernah dan jangan pernah ngalamin, karena bakalan kacau balau selera makan.


5. Jangan Membicarakan Hal yang Menjijikan/Ekstrim Secara Terang-Terangan 

Meskipun membicarakan makanan, tapi jika makanan yang dibicarakan adalah makanan ekstrim buat kebanyakan orang, itu termasuk dalam sebutan menjijikan loh, karena sejak kecil tahu hal itu haram.

Tadi plis lah, kondisikan suara ketika ngobrol hal yang bikin orang lain nggak selera makan.  


6. Kondisikan Anak Agar Tidak Mengganggu Orang Lain

Ini buat para ibu-ibu dan ayah-ayah juga sih, ketika mengajak anak makan di luar, baik di restoran maupun warung makan, pastikan bahwa anak bisa kita kendalikan, sehingga nggak keluyuran sendiri dan mengganggu serta merugikan orang lain.  


7. Jangan Membersihkan Gigi Secara Terang-Terangan di Depan Orang Lain

Plis jangan bersihkan gigi dengan tusuk gigi secara terang-terangan di depan orang yang sedang makan. Itu men jijay kan tauk.

Akan lebih baik jika dilakukan di toilet, atau di luar warung. Atau jika memang udah tak bisa ditunda, pastikan membersihkan gigi dengan menutupnya pakai tisue, atau dengan menunduk di bagian bawah meja. Intinya, jangan di depan orang lain, apalagi  yang sedang makan.


8. Jangan Merokok Sembarangan Meskipun Tidak Ada Larangan

Meskipun makannya di warung makan kaki lima, tapi boleh dong attitude terus ada. Please lah untuk tidak merokok sembarangan, apalagi kalau ada anak kecil di sekitar itu.

Walaupun juga tak ada larangan untuk merokok di situ ya, tapi boleh lah secara etika tetap terjaga. 


9. Jika Ramai, Jangan Nongkrong di Tempat Makan Terlalu Lama

Yang tak kalah penting juga, ketika kita makan di warung makan dan setelahnya masih ingin bersantai ngobrol bareng.

Silahkan saja, asalkan bukan pada waktu warung atau tempat makan sedang ramai dan orang pada ngantri.


10. Susunlah Bekas Peralatan Makan dan Sebagainya Dengan Rapi

Satu hal receh yang juga bikin saya jadi nggak selera makan alias jijay an adalah, bekas piring atau makanan sisa yang tidak habis ketika pesan terlalu banyak.

Termasuk piring atau wadah bekas makan, dibiarkan bergeletak gitu di atas meja dengan sangat kacau. 

Coba deh untuk membiasakan makan sampai sisa makanan habis tak bersisa, lalu setelahnya tumpuk wadah makanan agar memudahkan pelayannya mengangkut piring kotor, dan membersihkan mejanya.


Kesimpulan dan Penutup

Pentingnya menjaga etika makan di tempat umum untuk menghormati orang lain yang juga sedang menikmati makanannya. 

Beberapa poin utamanya adalah tidak membicarakan hal-hal yang menjijikkan atau ekstrem, menjaga kebersihan dan bau badan. Tidak mengeluarkan suara yang mengganggu saat makan, serta mengendalikan anak-anak agar tidak mengganggu orang lain. 

Etika-etika ini membantu menciptakan lingkungan makan yang nyaman dan menyenangkan bagi semua orang


Surabaya, 26-07-2024

Blogger Surabaya - Reyne Raea

Sumber: Opini dan Pengalaman Pribadi 

Gambar: canva edit by Rey

8 komentar :

  1. Sama kalo lagi makan rame-rame jangan terlalu berisik, ganggu banget orang lain yg lagi menikmati makanannya..

    Emang kadang-kadang aturan gak tertulis gini tuh suka ada aja yg ngeyel dan cuek.. kaya ngebiarin anaknya lari2an di sekitar meja kita kan jadi ganggu..
    padahal etika di tempat umum kan wajib dilakuin yaa

    BalasHapus
  2. Etika dan adab. Penting banget. Apalagi untuk urusan makan di tempat umum, khususnya yang (maaf) di warung-warung murah. Bukan dengan maksud melecehkan atau merendahkan ya Mbak. Tapi memang adab tak terjaga saat berada di warung/rumah makan di skala itu. Meski saya tidak separah Mbak Rey, saya juga sering banget ilfil kalo lihat orang-orang yang tak menjaga adab di tempat makan. Pernah loh saya ngalamin anak kecil teriak-teriak pengen pup sementara ortunya santai aja, ngabisin makanan. Si anak nangis jejeritan hingga akhir pup di celana. Astaghfirullah. Saya loh langsung banting piring terus keluar Mbak.

    BalasHapus
  3. Angkat dua jempol tangan nih buat Kak Rey di poin terakhir. Makan sampai habis, kemudian menumpuk piring dan wadah lain yang sudah tandas isinya di meja tengah. Kalau bisa juga, sekitaran meja makan yang mungkin kena embun dari gelas minum kita, dilap dikitlah pakai tisu makan yang tersedia. Selain membantu yang punya tempat makan saat menyediakan tempat untuk pengunjung selanjutnya, kan jadi sarana kita berbuat baik juga.

    Oh, sama yang merokok nih. Beneran nggak nyaman walau asapnya tipis-tipis atau itu rokok elektrik yang wanginya nggak seperti bau rokok konvensional. Tetap saja, mengganggu.

    BalasHapus
  4. Walaupun jijikannya ekstrim banget
    Saya setuju banget dengan semua etika di atas
    seperti ketika membuang ingus ketika sedang makan
    Duh bikin mual banget dengar srot...srot buang ingus sementara kita sedang menyuap kuah bakso

    BalasHapus
  5. Namanya makan di tempat umum, memang mesti bisa memperhatikan sekitar ya mbak, nggak bisa seenaknya seperti kalau di kamar/rumah sendiri.
    Saya juga jijikan, paling sebel kalau ada orang pilek terus buang/sedot ingus seenaknya

    BalasHapus
  6. Mbak, yang nomor 4 itu di luar kehendak pemilik badan, hihihi. Tapi mungkin bisa diberi tambahan kalau kentut jangan bunyi. Hihihi. Becanda ya mbak, karena memang mengganggu, sih. Apalagi saya waktu kecil (dan diteruskan anak) kalau saat makan/tidak dengar suara kentut/sendawa itu asam lambung berasa naik. Pengen muntah.

    BalasHapus
  7. Wah, parah sih menurut ku. Bahasan yg seharusnya tidak di bahas di tempat itu. Lagi makan lho, iya kalo mereka ngopi di warkop. Hmmm.. Saya aja kalo lg makan trs ada yg lagi ketawa barengan secara keras kadang suka keganggu. Kn ini tempat umum gitu lho.

    BalasHapus
  8. Aku juga jijikan, ka Rey..
    Tapi selama ga ada "benda"nya yang tercium, aku masi aman sii..
    Tapi kalo uda bauu...aku sensi banget. Ga bisa banget sama bau "aneh" apalagi menyengat.

    Rokok tuh yang paling parraah..
    Jadi sebisa mungkin ga deket deket ama smoking area..suka sumpek dan mendadak pusing.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)