Sejak awal kemunculan serius saya di dunia blogging for money, saya mengambil tema blog pribadi atau biasa juga disebut personal blog.
Sayangnya, semakin banyak belajar tentang dunia blog, saya jadi terpengaruh dengan teori-teori blogging yang sebenarnya nggak sepenuhnya bagus untuk semua blogger.
Salah satunya, teori yang sering dikatakan sebagian blogger.
"Mau sampai kapan nulis nggak faedah yang isinya curhat doang?"
"Jangan mimpi bisa menghasilkan uang, kalau blognya berisi tema gado-gado!"
Oonnya si Rey ini, padahal ketika itu saya udah merasakan menerima uang dari hasil kerja sama blog. Bahkan, dulunya sebagian besar klien yang ngajak saya kerja sama itu, dari brand langsung. Saya mendapatkan tawaran melalui email.
Tapi bisa-bisanya saya jadi terpengaruh teori tersebut, dan mulailah saya mengerucutkan tema di blog ini jadi lebih kecil.
Bahkan, saking pengen ngikutin teori itu, saya sampai buka blog lain untuk tulisan curhat dan diary. Padahal, beberapa pembaca setia saya di blog ini, ya datang karena cerita itu.
Plak dah si Rey!.
Waktu berlalu, nggak ada juga kenaikan PV yang signifikan, malahan semakin turun. Bukan hanya itu, saya jadi merasa kok kayak dilarang mengekspresikan diri di blog saya sendiri. Di blog dengan nama saya sendiri.
Sampai akhirnya saya tersadar, ya sudahlah ya, pengen back to settingan awal, biar nulisnya lebih semangat dan pakai hati.
Karena, tema blog saya di settingan awal adalah blog pribadi, isinya ya semua cerita saya pribadi, palingan ada beberapa aja yang tulisannya terlalu umum, karena menerima kerja sama content placement.
Apa itu Blog Pribadi
Saya setuju dengan tulisan www.studysmarter.co.uk tentang definisi personal blog.
Blog pribadi adalah blog yang isi, tampilan dan segalanya dibuat atas selera, keinginan dan kebutuhan si empunya blog.
Jadi, mau pakai template yang ribet, lucu atau simple?. Isinya bertema macam-macam atau ala gado-gado kek, semua dibuat sesukanya oleh empunya.
Bahkan, kalau menurut saya, pemilik personal blog itu, tidak selalu butuh banget pembaca, mereka menulis untuk dirinya sendiri. Tapi nggak masalah jika dibaca orang lain.
Dan karena semuanya sesuka empunya blog, kebanyakan blog pribadi tuh berisi tulisan yang lebih 'hidup', karena nulisnya pakai hati banget.
Ini adalah tulisan-tulisan saya dahulu.
Kalau baca-baca lagi tulisan saya dulunya, seringnya saya sendiri malah terhibur dengan tulisan itu. Nggak ada tuh yang namanya saya malah jadi malu karena nulisnya alay.
Justru bikin saya bersyukur, karena teringat kembali, bagaimana naik turunnya kehidupan saya, dan ternyata saya bisa melewatinya.
5 Keuntungan Mengelola Blog Pribadi Bagi Ibu Rumah Tangga Ala Rey
Sebenarnya, mengelola personal blog ini sangat cocok untuk dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Untuk semua orang juga sih, tapi karena ibu rumah tangga tuh emang kita tahu banget ya, how rempong they are.
Dan mengelola blog itu, even keliatannya 'cuman nulis' aja, tapi percayalah, aslinya ya nggak 'cuman nulis' doang.
Bahkan hanya untuk menuliskan tulisan curhat dan bercerita, butuh banget mood dan pikiran yang nyaman serta tenang, untuk menuangkan semuanya ke dalam tulisan yang readable.
Tapi, masih mending sih ya ketimbang menulis tulisan yang diatur SEO lah, harus memperhatikan teori menulis dengan baik dan benar lah.
Secara umum, ada 5 keuntungan yang saya rasakan sebagai ibu rumah tangga yang mengelola blog pribadi, di antaranya:
1. Lebih mudah
Karena tulisannya lebih ke-tema menceritakan pengalaman diri termasuk curhat mengeluarkan semua uneg-uneg hati dan pikiran.
Tentunya hal ini biasanya udah ada di kepala, jadi lebih mudah dikeluarkan, tanpa effort yang lebih kayak tulisan yang sempurna layaknya tesis *eh.
Risetnya juga nggak perlu yang harus butuh waktu berhari-hari, menyiapkan keyword sampai berminggu-minggu.
Intinya, pengalaman saya dalam mengelola blog pribadi tuh jauh lebih mudah dan enak nulisnya.
2. Bisa jadi wadah branding untuk menjadi influencer
Kata orang dunia blog mulai meredup, lalu sebagian blogger mulai hijrah ke hal lain, seperti menjadi konten kreator, baik di media sosial maupun buat affiliasi beberapa platform.
Padahal, terus mengelola blog meski (katanya) dunia blog mulai ditinggalkan itu, tak akan membuat blogger jadi kehilangan mata pencarian.
Kita bisa mengubah blog sebagai sarana branding yang tepat untuk bikin kita jadi influencer.
Influencer yang saya maksud di sini, tidak selalu yang follower media sosialnya seabrek ya. Yang kalau posting di media sosial view-nya jutaan.
Enggak ya.
Dunia influencer kan ada beragam, ada nano, mikro dan makro.
Yang saya maksudkan adalah, bisa jadi karena tulisan di blog kita sering dibaca orang, bikin mereka jadi kenal kita sebagai blogger. Dan tanpa mereka sadari, apa yang kita lakukan, diikutin oleh mereka.
Ini yang dulu saya rasakan ketika sering membaca blog pribadi Grace Melia, salah seorang blogger personal yang menjadi acuan banyak blogger Indonesia.
Dengan menggunakan blog sebagai media branding, bikin kita dikenal banyak orang, sehingga tawaran kerja sama akan selalu datang. Bisa dalam bentuk kerja sama tulisan di blog, kerja sama di akun media sosial, hingga menjadi pembicara.
Untuk poin pembicara ini, saya yang baru ngeblog 6 tahunan aja, udah sering banget terima penawaran, tapi saya tolak. Apalagi kalau yang udah konsisten menulis di blog lebih lama dari saya.
Misal kayak Mba Fanny si Ratu Meong alias D'cat Queen, atau Grace Melia yang justru dari keseriusannya dulu mengelola blog pribadi. Bikin dia menemukan hal yang dia sukai saat ini.
Ini nggak akan bisa dialami oleh blogger yang mengelola blog secara khusus, kecuali memang dia benar-benar expert di bidang tersebut.
3. Bisa digunakan sebagai healing
Keuntungan lain yang juga nggak bisa disepelekan khususnya buat saya sebagai ibu rumah tangga, yaitu blog pribadi bisa banget digunakan sebagai sarana healing.
As we know kan ye, kesehatan mental itu penting banget, apalagi buat ibu yang kudu mengasuh anaknya kan. Tapi, biaya konsultasi di psikolog itu nggak selalu murah, dan konsultasi itu nggak cuman sekali dua kali, butuh berkali-kali baru terlihat hasilnya.
Karena itulah, saya nggak meneruskan konsultasi ke psikolog, karena sayang duitnya (aslinya sih, duinya masih dialokasikan ke hal yang lebih urgent, hahaha).
Tapi Alhamdulillah, saya bisa merasakan sendiri, bisa melewati banyak tantangan, yang kalau dipikir-pikir berat banget. Tapi nggak bikin sampai gila, ya karena saya rajin release semua isi kepala melalui tulisan di blog.
Nah tulisan curhat sebagai release isi kepala kayak gini, sangat tidak compatible kalau ditulis di blog bertema khusus atau profesional, hahaha.
4. Lebih disukai pembaca yang hobi baca
Kalau dilihat dari laporan bounce rate blog saya dulu, nilainya lebih kecil, karena setiap kali orang datang dan membaca isi tulisan di blog ini. Selalu berakhir dengan berselancar membaca tulisan saya lainnya, melalui similar post yang saya tampilkan.
Dan saking seringnya saya menulis tentang diri sendiri, pas ketemu orang yang pernah atau sering membaca tulisan saya, mereka langsung bisa mengenal saya secara mendalam. Bahkan ingat beberapa momen yang saya tuliskan, padahal saya sendiri udah lupa saking pikunnya, hahaha.
Memang sih, untuk mengukur tingkat kesukaan pembaca akan isi tulisan kita, wajib banget cek bounce rate. Karena banyak blog yang pageview-nya terlihat banyak, tapi pembaca masuk hanya untuk membaca 1 artikel yang mereka butuhkan, setelah itu mereka segera keluar dan menutup blog tersebut.
Berbeda dengan para pembaca yang hobi baca, mereka membaca tulisan kita karena tertarik dan seringnya menghabiskan banyak waktu di blog kita.
5. Bisa menghasilkan uang
Dan yang terakhir ini nih disukai banyak orang, apalagi buat para ibu rumah tangga kayak saya kan. Ketika menulis curhat tapi dibayar, alias menghasilkan uang.
Bahkan sejak awal membangun blog yang dulunya masih murni personal blog, isinya kebanyakan curhat. Saya sudah sering menerima kerja sama blog dengan fee blogger yang lumayan, bahkan jauh lebih lumayan nilainya ketimbang sekarang.
Jadi, sebenarnya mengelola blog pribadi itu, nggak melulu nggak baik seperti kata para (who called) mastah tersebut.
Karena dari pengalaman saya, justru lebih bisa merasakan keuntungan yang lebih seperti di atas.
Kesimpulan dan Penutup
Seiring waktu saya akhirnya menyadari, kalau selama ini telah salah karena terpengaruh oleh teori-teori yang meremehkan blog personal yang berisi curhat. Sehingga mengubah fokus blog menjadi lebih spesifik.
Karena perubahan ini tidak juga membawa peningkatan yang signifikan dalam popularitas blog, bahkan menghadirkan rasa tidak nyaman ketika ngeblog. Akhirnya, saya memutuskan untuk kembali ke format blog personal, karena lebih memuaskan dan otentik.
Blog pribadi adalah blog yang konten dan tampilannya dibuat sesuai selera pemiliknya. Ada 5 keuntungan utama mengelola blog seperti ini bagi ibu rumah tangga, yaitu: lebih mudah dikelola, bisa menjadi wadah branding sebagai influencer, digunakan sebagai sarana healing, lebih disukai oleh pembaca yang hobi membaca, dan bisa menghasilkan uang.
Jadi, Temans khususnya IRT memilih mengelola blog pribadi atau dengan niche khusus?.
Surabaya, 16 07 2024
Blogger Surabaya - Reyne Raea
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Ngeblog emang seseru itu sih, dan setuju banget bahwa ngeblog itu banyak untungnya. Tapi dulu awalnya saya juga ngeblog karena senang cerita dan curhat, apa saja diceritakan. Namun seiring waktu akhirnya tahu juga kalo ternyata ngeblog itu emang banyak untungnya apalagi bisa dapat cuan, jadi makin happy ngeblognya. :)
BalasHapusI feel you Mbak Rey. Meski mungkin kondisinya tidak se-extreme seperti yang diurai di atas. Tapi yang pasti, pas awal ngeblog, keknya gampang banget terpengaruh dengan omongan2 orang lain, khususnya dari rekan senior. Namun by the time, seiring dengan waktu, saya bisa memahami dan mengendalikan diri sendiri. Khususnya menemukan DNA menulis yang jadi ciri khas diri sendiri.
BalasHapusKeep writing and inspiring Mbak Rey. Karena sering kali loh, tanpa kita sadari, apa yang sudah kita tulis, telah memberikan inspirasi bagi yang membacanya. Bahkan bisa menjadi masukan dalam memecahkan masalah pribadi.
setuju banget Mbak Rey, curhat kan jadi pembeda blog pribadi dengan media mainstream yang temanya sering sama dengan yang kita tulis.
BalasHapusKarena itu saya ngakak waktu ada blogger yang nulis status di facebook tentang blog yang isinya curhat.
Lha piye to? :D
5 alasan inilah saya tetap menjadi blogger meski sudah 17 tahun. Kalau jenuh pun minimal dalam sebulan ada beberapa postingan. Di tulisan rekomendasi/sharing bisa curcol kecil tuk healing, dan... seringnya postingan yang dibayar. Kan senangnya dobel-tripel, ya.
BalasHapus