Aktif Di Media Sosial Tanpa Baper dan Kena Mental, Ini Caranya!

cara aktif di medsos tanpa baper

Zaman sekarang tuh yang namanya aktif di media sosial sudah dilakukan oleh hampir semua orang ya. Meskipun nggak semua penggunanya aktif di feed-nya, beberapa akun memilih silent reader atau sesekali memberikan komentar di konten / postingan orang.

Karena itu, terkadang perilaku scroll media sosial ini berakhir dengan rasa baper (bawa perasaan) hingga kena mental.

Tidak jarang pula, efek negatif medsos mengganggu kegiatan atau aktivitas di dunia nyata. Karenanya, saya sering banget menuliskan beberapa tips cara menggunakan media sosial tanpa baper, tapi saya lupa tulisannya yang mana, wakakakak.


Cerita Drama di Media Sosial

Akhir-akhir ini saya lagi nggak enak badan, keknya efek terlalu lelah menyesuaikan waktu anak-anak sekolah. Mana ketambahan pusing mikirin duit sekolah anak yang mana bapakeh... ah sudahlah malas dibahas.

Intinya, karena capek lahir batin, saya drop.

Alhamdulillahnya sih, dropnya cuman lemas, ngantuk dan sakit kepala. Jadi masih bisa lah maksain diri buat siapin anak berangkat sekolah, anter jemput mereka sekolah.

Meski dengan seribu doa dan semacamnya biar saya nggak kenapa-kenapa di jalan.

Maklum ye, jadi single fighter ya kayak gini, daripada nunggu manusia yang nggak mau tahu kan ye, *uhuk.

Karena kondisi demikian, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan tiduran, dan sambil scroll medsos, yang salah satunya medsos menyenangkan buat saya adalah Threads. 

Alasan menyenangkan, karena aplikasi media sosial ini lebih simple, isinya mostly tulisan. Mirip aplikasi twitter atau X, tapi di sini bebas orang jualan nganu, hahaha.

Selain itu, beberapa orang mengklaim, di Threads itu enak, bebas mamak-mamak FB yang menyebalkan. Saya sendiri nggak tahu maksudnya tuh pegimana?. Karena saya pun salah satu mamak FB, tapi Alhamdulillah selalu bijak dalam ber media sosial.

Tapi sudahlah, kenyataannya sebenarnya Threads nggak melulu sehebat itu kok penghuninya. Banyak juga yang suka julid, ngomongin status/postingan orang lain, dan semacamnya, yang menurut saya itu nggak berfaedah.

Salah satunya ketika kemaren malam saya iseng mengomentari status seorang ibu yang kesal, karena setengah mati dia menjaga perasaan ibu lain yang belum punya anak. Eh bisa-bisanya tuh perempuan malah komentari sesuatu yang bikin hati si ibu mencelos.

Apalagi kalau masalah BB anak, mana ketambahan di-judge kalau nggak pernah kasih makan anaknya pulak

Hal seperti ini pernah banget saya alami, ketika sedang stres akan masalah anak nggak mau makan karena GTM. Eh bisa-bisanya ada perempuan lain yang memang masih merupakan pejuang garis 2, menghujat saya katanya salah memperlakukan anak.

Kesal banget rasanya.

Karenanya saya iseng kasih ide jawaban yang nyelekit, dengan maksud menyudahi perdebatan dengan ibu yang bahkan belum pernah tahu rasanya punya anak.

Yang terjadi, saya diserang banyak orang, katanya saya nggak menghargai perasaan para pejuang garis 2. Etdaaahhh, saya ngomongin apa, dikomen apa?.

Setelah sibuk menjelaskan, tetap disalah artikan, ya udah, saya cuekin aja, membiarkan mereka yang literasinya kurang, menikmati sakit hati atas perlakuan malas bacanya, hehehe.

Hari ini, lagi-lagi saya kembali terlibat perdebatan, di mana masalah seorang ibu yang curhat nanya, apakah dia boros jika merasa uang 50 juta itu ngepres banget buat kebutuhan sehari-hari. Si ibu tinggal di Sentul dan ada 8 orang yang harus dikasih makan di rumahnya.

Tentu saja saya mengatakan kalau si ibu enggak boros, alasannya emang apa-apa sekarang udah mahal. Saya yang setengah mati menghemat ini itu saja, tetap menghabiskan banyak uang untuk makanan. Apalagi harus ngasih makan 8 kepala, di antaranya ada 4 anak yang sekolah, dan butuh nutrisi yang sehat.

Eh mostly orang malah menuduh si ibu yang gaya hidupnya terlalu tinggi lah, sampai dituduh suka nongkrong hedon sana sini. Padahal si ibu mengatakan kalau dia introvert jarang keluar, kecuali sama keluarga.

Drama perdebatan nggak cuman sampai di situ, pas lagi scroll, saya baca dong ada yang nulis seolah menertawakan tulisan si ibu yang ngeluh 50 juta ngepres itu.

Saya ternganga, wowwwww emangnya nggak ada tema lain yang bisa di-share di medsos selain menghujat orang lain?.

  

Aktif Di Media Sosial Tanpa Baper dan Kena Mental, Ini Cara Ala Rey

Meski demikian, saya menyadari banget sih, kalau memang di media sosial tuh nggak bisa kita kontrol arah pembicaraan orang banyak.

Kalau nggak kuat mental, ya siap-siap aja kena mental berawal dari baper. Kalau kayak gitu, mendingan jangan scroll media sosial aja.

Tapi kan hal itu tidak selalu jadi solusi, alasannya banyak juga loh yang menggunakan media sosial sebagai tempat mencari uang, misal dengan melakukan personal branding.

Karenanya, berikut beberapa cara yang saya lakukan selama aktif menggunakan media sosial, tapi enggak baper maupun kena mental, yaitu:


1. Gunakan media sosial untuk personal branding, jadi yang dibahas tentang diri sendiri

Udah paling pas kita gunakan media sosial sebagai media untuk personal branding jadi segala hal yang kita posting hanya tentang cerita diri sendiri atau kisah pribadi di medsos, opini kita terhadap hal umum yang berkaitan dengan kita. Serta pengalaman hidup diri kita.

Dengan demikian, kita nggak punya celah untuk menggunakan media sosial buat nyinyirin, julidin, hingga menghujat orang lain.

Dan selain dapat impact positif karena kita bisa lebih terkenal, pun juga bikin kita terhindari dari permasalahan dengan pihak lain berawal dari media sosial.


2. Selalu menganggap kalau berkomentar itu ibarat ngomong di depan orangnya langsung

Seandainya kita yang menggunakan media sosial, menganggap diri sedang berhadapan dengan orangnya langsung. Saya yakin semua orang akan bersikap lebih baik dan ramah.

Kenapa nggak menjadikan hal itu sebagai nyata?.

Jadi, ketika kita mau berkomentar, pastikan diri merasa bahwa kita sedang ngomong di depan orang itu langsung, jadinya kita bisa belajar mengontrol kata-kata yang akan dikeluarkan. Kita selalu mikir, apakah kata tersebut nggak menyinggung atau melukai hati orang lain?.

Intinya kan gitu, kalau enggak menyinggung, drama di media sosial bakalan teratasi.


3. Jika merasa nggak setuju dengan konten atau tulisan orang, mending skip

Yang harus dipahami, media sosial itu milik semua orang, tidak ada aturan yang mengatur kita cuman boleh share konten yang menyenangkan orang lain.

Enggak ya!.

Justru yang jadi aturan adalah dilarang hate speech, yang menurut saya termasuk di dalamnya dilarang julidin orang lain.

Jadi, untuk mengatasi hal itu, mending pilih skip deh semua konten atau tulisan orang yang isinya tidak sejalan atau mengganggu kita. Bisa pilih di hide atau blokir, biar kontennya nggak lewat lagi di beranda kita.

Dan tentunya bikin kita nggak merasa terganggu apalagi sampai mengajak debat sampai baper hanya gara-gara postingan orang lain.


4. Siapkan mental menghadapi komentar orang lain

Tips lainnya yang tak kalah penting adalah, pastikan punya mental yang kuat sebelum aktif di media sosial, apalagi jika akun kita terbuka untuk umum.

Mengapa? karena bakal adaaa aja komentar-komentar yang bikin kita bad mood dan kesal.

Kalau pengalaman saya, ada 2 hal yang biasa saya lakukan ketika mendapatkan komentar kasar atau nggak sopan.

Pertama, ketika ada waktu dan mood, saya balas dengan lebih nyelekit kalau kata orang Jawa. Hal ini saya lakukan sebagai tanda kalau saya mengakhiri debat, jadi langsung dikasih pukulan telak.

Kalau masih terus diganggu, ya saya cuekin aja. Kalau dia terus dan terus mengganggu, baru deh diblokir, hahaha.

Intinya, pertebal rasa baper dan kuatkan mental, karena dunia media sosial ini sangatlah luas dan beragam.


5. Selalu gunakan bahasa yang benar, ramah dan sertakan emoticon ramah 

Karena media sosial adalah tempat bersosialisasi tanpa saling bertemu, seringnya lebih banyak menggunakan tulisan, di sini lah letak awal mula drama media sosial.

Tulisan itu tidak bernada, sehingga kadang tulisan postingan atau komentar kita disalah artikan.

Untuk meminimalisir salah paham, selalu gunakan bahasa yang benar dan dimengerti semua orang. Pilih juga penggunaan kata yang ramah, dan sertai emoticon yang ramah, misal ada senyum manis, atau tanda tangan bersedekap.


Kesimpulan dan Penutup

Aktif di media sosial tanpa baper di zaman sekarang itu penting. Karena hampir semua orang aktif di media sosial, meskipun ada yang hanya sebagai silent reader. Namun, sering kali perilaku ini menyebabkan rasa baper dan mengganggu kehidupan nyata. 

Untuk tetap aktif di media sosial tanpa baper dan kena mental, ada beberapa tips yang bisa diikuti: gunakan media sosial untuk personal branding, anggap komentar seperti berbicara langsung dengan orangnya, skip konten yang tidak disukai, siapkan mental menghadapi komentar negatif, dan selalu gunakan bahasa yang benar dan ramah.


Surabaya, 07-08-2024

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

13 komentar :

  1. Aku sampai baca ulang paragraf, 50 juta buat kebutuhan sehari-hari, aku kira sehari dong...wkwkwk. Sepuluh bulan aja cukup kalau aku (cuma berdua sih...)...hehe...
    Iya, medsos itu bahaya sih kalo dikit-dikit scroll...Biar engga baper, skip aja deh...

    BalasHapus
  2. Jadi inget ada temen FB yang nulis status makanan buatannya gak disukai mertuanya
    Saya komen, mungkin selera sang mertua gak sesuai dan dia lebih suka dikasi "mentah"nya
    Eh dia malah marah, bilang kalo selama ini berkat dia mertuanya bisa makan enak dan nyobain makanan kekinian
    Jadi malas nerusin komen, dan nyesel komen ke statusnya

    BalasHapus
  3. Sejauh ini bagi saya, media sosial itu sangat membantu. Jadi dimanfaatkan saja dengan bijak. Saya juga buka medsos buat cari info yang bermanfaat. Kalau ada postingan tidak sesuai, saya lewatkan saja. Buat apa memberi komentar pada postingan yang tidak sepaham. Adanya juga akan terjadi berdebatan. ujung-ujungnya yangb punya postingan komen : Kalau ga suka, ga usah komen di lapak orang. komen di lapak sendiri hahaha

    BalasHapus
  4. Dunia tulisan memang bisa jadi bumerang ya Mbak Rey karena tidak semua orang paham menggunakan diksi yang baik dan mewakili apa maksud yang ingin dia sampaikan. Bedalah dengan dunia lisan yang sebagian besar miskomunikasinya bisa dihindarkan.

    Saya setuju dengan konsep menjadikan medsos sebagai personal branding aja. Sudah saya uji kesahih-annya. Dengan memposting banyak cerita perjalanan dan makanan, teman-teman jadi tahu tentang profesi saya sebagai travel and food blogger. Jadi bukan hanya sekedar nampang tapi juga melahirkan foto-foto apik agar orang bisa menilai kita dengan baik juga.

    BalasHapus
  5. Kalau menurut daku memang bijaknya adalah tidak perlu apa-apa harus share di medsos, termasuk mencurahkan perasaan hati. Kecuali kerjaan kan Lagi yak hehe..
    Lagi galau kah, bahagiakah dan sebagainya. Karena ya gitu suka ada aja yang komen. Atau bila memang ingin bikin status juga alias karena "hak akun² gue", mungkin bisa disetting privat

    BalasHapus
  6. Media sosial oh media sosial. Kita tidak bisa mengontrol arah pembicaraan yang ada di media sosial. Kita cuma bisa mengontrol gimana respon kita dalam menyikapinya. Nggak ada salahnya kok, skip hal-hal yang nggak kita suka. Benar kan kak?

    BalasHapus
  7. Pas baca artikel ini ngakak sendiri. Tadi ga sengaja buka FB ada postingan mutual kita, soal YURA, dan Mba Rey komen di sana. Ya ampun di FB ini kok banyak yang baper ya..Padahal kan cuma buat seru-seruan aja tuh. Ya kali kita berserah diri sama YURA ini. Hadehhh.
    Setuju banget, no baper di sosmed, kalau masih suka sensi mending ga usah sosmedan

    BalasHapus
  8. Betuuul, kalau nggak suka langsung skip aja. Aku sering baca postingan di IG, Thread, dan X dengan alasan berbeda. Tapi, males baca komen-komennya karena sering bikin emosi. Sebagus dan sebermanfaat apa pun kontennya, pasti aja ada yang nyinyir dan julid.

    BalasHapus
  9. Sama juga kalo aku menempatkan diriku di dunia per-Kpopan.
    Hobinya geluudd antar fandom.
    Fandom kami lagi diyam juga disenggol. Kalo lagi sedih, juga nyenggol.
    Iisshh.. kalok disenggol balik dikatain "dewa"in idol kita. laaah??

    Pasti mereka pake kalimat pamungkas "Oh, ngomongnya sama bocil."
    Yakaliii.. tiyap orang langsung di cut-off dengan kalimat begitu yaa..

    Jadi yang enak memang menggunakan medsos tuh seperlunya aja.
    Kalok lagi sumpek, seru jugaa.. merhatiin orang gelud di medsos.
    Hahahahaa...
    ((EVILLAUGH))

    BalasHapus
  10. posting di sosmed buat seru-seruan, seneng-seneng, tepatnya nyenengin diri sendiri.
    bener juga mbak, posting sesuatu di sosmed bisa dijadikan personal branding dan memang ada baiknya juga kalau kita harus anti baper.
    buka sosmed selain buat entertainment, ya buat nyari informasi aja gitu kalau aku

    BalasHapus
  11. Iya mba kadang kalau nulis atau ngepost sesuatu ya emang buat diri sendiri bukan demi orang lain. Terus aku juga membatasi interaksi sama orang, kadang ada orang yang ternyata gak suka di komen atau reply storynya. Pernah habis aku reply eh dihapus dong dan di read doang. Padahal cuma nanya terkait story dia, ya mungkin gak berkenan kali ya aku nanya.

    BalasHapus
  12. Aku pernah baca sebuah artikel. Dari studi, sesama perempuan cenderung saling menjatuhkan :( Kasus selingkuh misalnya, istri ngelabrak cewek pelakor, padahal seringkali yang salah itu suaminya.
    Sedih bacanya, harusnya bisa saling kasih support sebagai yang senasib sepenanggungan.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)