Mungkin Ini Hanya Sekadar Rindu yang Tiba-Tiba Tercetus Oleh PMS

curhat tiba-tiba rindu

Tumben banget malam ini saya kesulitan mencari ide buat tulisan, padahal kalau liat jadwal, hari ini tuh waktunya saya menulis tentang Diary Rey.

Btw, akhirnya kegiatan saya menulis diary di blog lain, terhentikan. Alasannya, saya mulai sangsi dengan pilihan membuat blog ini jadi blog dengan niche yang bukan saya banget.

Apalagi, melihat trafik yang tetap belum bisa naik lagi. Kalaupun naik, biasanya karena serangan nggak jelas dari negara lain.

Mungkin karena itu juga kali ya, blog saya jadi buruk di mata google. Tapi sudahlah, capek mikirin blog, hahaha. Intinya, saya akhirnya memutuskan untuk tetap menulis hal-hal tentang kehidupan saya seperti dulu di blog ini. Karena toh domainnya pakai nama saya kan.

Jadi begitulah, hari ini tuh waktunya nulis tentang Diary, tapi sampai pukul 21.30an, saya belum dapat ide mau nulis apa.

Padahal, saya juga belum nyiapin keperluan si Adik buat sekolah besok, belum prepare sarapan dan bekal mereka pula. Tadi keluar beli jajanan sekolah hingga seminggu, tapi nggak nemu roti yang bagus tapi terjangkau buat bekal. Keknya ujungnya saya bakal bikin bekal nasi kepal atau onigiri ala-ala lagi deh besok.

Kembali ke hal yang ingin saya tulis, temanya mungkin saya terbawa perasaan melihat timeline media sosial. Yang banyak membahas kepergian seorang selebgram yang terkenal dengan nama papa Dali, papanya bayi lucu bernama Kamari yang aktif di TikTok.

Dia kecelakaan tunggal Kamis malam kemarin, sehingga menyebabkan dia tewas seketika di tempat. Seketika, banyak netizen yang menangisi kepergiannya. Karena biar gimanapun, image-nya begitu positif di media sosial yang selalu sabar dan telaten mengurus putri kecilnya yang saat ini berusia 10 bulan, Kamari.

Hari ini, saya iseng buka TikTok mau upload konten yang abis saya upload di medsos lain, eh malah gagal fokus nggak jadi upload konten, gegara liat proses melarung abu kremasi si papa Dali tersebut.

Yang bikin gagal fokus tuh, karena melihat istrinya, si Jennifer Coppen pada acara tersebut, terlihat banget sangat bersedih dan terpukul. Namun, ada begitu banyak sahabat dan juga keluarga yang selalu menyertainya.

Ketika selesai melarung abu kremasi suaminya, Jennifer lalu dipeluk oleh mertuanya dan iparnya. 

Tiba-tiba saya jadi merasa sedih banget, nggak tahu kenapa ya, mungkin karena tiba-tiba merindukan keluarga dekat. 

Sudah lama banget sejak bapak meninggal, saya benar-benar kehilangan komunikasi dengan keluarga kandung. Mama tak pernah lagi mau membalas SMS, apalagi telpon saya.

Kapan hari, eh udah lumayan lama sih, kayaknya tahun kemarin deh, kakak ipar saya menghubungi saya, ngomongin tentang mama yang katanya mau umroh sama mama dia (mertua kakak).

Saya cuman berterima kasih sambil tersenyum, meski hati sejujurnya sedih, karena bahkan mama mau umroh pun, nggak mau sedikitpun menjawab pesan saya.

Tapi sejujurnya lagi, saya bahkan enggak nangis loh, cuman sedih aja, tapi dikit. Lalu berdoa semoga diberikan kelancaran.

Sampai mama pulang, kakak ipar dan adiknya, rajin menghubungi saya, mengirimkan foto-foto mama ketika hendak berangkat dan pulang umroh. Saya bahagia karena mama Alhamdulillah sehat, meski wajahnya terlihat tegang sekaligus happy.

Umroh memang sudah menjadi cita-cita beliau sejak lama, dan Alhamdulillah bisa tercapai sekarang. 

Karena itulah, saya ikut bahagia, karena tahu persis hal itu idaman beliau. Tapi jujur, sebagai manusia biasa, saya juga sedih banget. Sampai bertanya-tanya, ternyata benar ya ada ibu yang benar-benar melepaskan anaknya begitu saja.

Karena mama menolak dan menganggap saya nggak ada, dulu waktu ibu mertua masih ada, saya damai sekali bertemu beliau. Meskipun mungkin ibu mertua tidak benar-benar mencintai saya, selayaknya dia mencintai anak-anak perempuannya, tapi karena saya butuh sosok seorang ibu. Jadinya meski ditolak, tetap saya yang mendekat.

Itulah mengapa, saya selalu melabeli ibu mertua adalah ibu yang baik, meskipun setelah beliau meninggal, si pembokatnya kadang keceplosan kata-kata yang menyakitkan dari ibu ke saya, lewat pembokat itu. Saya pilih menutup telinga dan hati untuk itu.

Pokoknya ibu baik, meski di belakang saya suka berbicara yang sebaliknya.

Menyedihkan sekali ya saya ini, hiks.

Tapi, setelah bapak meninggal, mama tak pernah lagi peduli dengan saya, ibu mertua juga meninggal 2 tahun setelahnya. Lalu, ketika harapan satu-satunya melalui bapak mertua, dan berakhir dengan sangat sadis dan bikin shock. Saya memutuskan untuk bahagia memeluk diri sendiri saja.

Suami yang menjadi harapan terakhir juga nggak kunjung berubah, ya mau gimana lagi, ini adalah konsekwensi pilihan saya dulu, karenanya saya putuskan untuk mempertanggung jawabkan semuanya sendiri.

Sudah hampir setahun dari terakhir kalinya saya pergi dari rumah mertua, selama itu beberapa kali papinya anak-anak meminta maaf, lalu saya maafkan karena nggak mau drama lagi kan.

Saya pikir, udah terlalu tua untuk saling membenci, jadi dengan berbesar hati saya maafkan, dan semua kembali bagai nggak terjadi apa-apa. Bahkan terakhir kali, ketika dia pulang di bulan sebelum lebaran

Dia pamit mau ke rumah bapaknya ambil beberapa barang, dan tebak apa yang dia lakukan. Sampai di sana, bisa-bisanya dia ajak video call, dan memperlihatkan bapaknya.

curhat tiba-tiba rindu keluarga

Astagfirullahal adzim!

Gemetar saya rasanya, langsung saya tutup dan nyatanya setelah dia pulang, nggak merasa bersalah sama sekali.

Tapi, saya nggak bakal menceritakan hal itu sih, intinya meskipun perasaan dan kondisi saya seolah candaan bagi mereka, tapi toh saya maafkan.

Setelah dia balik ke tempat kerjanya, mulai lagi kehilangan kontak, bahkan sampai hari ini, udah berbulan-bulan nggak ada komunikasi sama sekali.

Sejujurnya, saya baik-baik saja, you know lah.

Ungkapan bahwa 'segala sesuatu yang berat tapi tidak membuatmu mati, akan membuatmu semakin kuat', itu benar adanya.

Toh pada akhirnya saya terbiasa, tak pernah lagi terlintas saya merasa sedih nggak punya pasangan. tak pernah lagi merasa nyesek ketika berkumpul di acara parents day, liat yang lain bawa suami, saya sendirian. Ya mungkin ada sedikit rasa kurang nyaman sih, tapi hal ini lebih ke saya memikirkan perasaan si Adik atau si Kakak.

Lebih dari itu, saya merasa semua baik-baik aja, selain pusing mikirin duit, wakakakak.

Saya pikir, keadaan saya yang menormalisasi hal yang mungkin bagi orang lain adalah menyedihkan ini, lantaran saya terlalu fokus mikirin duit yang mencukupi anak-anak bisa sekolah makan dan berteduh di tempat yang layak. Sehingga saya tak pernah lagi mempedulikan meski hati saya udah lama kosong.

Itu juga yang mempertahankan saya, dari godaan beberapa lelaki. Sedikitpun saya tak pernah memikirkan lagi tentang cinta-cintaan. Yang ada di pikiran saya ya cuman duit dan duit yang cukup buat anak-anak, hahaha.

Tapi tidak bisa dipungkiri sih, ada masa-masa ketika saya memasuki pre PMS keknya ya. Mood saya tuh auto swing banget. Nggak tahu kenapa, semakin tua dan mendekati menopouse (astagaaaaahhh, akoh udah mau jadi nenek-nenek dah ini, wakakakak). Tapi rasanya, mood swing di kala PMS itu semakin parah.

Ketika mendekati masa menstruasi, mood saya berantakan, jadi super sensitif, dan anak-anak sering jadi korbannya, huhuhu.

Selain itu, saya jadi mudah baper dengan hal-hal yang nggak jelas.

Kayak saat liat si Jennifer Coppen yang dipeluk banyak orang. Ada sahabat, keluarga dan para fans-nya. Tiba-tiba saya merasa sedih, tiba-tiba semua hal yang udah lama bahkan nggak pernah lagi saya pikirkan, menyeruak ke permukaan.

Tiba-tiba saya merindukan pelukan lain, selain pelukan anak-anak ganteng yang tak pernah absen memeluk maminya, even maminya lagi galak kek singa maupun lagi manis.

Tapi, menuliskan perasaan saya di blog ini, bikin semua rasa yang tadi mengganjal seketika mengurai dengan baik. Saya pikir, sebenarnya ini bukan karena nggak ada yang sayang sama saya. Hanya saja saya memang mulai menutup diri dengan siapapun.

Ada banyak teman-teman yang sayang pada saya, sama juga kayak si Jennifer Coppen. Hanya saja saya nggak enakan untuk merepotkan orang lain.

Ah begitulah, mungkin ini hanya sekadar rindu yang tiba-tiba hadir, tercetus oleh PMS. Meskipun saya bingung, apa sih yang saya rindukan?. 

Nggak ada juga sebenarnya, hahaha.

Masa kecil saya juga nggak bahagia-bahagia banget, nggak mau lagi saya mengulang masa itu. Bapak menyayangi saya, tapi memang cintanya sulit menembus hati karena curhatan mama di masa kecil akan kelakuan Bapak.

Mama juga mungkin masih mencintai saya, biar gimanapun saya juga anak kandungnya. Tapi mungkin cintanya pada saya terhalang sikap, karakter dan egonya.

Kakak juga mungkin masih mencintai saya, biar gimanapun sayalah adiknya satu-satunya di dunia ini. Tapi cintanya pada saya, terhalang egonya yang besar.

Kalau kakak ipar saya? ah sudahlah, wakakakakakakak.

Suami saya juga, saya sangat yakin, masih ada cinta di hatinya, meski mungkin hatinya mulai terisi yang lain. Saya sangat yakin, kedudukan saya di sudut hatinya, tak akan pernah bisa tergantikan siapapun.

Meskipun cintanya terhalang ego dan rasa depresinya memaknai hidup ini.

Tapi sudahlah, meski ketika menulis ini, air mata saya berderai dan saya benci hal ini, karena ketika menangis, kantung mata saya akan menjadi semakin bengkak.

Ah sudah Rey, malah nangis-nangisan, mau aja disetir moody gegara PMS, wakakakaka.

Kalau Temans yang baca, can you feel this? apakah kalian juga menangis? ayo cepat hapus air matamu, entar kerasa asinnya, wakakakaka.


Surabaya, 21-07-2024

8 komentar :

  1. Rey, kamu kuat banget 😣🤗🤗. sediiih baca ini. Trutama yg ttg ibu dan kakak mu. Aku ikut do'akan semoga hati mereka tergerak untuk mau membalas pesanmu lagi yaaa. Aku juga yakin kok ga ada ibu yg membenci anaknya. Semoga gengsi atau apapun yg menghalangi respon ibu utk contact kamu lagi juga bisa dikalahkan. 😞

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah, ini lagi PMS Mbaaaa, trus liat orang yang kayaknya kok enak punya banyak keluarga yang support, jadi mewek, hiks.
      But i'm oke.

      Terima kasih atas doanya Mba, semoga mama saya dilembutkan hatinya, dikasih kesehatan dan kesempatan bisa ketemu lagi dengan anaknya yang cantik ini *tash, wakakakakka

      Hapus
  2. Cuma bisa bilang semangat Rey.... Semangat untuk menjalani dan menikmati hidupmu. Gimanapun caranya, dikau pun berhak untuk bahagia.. hehehehe

    BalasHapus
  3. Ada anak-anak yang akan selalu mencintai mamanya Rey. Semoga sehat selalu yaa.

    BalasHapus
  4. Mata ini ikutan merembang ketika membaca akhir tulisan ini, hmm.... sehat selalu ya. Salam dari Jogja.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)